PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) adalah media pendidikan yang menyiapkan setiap siswa
untuk siap terjun kedalam dunia kerja modern oleh karena itu, Sekolah Menengah
Kejuruan mendapat pendidikan ganda yaitu
teori dan praktik. Dengan adanya Kunjungan Kerja Dunia Usaha (KKDU) yang dapat
menambah nilai praktik, selain itu juga dapat menambah pengetahuan atau wawasan
secara langsung terhadap siswa – siswi SMK mengenai kegiatan yang ada di
lingkungan dunia usaha.
B. Rumusan Masalah
Adapun
yang menjadi permasalahan di sini yaitu :Apa yang di praktikkan yang di sekolah
dengan di perusahaan terdapat berbagai perbedaan. Oleh karena itu timbul
masalah :Bagaimana proses porduksi baja di PT. Krakatau Steel
C.
Batasan Masalah
Banyak
hal yang perlu dipelajari di PT. Krakatau Steel, tapi karena keterbatasan
pengetahuan kami, maka dalam laporan ini hanya membahas masalah Proses produksi
baja dari biji besi menjadi produk siap pakai.
D. Tujuan Laporan
Adapun tujuan penulisan laporan ini
adalah :
1. Sebagai
salah satu syarat mengikuti ujian Akhir Nasional dan Uji Kompetensi serta untuk
merealisasikan ilmu pengetahuan secara langsung dalam dunia usaha,
2. Sebagai
bukti yang tertulis bahwa telah melakukan kunjungan kerja dalam dunia usaha.
3. Sebagai
pengalaman yang tertulis di dunia usaha sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan.
E. Metode Pengumpulan Data
1. Observasi
adalah pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung ke objek penelitian
untuk mengetahui secara langsung pelaksanaan kegiatan di perusahaan.
2. Dokumentasi
adalah pengumpulan data berupa catatan atas peristiwa yang terjadi di
perusahaan.
3. Penelitian
pustaka adalah di lakukan dengan cara mempelajari tertulis yang berupa buku literatur
serta buku bacaan lainya yang berhubungan dengan penulisan laporan.
4. Metode
wawancara yaitu metode dengan cara bertanya langsung kepada pembimbing
instansi.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan umum terhadap perusahaan
1.
Sejarah
Singkat Berdirinya Perusahaan
Di suatu masa pada 1960, Presiden Soekarno mencanangkan Proyek Besi Baja Trikora
untuk meletakkan dasar industri nasional yang tangguh. Sepuluh tahun kemudian
tepatnya 31 Agustus 1970, berdirilah PT Krakatau Steel (Persero) yang memanfaatkan kembali
peralatan-peralatan dari proyek itu yang berbentuk pabrik kawat baja, pabrik
baja tulangan dan pabrik baja profil. ada 1977, Presiden Suharto meresmikan
mulai beroperasinya produsen baja terbesar di Indonesia itu.
Perkembangan Krakatau Steel sebagai
perusahaan yang bergerak di bidang industri baja berlangsung cukup maju. Dalam kurun
waktu kurang dari sepuluh tahun, Perseroan sudah menambah berbagai fasilitas
produksi seperti Pabrik Besi Spons, Pabrik Billet Baja, Pabrik Batang Kawat,
serta fasilitas infrastruktur berupa pusat pembangkit listrik, Pusat Penjernihan Air,
pelabuhan khusus Cigading dan sistem telekomunikasi.
Dengan perkembangan ini, PT Krakatau Steel (Persero) menjadi satu-satunya
perusahaan baja yang terpadu di Indonesia.
Tidak berhenti di
sana, Perseroan terus mengembangkan produksi berbagai jenis baja untuk bermacam
keperluan, seperti baja lembaran panas, baja lembaran dingin dan batang kawat.
Saat ini, Krakatau Steel memiliki kapasitas produksi baja kasar sebesar 2,45 juta ton per tahun
untuk mendukung produksi baja tersebut. Dan dengan sepuluh anak perusahaan
Krakatau Steel sanggup mendiversifiasi usahanya pada usaha-usaha penunjang yang
menghasilkan berbagai produk baja bernilai tambah tinggi (seperti pipa spiral,
pipa ERW, baja tulangan, baja profil), meyediakan industri utilitas (air bersih,
tenaga listrik),
industri infrastruktur (pelabuhan,kawasan
industri), industri jasa teknik (konstruksi,
rekayasa), teknologi informasi, serta menyediakan layanan kesehatan (rumah sakit).
Produk- produk baja Krakatau Steel ini tak hanya ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan baja nasional,
tetapi juga dipasarkan secara internasional.
2.
Kepegawaian
PT. Krakatau Steel
Dengan sumber
daya manusia yang lebih baik dan didukung dengan mesin-mesin yang berteknologi
tinggi, PT. Krakatau Steel siap menghadapi tantangan kemajuan jaman serta
globalisasi ekonomi dunia. Tiba pada gilirannya, PT. Krakatau Steel dengan
penuh keyakinan dan niat baik akan berusaha menjadi perusahaan baja terpadu
dengan keunggulan kompetitif untuk tumbuh dan berkembang secara
berkesinambungan menjadi perusahaan terkemuka di dunia.
Sampai saat ini PT. Krakatau
Steel mempunyai 8023 karyawan dari berbagai daerah, disiplin ilmu dan
jenjang pendidikan serta keahlian yang bervariasi.
KOMPOSISI
PEGAWAI BERDASARKAN PENDIDIKAN
PENDIDIKAN
|
JUMLAH
|
s3
|
9
|
S2
|
185
|
S1
|
530
|
D3
|
1193
|
SLTA/Sedrajat
|
5689
|
SLTP
|
417
|
Grand
Total
|
8023
|
Berdasarkan
annual report 2010
3.
Struktur
Organisasi
4.
Jenis
Produk
Adapun
beberapa produk pada Pt Krakatau Steel adalah sebagai berikut:
Hot
Roll Coil Cool
Roll Coil Wire Rod
B. Prosedur Kerja
1.
Manajemen
Produksi
Manajemen adalah bidang pengetahuan
yang berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia
bekerja sama untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi kemanusiaan.
Manajemen juga diartikan proses
perencanaan pengorganisasian, pengarahan, dan kepemimpinan dan pengendalian
kegiatan anggota organisasi dan proses penggunaan sumber daya organisasi
lainnya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah di tetapkan.
2.
Proses
Produksi
Proses produksi
baja di PT Krakatau Steel dimulai pada pabrik pembuatan besi yang menggunakan proses reduksi
langsung bijih besi dengan gas alam.
Hasil produksi yang berupa besi spons ini selanjutnya dilebur bersama dengan
besi bekas (scrap) pada proses pembuatan baja yaitu pabrik baja slab dan pabrik
baja billet. Proses pembuatan baja tersebut menggunakan teknologi dapur busur
listrik yang dilanjutkan dengan proses pengecoran kontinu menjadi baja slab dan
baja billet.
Baja slab dicanai dalam kondisi panas
pada pabrik baja lembaran canai panas menjadi baja lembaran panas berupa coil,
strip, maupun pelat. Sebagian baja lembaran panas ini langsung dijual ke
konsumen atau diproses lebih lanjut di fasilitas produksi lainnya yaitu pabrik
baja lembaran canai dingin. Pabrik ini menghasilkan produk baja lembaran dingin
berupa baja lembaran panas yang dipickling, maupun baja lembaran dingin dengan
perlakukan anil atau temper. Produk baja lembaran yang dihasilkan bisa berupa coil maupunsheet.
A. PABRIK BESI SPONS
Pabrik Besi Spons (Direct Reduction Plant) menerapkan
teknologi berbasis gas alam dengan proses reduksi langsung menggunakan
teknologi Hyl dari Meksiko. Pabrik ini menghasilkan besi spons (Fe) dari bahan
mentahnya berupa pellet bijih besi (Fe2O3 and Fe3O4),
dengan menggunakan gas alam (CH4) dan air (H2O).
Pabrik spons mereduksi langsung bahan baku biji besi (pellet) menjadi
besi spons(sponge iron) yang nantinya akan menjadi bahan baku bagi
pabrik lainnya, yaitu slab steeldan billet plant.
Direct Reduction Iron (DRI) atau besi spons adalah material
hasil olahan dari pellet (bijih besi) yang direduksi dengan H2 dan
CO. Komposisi besi spons yang dihasilkan oleh PT Krakatau Steel adalah sebagai
berikut :
No
|
Komposisi
|
Jumlah
|
1
|
Fe
toal
|
88-91
|
2
|
Fe
metallic
|
76-82
|
3
|
Metaisasi
|
86-92
|
4
|
Karbon
total
|
1,8-2,5
|
5
|
FeO
|
6-15
|
6
|
SiO2
|
1,25-2,5
|
7
|
Al2O3
|
0,6-1,3
|
8
|
CaO
|
1,5-2,8
|
9
|
MgO
|
0,31-1,25
|
10
|
Fosfor
|
0,014-0,41
|
Kelebihan
besi sponge antara lain :
- Komposisi homogen dan dapat diketahui secara pasti
- Mudah membentuk leburan dengan scrap
- Kandungan fosfor dan sulfur kecil
- Mudah diangkut dan murah
1. Bahan baku
Biji pelet (Fe2O3 and Fe3O4),
dengan menggunakan gas alam (CH4) dan air (H2O).
2. Alat
Tanur, bahan bakar yang digunakan untuk tanur tinggi
ini adalah batu bara yang telah dikeringkan (kokas). Kokas dengan kandungan
karbon (C) diatas 80%, tidak hanya berfungsi sebagai bahan bakar, tetapi juga
berfungis sebagai pembentuk gas CO yang berfungsi sebagai reduktor.
3. Proses Pengolahan
Pabrik spons mereduksi langsung bahan baku biji besi (pellet) menjadi
besi spons(sponge iron) yang nantinya akan menjadi bahan baku bagi
pabrik lainnya, yaitu slab steeldan billet plant.
Pabrik besi spons memiliki 2 (dua) buah unit produksi dan menghasilkan 2,3 juta
ton besi spons per tahun. unit produksi yang pertama yaitu Hyl I mulai
beroperasi tahun 1979. Unit ini memiliki kapasitas produksi sebesar 1 juta ton
besi spons per tahun. Unit produksi yang kedua yaitu Hyl III memulai operasi
pada tahun 1994 dengan kapasitas produksi sebesar 1,3 juta ton besi spons per
tahun. Pabrik besi spons terdiri dari 4 buahmodule. Setiap module terdiri
dari 4 buah reaktor dengan kapasitas tiap reaktor 300 ton sekali pengisian.
Proses produksi pabrik besi spons sebagai berikut:
Proses Pengolahan Pabrik Besi Spons
Pabrik Besi Spons (Direct Reduction Plant) menerapkan
teknologi berbasis gas alam dengan proses reduksi langsung menggunakan
teknologi Hyl dari Meksiko. Pabrik ini menghasilkan besi spons (Fe) dari bahan
mentahnya berupa pellet bijih besi (Fe2O3 and Fe3O4), dengan menggunakan gas
alam (CH4) dan air (H2O).
DR Plant memiliki 2 (dua) buah unit produksi dan
menghasilkan 2,3 juta ton besi spons per tahun. Unit produksi yang pertama
yaitu Hyl I mulai beroperasi tahun 1979. Unit ini beroperasi dengan menggunakan
4 modul batch process dimana setiap modulnya mempunyai 2 (dua) buah reaktor.
Unit ini memiliki kapasitas produksi sebesar 1.000.000 ton besi spons per
tahun.
Unit produksi yang kedua yaitu Hyl III memulai operasinya
pada tahun 1994 dengan menggunakan 2-shafts continuous process. Unit ini
memiliki kapasitas produksi sebesar 1.300.000 ton besi spons per tahun.
Besi spons yang dihasilkan oleh pabrik ini memiliki
keunggulan dibanding sumber lain terutama disebabkan karena rendahnya kandungan
residual. Sementara itu tingginya kandungan karbon menyebabkan proses di dalam
Electric Arc Furnace (EAF) menjadi lebih efisien dan proses pembuatan baja
menjadi lebih akurat. Lebih lanjut hal tersebut menjamin konsistensi kualitas
produk baja yang dihasilkan.
4. Reaksi kimia
Tujuan proses reduksi adalah untuk menghilangkan ikatan
oksigen dari biji besi. Proses reduksi ini memerlukan gas reduktor seperti
hidrogen atau gas karbon monoksida (CO). Proses reduksi ini ada 2 macam yaitu
proses reduksi langsung dan proses reduksi tidak langsung.
a) Proses Reduksi Langsung
Proses ini biasanya digunakan untuk merubah pellet menjadi
besi spons (sponge iron) atau sering disebut: besi hasil reduksi langsung
(direct reduced iron). Gas reduktor yang dipakai biasanya berupa gas hidrogen
atau gas CO yang dapat dihasilkan melalui pemanasan gas alam cair (LNG) dengan
uap air didalam suatu reactor yaitu melalui reaksi kimia berikut :
Dengan
menggunakan gas CO atau hidrogen dari persamaan diatas maka proses reduksi
terhadap pellet biji besi dapat dicapai melalui reaksi kimia berikut ini :
Atau
b) Proses Reduksi Tidak Langsung
Proses ini dilakukan dengan menggunakan tungku pelebur yang
disebut juga tanur tinggi (blast furnace). Biji besi hasil penambangan
dimasukkan ke dalam tanur tinggi tersebut dan didalam tanur tinggi dilakukan
proses reduksi tidak langsung .Bahan bakar yang digunakan untuk tanur tinggi
ini adalah batu bara yang telah dikeringkan (kokas). Kokas dengan kandungan
karbon (C) diatas 80%, tidak hanya berfungsi sebagai bahan bakar, tetapi juga
berfungsi sebagai pembentuk gas CO yang berfungsi sebagai reduktor. Untuk
menimbulkan proses pembakaran maka ke dalam tanur tersebut ditiupkan udara
dengan menggunakan blower sehingga terjadi proses oksidasi sebagai berikut :
2C
+ O2 → 2CO + Panas
B. PABRIK BILET BAJA
Pabrik baja billet menghasilkan baja
batangan dengan bahan baku utama adalah:
1. Bahan
Besi
spons, besi tua (scrab), paduan ferro (alloy ferro)
2. Alat
Baja
dapur listrik.
3. Proses Pengolahan
Besi spons dan besi tua (scrab),
paduan ferro (alloy ferro) bersama-sama dilebur dan diolah didalam Baja dapur
listrik untuk dicairkan dan diproses seperti pada pembuatan baja slab. Setelah
menjadi cairan, kemudian baca dituang didalam cetakan. Billet di PT krakatau
steel mempunyai 4 buah dapur listrik untuk proses pembuatan baja billet
masing-masing berkapasitas 65 ton baja cair tiap peleburan, serta 2 buah mesin
tuang kontinu dengan 4 buah train. Pabrik ini menggunakan sumber radio aktif
untuk mengukur level baja cair. Ukuran dapur lebih kecil daripada dapur untuk
baja slab. Penampung pada pabrik ini ada 3 macam:
· ukuran 110 m x 110 m, 120m x 120 m
· ukuran 130m x 130m
· ukuran 6m, 9m, 12m
Proses Pengolahan Pabrik Besi Bilet
Fasilitas produksi yang dimiliki pabrik ini adalah:
a. Electric Arc Furnace
Electric
Arc Furnace menghasilkan baja cair dari bahan baku berupa besi spons (sponge
iron), iron scrap dan kapur (lime) untuk mengontrol kandungan fosfor dan
sulfur.
b. Ladle Furnace
Aktivitas utama di dalam Ladle Furnace adalah:
1) menurunkan kandungan oksigen dalam
baja dengan menggunakan aluminium;
2) homogenisasi temperatur dan
komposisi kimia dengan bubbling Argon;
3) menambahkan alloy untuk mendapatkan
spesifikasi yang diinginkan.
c. Continuous Casting Machine
Baja billet diperoleh dari proses pencetakan kontinyu
(continuous casting) dimana perlindungan menggunakan gas argon diperlukan
antara ladle dan tundish. Ukuran billet yang dihasilkan adalah 110x110mm
120x120mm; 130x130mm dan panjang maksimum mencapai 12000mm.
C. PABRIK SLAB BAJA KRAKATAU STEEL
1. Bahan
Pada proses peleburan baja, tidak terlepas dari bahan baku,
baik bahan baku utama maupun bahan baku buatan (additive)
a) Bahan baku utama:
1) Scrap (besi tua), diperoleh
dari tiga sumber:
· Home scrap, besi bekas hasil sisa
produksi PT. Krakatau Steel
· Import scrap, besi bekas yang di
import dari luar negeri
· Lokal scrap, besi beksas dari luar
pabrik namun masih dalam wilayah indonesia
Scrab Hasil Pemilihan dan Pemotongan
2) Direct Reduction Iron (DRI) atau
besi sponge adalah material hasil olahan dari pellet (bijih besi yang
direduksi oleh H2 dan CO)
3) Lime stone (batu kapur) CaCO3
4) Grafit
b) Bahan tambahan
Merupakan material yang ditambahkan dengan maksud untuk
mengikat pengotor yang kemudian membentuk suatu sistem oksida yang akan keluar
dalam bentuk terak (slag). Bahan tambahan yang dimaksud diantaranya yaitu:
a. Ferro alloy, campuran unsur-unsur
yang akan mempengaruhi sifat, dimana penggunaanya harus dibatasi, yaitu: Si,
Mg, Va, Al, Ni, Mo, Cu, Ca, Ti,.
b. Fluks, digunakan untuk membuat baja
lebih bersih. Senyawa fluks antara lain:
· CaCl dan CaCO digunakan untuk
membentuk slag yang mengikat sgala kotoran, abu sisa pembakaran serta menahan
busur listrik yang berada di dapur agar tidak merusak batu tahan api
(refractory)
· CaF2 digunakan untuk
mengencerkan slag
· CaSi digunakan untuk deosidizer.
c. Non ferro alloy, Bahan campuran
yang tidak mengandung besi dan karbon, sebagai unsur dasarnya adalah grafit.
2. Alat
Peralatan
utama yang digunakan dalam pabrik slab baja:
a. Furnance shell (badan dapur), dapur
yang digunakan untuk melebur baja adala EAF (Electrik Arc Funance), dengan diameter
dapur 6700 mm dan kapasitas 130 ton baja cair. Dapur busur listrik ini
dilengkapi dengan batu tahan api (refractory).
Spesifikasi
EAF:
b. Dedusting system, dipasang
dengan tujuan untuk memproses debu yang
diakibatkan oleh proses peleburan. Alat tersebut berguna untuk menangkap
debu agar mengurangi polusi yang diakibatkan pada saat proses baja
di dapur busur listrik. Polusi debudari proses dapur listrik ini dikategorikan
Debu yang mengandung B3,sehingga harus diminimalisasi pencemarannya.
c. Continous feeding, untuk mengisi
bahan baku seperti spons besi dan batu kapur. Dilakukan setelah dapur dengan
bahan baku 40% dari total bahan yang harus dilebur. Sehingga dengan demikian
continous feeding dilakukan pada saat kondisi furnance bekerja pada saat
potensi maksimum.
d. Mould, alat yang berada pada
continous casting machine, berguna untuk pencetakan slab baja. Disamping itu
dilakukan pengukuran panjang dan lebar baja sesuia permintaan konsumen.
e. Electric system transformer, merupakan sistem elektrik yang
memegang peranan penting dalam proses peleburan baja. Transformer
yangdigunakan untuk mensuplai daya ke dapur listrik. Pada
sekundernya dilengkapi dengan tap-tap pengatur tegangan, dengantujuan untuk menghasilkan panas pada elektrode sesuai
denganyang diinginkan. Dengan demikian kestabilan panas pada baja
cair dapat dijaga sehingga mempercepat proses peleburan dan menjaga
dinding dapur agar tidk cepat gugur akibat radiasi panas yang berlebihan.
f. Hidraulic system, sistem ini sangat
dominan. Digunakan untuk menggerakan peralatan mekanik, seperti :
Roof (tutup dapur),
mengatur posisi tungku (furnace), dan menggerakkan peralatan- peralatan
dengan piston silinder.
g. Electroda karbon, terbuat dari
grafit yang dapat menghasilkan arus listrik dan dikonversikan menjadi energi
panas yang tinggi.
h. Sistem pendingin, sistem ini
menggunakan sistem air yang didinginkan, sehingga temperaturnya tidak boleh
lebih dari 50oC, makan EAF akan aman dari temperatur berlebihan.
3. Proses Pengolahan
Proses produksi pabrik baja slab dapat dilihat pada gambar
berikut:
Pabrik Slab Baja (Slab Steel Plant) terdiri dari 2 (dua)
buah pabrik, yang pertama adalah SSP-1 yang menerapkan teknologi MAN GHH dari
Jerman dan memiliki kapasitas produksi sebesar 1.000.000 ton per tahun,
sedangkan yang kedua adalah SSP-2 yang dilengkapi dengan teknologi Voest Alpine
dari Austria dan memiliki kapasitas produksi sebesar 800.000 ton per tahun.
Fasilitas produksi yang dimiliki oleh kedua pabrik tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Electric Arc Furnace
Electric Arc Furnace menghasilkan baja cair dari bahan baku
berupa besi spons (sponge iron), iron scrap dan kapur (lime) untuk mengontrol
kandungan fosfor dan sulfur
b. Ladle Furnace
Aktivitas utama di dalam ladle furnace adalah:
1) menurunkan kandungan oksigen dalam
baja dengan menggunakan aluminium;
2) homogenisasi temperatur dan
komposisi kimia dengan bubbling Argon; dan
3) menambahkan alloy untuk mendapatkan
spesifikasi yang diinginkan.
c. RH-Vacuum Degassing. RH-degasser diperlukan untuk
memenuhi permintaan produk baja high-grade dari konsumen.
d. Continuous Casting Machine Baja slab diperoleh dari proses
pencetakan kontinyu (continuous casting) dimana perlindungan menggunakan gas argon
diperlukan antara ladle dan tundish. Ukuran slab yang dihasilkan mempunyai
ketebalan 200mm, lebar 800-2080mm dan panjang maksimum 12000mm.
4. Reaksi Kimia yang terjadi
Reaksi kimia terjadi pada proses refining, yaitu proses yang
dilakukan untuk mengikat atau menghilangkan unsur-unsur pengotor yang tidak
diinginkan, dan mencapai kadar karbon sesuia target. Pada proses refining kadar
karbon diturunkan dengan melakukan injeksi oksigen. Oksigen inilah yang akan
mengikat karbon. Bertujuan untuk mempersingkat effective melting time dan
meningkatkan hasil dapur sehingga kinerja peleburan lebih baik. Selain itu
injeksi oksigen juga berfungsi untuk mengikat posfor sehingga dihasilkan baja
dengan kandungan forfor antara 0,015%-0,025%. Proses pengikatan ini dilakukan
dengan membuat suasana basa dengan penambahan kapur. Reaksi yang terjadi
adalah:
P + O2 → P2O5
FeS + CaO → CaS + FeO
5. Pengolahan Limbah
Pada Pabrik Slab baja hasikan limbah yaitu debu yang akan
mengakibatkan pencemaran udara. Dedusting system, dipasang dengan tujuan
untuk memproses debu yang diakibatkan
oleh proses peleburan. Alat tersebut berguna untuk menangkap debu agar
mengurangi polusi yang diakibatkan pada saat proses baja di dapur
busur listrik. Polusi debudari proses dapur listrik ini dikategorikan Debu yang
mengandung B3,sehingga harus diminimalisasi pencemarannya. Berikut
ini merupakan gambar dedusting system:
6. Hasil Olahan
Pabrik baja Slab PT. Krakatau Steel menghasilkan baja
slab dengan ukuran:
a. Tebal : 150-200 mm.
b. Lebar : 950-2.080 mm.
c. Panjang : Length group
I : 4.500-6.000 mm.
Length group II : 6.700-8.600 mm.
Length group III : 8.600-10.500 mm.
Length group IV : 10.500-12.000 mm.
d. Berat Maksimum : 30 ton.
Pabrik
baja slab mempunyai kapasitas produksi sebesar 1 juta ton per tahun, dimana
bahan baku utamanya adalah sponge iron. Selain itu pula pabrik SSP
II dengan kapasitas 1,8 juta ton per tahun.
D. PABRIK HOT STRIP MILL
Hot Strip Mill (HSM) merupakan salah satu divisi di PT. Krakatau
Steel dimana produk utamanya berupa HRC (Hot Rolled Coil). Pabrik ini
memproduksi baja lembaran dengan cara pengerolan panas dengan bahan baku slab
baja dari Slab Steel Plant.Produk dari divisi HSM ini banyak digunakan pada
kerangka kapal laut dan pesawat terbang.
1. Bahan
Baja slab hasil produksi divisi SSP untuk kemudian dilakukan
proses pengerolan panas (milling)
2. Alat
Dua furnace yang berfungi untuk memanaskan slab, Sizing
press, roughing mill, Enam finishing stand, dua buah coiler, sumber radio aktif
untuk mengukur ketebalan dan profil strip untuk mengatur slab dan furnace.
3. Proses Pengolahan
Pabrik ini memproduksi baja lembaran dengan cara pengerolan
panas, berkapasitas 2,5 juta ton per tahan dan bahan baku yang digunakan adalah
slab baja dari Slab Steel Plant. Pabrik ini mulai beroperasi pada tahun 1983
dengan menghasilkan produk dengan ukuran – ukuran sebagai berikut :
ü Tebal : 18 - 25 mm.
ü Lebar : 650 - 2080 mm.
ü Berat maksimal : 30 ton per gulung.
Kapasitas produksi adalah 1 juta ton per tahun. Pengontrolan
ketebalan dan ukuranukuran lainnya dengan menggunakan sensor radioaktif yang
dilengkapi dengan sistem proses dalam rangka optimasi produk. Berikut adalah
Proses Pabrik Baja Lembaran Panas (HSM).
Pabrik Baja Lembaran Panas mulai beroperasi pada tahun 1983
menggunakan teknologi SMS dari Jerman. Konfigurasi fasilitas produksi pada
pabrik ini terdiri dari:
-
Reheating Furnace
-
Sizing Press
-
Roughing Mill
-
Finishing Mill
-
Laminar Cooling
-
Down Coiler
-
Shearing Line
-
Hot Skin Pass Mill
Proses produksi pabrik hot strip mill
4. Limbah
Telah dilakukan pembuatan magnet Barium Stronsium Ferit dari
bahan baku utama millscale dari hot strip mill yang merupakan limbah PT.
Krakatau Steel. Dipilihnya millscale dari hot strip mill sebagai bahan baku
utama magnet permanen ferit karena limbah tersebut banyak mengandung FeO yang
dapat diolah menjadi a-Fe203. Hasil percobaan
telah mencapai karakteristik magnet motor DC pada kondisi kehalusan bahan baku
400 mesh, temperatur kalsinasi 1200oC, temperatur sintering 1250oC
holding time 60 menit dengan komposisi kimia (0.7BaO.0.3SrO)3.5Fe2O3.
Percobaan pembuatan prototipe magnet motor DC mini dengan tekanan 3.5 ton/cm2 sudah
mencapai nilai magnetik motor DC mini acuan dengan karakteristik magnetik
sebagai berikut ; Induksi remanen, Br = 2.30 kG,
koersifitas, Hc = 1.735 kOe dan BHmaks =
1.04 MGO
5. Hasil Olahan
Pabrik ini memproduksi baja lembaran dengan cara pengerolan
panas, berkapasitas 2,5 juta ton per tahun dengan menghasilkan produk dengan
ukuran – ukuran sebagai berikut :
ü Tebal : 18 - 25 mm.
ü Lebar : 650 - 2080 mm.
ü Berat maksimal : 30 ton per gulung.
Kapasitas produksi adalah 1 juta ton per tahun. Pengontrolan
ketebalan dan ukuranukuran lainnya dengan menggunakan sensor radioaktif yang
dilengkapi dengan sistem proses dalam rangka optimasi produk.
Baja lembaran panas yang berupa coil dan pelat adalah jenis
produk baja yang dihasilkan dari proses pengerolan panas. Pabrikan dan para
pengguna jenis baja ini umumnya menyebut produk ini 'baja hitam' sebagai
pembeda terhadap produk baja lembaran dingin yang juga biasa dikenal sebagai
'baja putih'.
Krakatau Steel juga memproduksi baja plain carbon dan baja
micro-alloyed yang dapat digunakan untuk berbagai penggunaan, dari kualitas
umum atau komersial hingga kualitas khusus, seperti struktur rangka baja,
komponen dan rangka kendaraan bermotor, tiang pancang, komponen alat berat,
fabrikasi umum, pipa dan tabung umum, pipa dan tabung untuk jalur pipa dan
casing, tabung gas, baja tahan korosi cuaca, bejana bertekanan, boilers, dan
konstruksi kapal.
Ketebalan pelat baja lembaran panas berkisar antara 1,80
hingga 25 mm, sedangkan lebarnya antara 600 hingga 2060 mm. Produk baja
lembaran panas dapat diberikan dalam bentuk coil dan pelat. Kondisinya dapat
berupa gulungan atau sebagai produk yang melalui proses pickling dan oiling (hot
rolled coil-pickled oiled atau HRC-PO).
Krakatau Steel mampu menghasilkan baja lembaran panas
berkualitas tinggi untuk penggunaan khusus karena Krakatau Steel telah
menjalankan proses kontrol thermomekanik dan proses desulfurisasi
menggunakan ladle furnace.
Penggunaan baja lembaran panas meliputi aplikasi-aplikasi
seperti yang tercantum di bawah ini:
§ Konstruksi umum dan Las
§ Pipa dan Tabung
§ Komponen dan Rangka Otomotif
§ Jalur pipa untuk Minyak dan Gas
§ Casing dan Tubing pipa sumur minyak
§ Tabung gas
§ Baja tahan korosi cuaca
§ Rerolling
§ Konstruksi kapal
§ Boiler dan pressurized container
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil KKDU pada hari
Selasa tanggal15 Juni 2014, di PT. Krakatau Steelpenulis mengambil kesimpulan
Bahwa PT. Krakatau Steeladalah perusahaan BUMN terbesar sebagai produsen baja
di Indonesia.
Proses pengolahan besi PT Krakatau Steel berbeda untuk
setiap pabrik sesuai dengan karakteristik pabrik masing-masing. Pabrik
Besi Spons (Direct Reduction Plant) menerapkan teknologi berbasis gas alam
dengan proses reduksi langsung menggunakan teknologi Hyl dari Meksiko. Pabrik
ini menghasilkan besi spons (Fe) dari bahan mentahnya berupa pellet bijih besi
(Fe2O3 and Fe3O4), dengan
menggunakan gas alam (CH4) dan air (H2O).
Pabrik Billet Baja (Billet Steel Plant) mulai beroperasi
pada tahun 1979. Pabrik ini menerapkan teknologi MAN GHH dari Jerman dan memiliki
kapasitas produksi sebesar 500.000 ton per tahun.
Pabrik Slab Baja (Slab Steel Plant) terdiri dari 2 (dua)
buah pabrik, yang pertama adalah SSP-1 yang menerapkan teknologi MAN GHH dari
Jerman dan memiliki kapasitas produksi sebesar 1.000.000 ton per tahun,
sedangkan yang kedua adalah SSP-2 yang dilengkapi dengan teknologi Voest Alpine
dari Austria dan memiliki kapasitas produksi sebesar 800.000 ton per tahun.
Pabrik ini memproduksi baja lembaran dengan cara pengerolan
panas, berkapasitas 2,5 juta ton per tahan dan bahan baku yang digunakan adalah
slab baja dari Slab Steel Plant. Pabrik ini mulai beroperasi pada tahun 1983
dengan menghasilkan produk dengan ukuran – ukuran sebagai berikut :
ü Tebal : 18 - 25 mm.
ü Lebar : 650 - 2080 mm.
ü Berat maksimal : 30 ton per gulung.
.
Saran
Berdasarkan
pelaksanaan dari kegiatan KKDU penyusun mempunyai saran yaitu :
1. Semoga
KKDU dapat dilaksanakan di tahun-tahun
berikutnya, tidak berhenti ditahun ini saja.
2. Untuk
KKDU selanjutnya agar sesuai dengan jurusan yang ada di sekolah, misalnya :
a. Akuntansi
di bidang perusahaan yang lebih condong keperkantoran.
b. Otomotif
lebih cenderung ke mesin kendaraan.
LAMPIRAN-LAMPIRAN