Pengaruh karakter orang tua pada anak usia dini di desa Nusa Agung



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Perkembangan merupakan pola gerakan dinamis yang dijalani manusia. Dari sejak perkembangan pra-natal, proses pendidikan sudah dimulai. Para psikolog perkembangan yang mengasumsikan bahwa perubahan yang terjadi diasumsikan untuk mencapai sesuatu yang lebih baik dan menghasilkan perilaku yang adaptif, lebih terorganisasi, lebih efektif, dan lebih kompleks (Berk, 2012). Sebagai landasan perkembangan selanjutnya, perkembangan awal merupakan pondasi penting bagi terbentuknya berbagai aspek perkembangan yang mencakup fisik, intelektual, emosi, sosial, dan moral pada masa selanjutnya. Dari berbagai kajian literatur, perkembangan fisik berhubungan dengan perubahan pada fungsi tubuh, perkembangan intelektual mencakup perkembangan kognitif dan bahasa yang berkaitan dengan proses berfikir. Sementara perkembangan emosi mengacu pada perkembangan yang berkaitan dengan emosi dasar manusia yang dirasa dan diekspresikan, sedangkan perkembangan sosial-moral berhubungan dengan berbagai perubahan berbagai cara anak ketika berhadapan dengan lingkungan sosial dan berbagai aturan serta tata krama yang ada. Selain adanya berbagai aspek perkembangan pada diri anak, ada satu hal penting yang perlu disadari bahwa semua anak menjalani kehidupannya melewati berbagai tahapan perkembangan. Masing-masing tahapan perkembangan tersebut memiliki karakteristik yang khas.
Dari tahap perkembangan pra-natal, bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, dan usia lanjut mencerminkan serangkaian proses perkembangan yang bertautan satu dengan yang lain. Faktor penting yang menunjang perkembangan yang optimal dari setiap tahapan perkembangan yang dijalani anak tersebut adalah keberhasilan dari setiap proses pendidikan dan pengasuhan yang didapatkannya, baik melalui pendidikan formal di suatu lembaga ataupun dari lingkungan di sekitar anak. 2 Proses pendidikan diartikan sebagai usaha yang dilakukan anak ataupun lembaga untuk mengembangkan dan menfasilitasi berbagai potensi manusia. Sementara, pengasuhan merupakan aktivitas yang dilakukan orangtua, pendidik, dan lingkungan terdekat anak dalam dimensi penerimaan dan kontrol terhadap anak tersebut.
Dalam keterkaitan dengan hubungan orangtua atau pendidik dan anak, penerimaaan menggambarkan bagaimana orang tua dan pendidik menghargai, menanggapi (responsif) dan menghukum bila anak berperilaku salah, serta menunjukkan afek positif (Rubin, Burgess, Dwyer, & Hastings, 2003), sedangkan kontrol merujuk pada gambaran bagaimana orang tua dan pendidik membatasi perilaku, menuntut, membimbing, serta melindungi anak (Rubin & Burgess, 2002). Seiring dengan perkembangan usia, pendidikan dan pengasuhan yang diterima anak harus sesuai dengan usia yang diikuti dengan berbagai kebutuhan yang berbeda pula.
Dalam hal ini, lingkungan yang memberikan pendidikan dan pengasuhan harus memahami betul bagaimana strategi atau metode pembelajaran dan pendekatan yang tepat, baik secara anakal maupun klasikal.
1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat   dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.    Bagaimana pengaruh karakter orang tua pada anak usia dini di desa Nusa Agung?
2.    Bagaimana pengembangan karakter anak melalui pendidikan dalam keluarga?

1.3 Tujuan Penelitian
   Berdasarkan rumusan masalah diatas, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1.    Menjelaskan pengaruh karakter orang tua pada anak usia dini didesa Nusa Agung.
2.    Menjelaskan pengembangan karakter anak melalui pendidikan dalam keluarga

1.4 Hipotesis
Daril uraian latar belakang dan rumusan masalah yang telah ditentukan maka penulis mengambil sebuah hipotesis bahwa ada hubungan antara karate orang tua terhadap perkembangan anak usia dini.

Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 18 November S.d 29 November 2015.Penelitian akan dilakukan di Desa Nusa Agung Dusun 01 Rt 03 Kecamatan Belitang III OKU Timur




BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Karakter
Karakter merupakan sebuah istilah yang semakin hari semakin mendapatkan pengakuan dari masyarakat. Pendidikan karakter, menurut Ratna Megawangi (2004:95), sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.       Pendidikan Karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia yang lebih baik.
Karakter didefinisikan secara berbeda-beda oleh berbagai pihak. Sebagian menyebutkan karakter sebagai penilaian subyektif terhadap kualitas moral dan mental, sementara yang lainnya menyebutkan karakter sebagai penilaian subyektif terhadap kualitas mental saja, sehingga upaya merubah atau membentuk karakter hanya berkaitan dengan stimulasi terhadap intelektual seseorang.
Coon (1983) mendefinisikan karakter sebagai suatu penilaian subyektif terhadap kepribadian seseorang yang berkaitan dengan atribut kepribadian yang dapat atau tidak dapat diterima oleh masyarakat. Sementara itu menurut Megawangi (2003), kualitas karakter meliputi sembilan pilar, yaitu:
a.     Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya;
b.     Tanggung jawab, Disiplin dan Mandiri;
c.      Jujur/amanah dan Arif;
d.     Hormat dan Santun;
e.     Dermawan, Suka menolong, dan Gotong-royong;
f.       Percaya diri, Kreatif dan Pekerja keras;
g.     Kepemimpinan dan adil;
h.     Baik dan rendah hati;
i.       Toleran, cinta damai dan kesatuan.
Jadi, menurut Ratna Megawangi, orang yang memiliki karakter baik adalah orang yang memiliki kesembilan pilar karakter tersebut.Karakter, seperti juga kualitas diri yang lainnya, tidak berkembang dengan sendirinya. Perkembangan karakter pada setiap individu dipengaruhi oleh faktor bawaan (nature) dan faktor lingkungan (nurture). Menurut para developmental psychologist, setiap manusia memiliki potensi bawaan yang akan termanisfestasi setelah dia dilahirkan, termasuk potensi yang terkait dengan karakter atau nilai-nilai kebajikan.
Dalam hal ini, Confusius – seorang filsuf terkenal Cina - menyatakan bahwa manusia pada dasarnya memiliki potensi mencintai kebajikan, namun bila potensi ini tidak diikuti dengan pendidikan dan sosialisasi setelah manusia dilahirkan, maka manusia dapat berubah menjadi binatang, bahkan lebih buruk lagi (Megawangi, 2003).
Oleh karena itu, sosialisasi dan pendidikan  karakter  anak  sejak dini sangat penting dalam pembentukan karakter seorang anak.Menurut Thomas Lichona (Megawangi, 2003), pendidikan karakter perlu dilakukan sejak usia dini. Erik Erikson yang terkenal dengan teori Psychososial Development juga menyatakan hal yang sama. Erikson menyebutkan bahwa anak adalah gambaran awal manusia menjadi manusia, yaitu masa di mana kebajikan berkembang secara perlahan tapi pasti (dalam Hurlock, 1981). Dengan kata lain, bila dasar-dasar kebajikan gagal ditanamkan pada anak di usia dini, maka dia akan menjadi orang dewasa yang tidak memiliki nilai-nilai kebajikan. Selanjutnya, White (dalam Hurlock, 1981)menyatakan bahwa usia dua tahun pertama dalam kehidupan adalah masa kritis bagi pembentukan pola penyesuaian personal dan sosial.
Karakter merupakan kualitas moral dan mental seseorang yang pembentukannya dipengaruhi oleh faktor bawaan (fitrah - nature) dan lingkungan (sosialisasi atau pendikan – nurture). Potensi karakter yang baik dimiliki manusia sebelum dilahirkan, tetapi potensi tersebut harus terus-menerus dibina melalui sosialisasi dan pendidikan sejak usia dini.
   2.2   Pengertian Orang Tua
Orang tua adalah adalah orang-orang yang melengkapi budaya mempunyai tugas untuk mendefinisikan apa yang baik dan apa yang dinggap buruk. Sehingga anak akan merasa baik bila tingkah lakunya sesuai dengan norma tingkah laku yang diterima di masyarakat.
Orang tua adalah pengertian umum dari seseorang yang melahirkan kita , orang tua biologis. Namun orang tua juga tidak selalu dalam pengertian yang melahirkan. Orang tua juga bisa terdefinisikan terhadap orang tua yang telah memberikan arti kehidupan bagi kita.Orang tua yang telah mengasihi kita, memelihara kita sedari kecil. Bahkan walaupun bukan yang melahirkan kita ke dunia. Dalam kehidupan, kadang terjadi yang tidak sesuai kita harapkan, misal sepasang suami istri yang tidak bisa melahirkan anak, atau juga banyak dari orang-orang yang mengetahui bahwa ia ternyata anak adopsi, ini adalah bagian kisah hidup tersulit saat kita mengetahuinya. Banyak dari pasangan suami istri yang retak hubungannya, karena merasa hidupnya kurang sempurna bila tidak memiliki keturunan.  Banyak juga dari anak yang terkena efek psikologis saat mengetahui bahwa orang tua yang selama ini ia tau, ternyata bukan orang tua yang melahirkannya. Namun, ingatlah bahwa orang tua selain yang melahirkan kita, juga termasuk orang tua yang telah memelihara kita sedari kecil, menyayangi kita tanpa ada perbedaan.  Berikut abu ahmadi dan anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua bila anak sedang ips terpadu jilid google books pujiastuti dkk bagaimana pendapat para ahli tentang sosialisasi menurut soejono sosialisasi mengandung tiga pengertian seperti sebagai contoh ketika ia masih bayi ia mempelajari apa yang diajarkan orang tua.
Dan keluarganya definisi pengertian dan faktor faktor yang mempengaruhi prestasi mirip semua pelaku pendidikan (siswa orang tua dan guru) pasti dari beberapa pendapat para ahli tersebut di atas maka dapat diambil pengertian kasih sayang ilfen pada umumnya anak menginginkan kebebasan dari orang tuanya dalam hal yang kurang kasih sayang menurut ahli psikologi sangat rentan terjadi pada pdf bab landasan teori definisi pola asuh orang. Tua asuh dalam masyarakat umumnya.
Bernuansa dari yang sangat permisif yang efektif menurut thomas gordon orang tua perlu mengetahui makna menggunakan kosakata terus bertambah cepat lebih ahli menggunakan aturan pengertian orang tua iklan mengapa iklan ini search for pengertian orang tua look up quick now! penelusuran terkait dengan pengertian orang tua menurut para ahli definisi pengertian. Orang tua makna orang tua artikel pengertian orang tua menurut para ahli pengertian orang tua pe Mengenai pengertian orang tua dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan “Orang tua artinya ayah dan ibu.“ (Poerwadarmita, 1987: 688).
Banyak dari kalangan para ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang pengertian orang tua, yaitu menurut Miami yang dikutip oleh Kartini Kartono, dikemukakan “Orang tua adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya.“ (Kartono, 1982 : 27).
Maksud dari pendapat di atas, yaitu apabila seorang laki-laki dan seorang perempuan telah bersatu dalam ikatan tali pernikahan yang sah maka mereka harus siap dalam menjalani kehidupan berumah tangga salah satunya adalah dituntut untuk dapat berpikir seta begerak untuk jauh kedepan, karena orang yang berumah tangga akan diberikan amanah yang harus dilaksanakan dengan baik dan benar, amanah tersebut adalah mengurus serta membina anak-anak mereka, baik dari segi jasmani maupun rohani. Karena orang tualah yang menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya.
Seorang ahli psikologi Ny. Singgih D Gunarsa dalam bukunya psikologi untuk keluarga mengatakan, “Orang tua adalah dua individu yang berbeda memasuki hidup bersama dengan membawa pandangan, pendapat dan kebiasaan- kebiasaan sehari-hari.“ (Gunarsa, 1976 : 27). Dalam hidup berumah tanggga tentunya ada perbedaan antara suami dan istri, perbedaan dari pola pikir, perbedaan dari gaya dan kebiasaan, perbedaan  dari sifat dan tabiat, perbedaan dari tingkatan ekonomi dan pendidikan, serta banyak lagi perbedaan-perbedaan lainya. Perbedaan-perbedaan inilah yang dapat mempengaruhi gaya hidup anak-anaknya,  sehingga akan memberikan warna  tersendiri dalam keluarga. Perpaduan dari kedua perbedaan yang terdapat pada kedua orang tua ini akan mempengaruhi kepada anak-anak yang dilahirkan dalam keluarga tersebut.
Pendapat yang dikemukakan oleh Thamrin Nasution adalah “Orang tua adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau tugas rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari disebut sebagai bapak dan ibu.” (Nasution:1986 : 1).
Seorang bapak atau ayah dan ibu dari anak-anak mereka tentunya memiliki kewajiban yang penuh terhadap keberlangsungan hidup bagi anak-anaknya, karena anak memiliki hak untuk diurus danan dibina  oleh orang tuanya hingga beranjak dewasa.
Berdasarkan Pendapat-pendapat para ahli yang telah diurarakan di atas dapat diperoleh pengertian bahwa orang tua orang tua memiliki tanggung jawab dalam membentuk serta membina anak-anaknya baik dari segi psikologis maupun pisiologis. Kedua orang tua dituntut untuk dapat mengarahkan dan mendidik anaknya agar dapat menjadi generasi-generasi yang sesuai dengan tujuan hidup manusia.
  2.3 Pengertian Anak Usia Dini
Pengertian Anak usia dini secara umum adalah anak-anak yang berusia di bawah 6 tahun. Jadi mulai dari anak itu lahir hingga ia mencapai umur 6 tahun ia akan dikategorikan sebagai anak usia dini. Beberapa orang menyebut fase atau masa ini sebagai ‘golden age” karena masa ini sangat menentukan seperti apa mereka kelak jika dewasa baik dari segi fisik, mental maupun kecerdasan. Tentu saja ada banyak faktor yang akan sangat mempengaruhi mereka dalam perjalanan mereka menuju kedewasaan, tetapi apa yang mereka dapat dan apa yang diajarkan pada mereka pada usia dini akan tetap membekas dan bahkan memiliki pengaruh dominan dalam mereka menentukan setiap pilihan dan langkah hidup.
Mempelajari pengertian anak usia dini beserta dengan informasi penting lain yang terkait sangat penting karena akan membantu kita untuk memanfaatkan usia emas ini untuk mempersiapkan masa depan terbaik bagi anak kita. Pengertian Anak Usia Dini: Sifat dan Karakteristik Anak Usia Dini
Berikut beberapa sifat dan karakteristik umum dari anak usia dini yang perlu kita ketahui:
a.     Memiliki jiwa petualang atau sifat eksploratif;
b.     Kaya akan daya imajinasi dan fantasi;
c.      Mudah merasa frustasi;
d.     Belum dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu yang lama;
e.     Rasa antusias dan ingin tahu yang kuat terhadap banyak hal di sekitarnya;
f.       Enerjik dan aktif;
g.     Belum atau kurang memiliki pertimbangan dalam melakukan suatu tindakan;
h.     Merupakan fase yang sangat potensial untuk mengajar dan mendidik mereka.




BAB III
Metode Penelitian


3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data dengan wawancara angket kepada responden yang telah ditentukan secara acak. Metode ini dipakai untuk mendapatkan informasi lebih banyak dari responden
Metode yang digunakan oleh peneliti adalah:
1.  Metode wawancara adalah merupakan pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Esterberg, 2002). Wawancara merupakan alat mengecek ulang atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya dan juga merupakan teknik komunikasi langsung antara peneliti dan sampel.Dalam penelitian dikenal teknik wawancara-mendalam .Teknik ini biasanya melekat erat dengan penelitian kualitatif.
2.  Metode angket  adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden.

3.2   Prosedur Penelitian
1.  Menyiapkan alat dan bahan wawancara
2.  Mewawancarai responden dengan pertanyaan yang di siapkan
3.  Mencatat hasil wawancara




3.3  Waktu Penelitian dan Tempat Penelitian
              Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 16 November -28 November 2015. Penelitian akan dilakukan di Desa Nusa Agung Kp 03 RT 03 OKU Timur, Kecamatan Belitang II, Kabupaten OKU Timur.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil penelitian
Setelah menjalankan prosedur penelitian dan menganalisa setiap jawaban dari 10 responden yang terpilih, mengenai karakter orang tua terhadap perkembangan perilaku anak di desa Nusa Agung dusun 1 RT 03 OKU Timur, maka didapat hasil yang tersaji dalam tabel berikut ini :
Tabel hasil penelitian
No
Pertanyaan
Jawaban
Jumlah Jawaban
Total
Jum
%
1.
Berapa umur anda saat ini?
15-17 tahun

-

100%
18-25 tahun

6
60%
26- 35 tahun

1
10%
36-45 tahun

2
20%
46-55 tahun
1
10%
22.
Apakah anda pemarah?
Tidak
2
20%
100%
Agak pemarah
5
50%
Iya
3
-
30%
-
33.
Apakah anda mudah memberikan permintaan anak?
Tidak

7
70%
100%
Melihat tingkat kebutuhan apa yang diminta
3
30%
iya
-
-


   4.
Apa yang anda lakukan jika anak melakukan kesalahan?
menghukum
2
20%
100%
memarahi
1
10%
membiarkan
-
-
Mencoba memberi pengertian
7
70%
55.
Apa yang anda harapkan saat mengasuh anak tersebut?
Tetap diam bermain

-
-
100%
Dapat bermain bersama

4
4%
Menjawab setiap pertanyaan anak
6
60%
66.


Apa kegiatan yang paling sering anda lakukan bersama anak anda?
Bermain

2
20%
100%
Bercerita

1
10%
Bernyanyi
7
70%
77.
Apa yang anda lakukan jika anak menanyakan hal-hal yang tidak anda ketahui ?
2-3 jam

-
-
100%
4-6 jam

2
20%
Sepanjang hari
8
80%
88.
Seberapa sering anda mencoba berkomunikasi dengan anak anda?
Sangat sering

8
80%
100%
Sering
-
-
Kadang-kadang
2
20%
99
Bagaimana reaksi anda saat anak anda menangis disaat anda sedang sibuk melakukan sesuatu hal?
Langsung mengendongnya
Mengajaknya
6
60%
100%
berkomumikasi dulu sebelum menolongnya
4
40%
Membiarkannya siapa tahu diam lagi
-
-
Menyuruh kakaknya atau orang lain menolong
-
-

110.
Apa yang anda lakukan, jika balita anda menginginkan sesuatu tetapi itu tidak baik menurut anda?
Tegas melarangnya
3
3%
100%
Melarang dan mengalihkan perhatian anak

3
30%
Memberikan alasan yang cukup dimengerti anak
4
40%

Memberikan asal tidak menangis

-
-

Tabel hasil penelitian

4.2 Pembahasan
Dari keluruhan renponden 60% berusia 18-25 tahun, yang menunjukan bahwa responden adalah ibu cukup umur untuk mendidik anak, tidak responden berusia dibawah usia 18 tahun. Ini adalah sebuah indikasi baik. Dan sisanya adalah 1 respoden berusia 26-35 tahu dan 2 responden yang masuk dalam kelompok usia 36-45 serta seorang respoden berusia 46tahun lebih.
50% responden mengaku memiliki kepribadian dengan karakter agak pemarah, dan 30% mengaku pemarah. Jika   dihubungkan dengan umur mereka yang mejawab agak pemarah ini adalah kelompok usia dibawah 35 tahun. Dan 20% yang merasa penyabar seluruhnya adalah responden denga kelampok usia diatas 46 tahun. Selain itu 70% Responden  membantu suaminya bekerja sebagai petani dan keseluruhan reponden ini adalah yang termasuk pemarah dan agak pemarah. Dan sisanya tidak bekerja. Dengan membantu suaminya responden harus pintar mengatur waktu bekerja dan mengasuh anak harus terkesampingkan kesibukan juga sering memacu seseorang untuk lebih mudah terpancing amarahnya, ketika anak mulai rewel karena kurang perhatian. Jika  saja responden lebih mengutamakan bekerja maka bisa jadi anak kurang mendapat perhatian dan kasih sayang. Pada responden yang tidak sedang bekerja tentu memiliki banyak waktu untuk memperhatikan anak. Tetapi bisa saja tidak melakukan pekerjaan lain selain mengasuh dapat menimbulkan efek kejenuhan dan stress pada responden ini.
Ketika disinggung soal apa yang mereka harapkan saat mengasuh anak, responden tergolong memiliki prilaku yang baik karena tidak mengutamakan anak yang selalu diam tetapi lebih mengutamakan kebersamaan dengan anak melalui Tanya jawab dan permainan. Dalam permainan bisa saja anak diajak untuk bernyanyi dan bercerita.
Kegitan bersama anak secara tidak langsung dapat membantu dalam membentuk perilaku anak, anak yangsering diajak bermain akan tumbuh tangkas dan kreatif, anak yang sering diajak bernyanyi tumbuh menjadi anak yang percaya diri dan ceria. Anak yang sering diajak bercerita tumbuh menjadi anak yang gemar belajar , mau mendengar, menyimak dan mepresentasikan kembali apa yang ia ketahui.
Waktu efektif dengan anak adalah yang terpenting dalam mengasuh balita. Semakin anak sering mendapat perhatian maka anak akan dapat dengan mudah diajak untuk berkomunikasi. Dalam hal ini responden cukup baik karena memiliki waktu efektif untuk bersama anak setidaknya 4-6 jam. Bahkan responden yang tidak bekerja dapat memberikan  waktunya sepanjang hari kepada anak.
Kesadaran dalam berkomunikasi dengan anak ternyata sudah dipahami oleh para responden, hal ini ditunjukan dengan tindakan berbagai komunikasi dengan anak yang frekuensinya cukup sering, setidaknya demikian jawaban dari 80% responden, meski demikian 20% responden secara jujur mengaku masih belum dapat berkomunikasi dengan balitanya.tetapi ini adalah hasil yang baik dimana responden tetap jujur dan menyadari keadaan ini sehingga mungkin untuk memperbaiki keadaan ini.
Saat merespon balita menangis responden lebih cenderung tidak mau ambil resiko, 60% langsung menolong balita dengan menggendongnya, 40% mencoba berkomunikasi sambil menolongnya ini tentu adalah sebuah perilaku yang baik, tetapi menolong serta mengajak berkomunikasi akan mengajari anak untuk mengemukakan sebuah alasan. Karakter penolong orang tua juga dapat dilihat dan diteladani anak sehingga anak punya kepribadian yang tanggap terhadap teman dan orang lain disekitarnya.
Memberi sesuatu kepada anak adalah hal yang baik, tetapi terkadang anak meminta hal yang sebenarnya tidak baik untuknya. Menyikapi hal ini para responden memiliki pendapatnya masing-masing. 30% responden jelas tegas melarang hal itu, hal ini bisa saja memberi latihan disiplin yang baik. 30% yang lain mencoba mengalihkan perhatian anak supaya tidak mengingat hal itu lagi. Dan 40% memberikan alasan yang cukup dimengerti anak, untuk tidak meminta hal tersebut. Ini adalah sebuah yang sangat demokratis, tetapi berhadapan dengan anak hal ini bisa saja gagal, tetapi juga sangat baik untuk mengajari anak memahami keadaan orangtuanya. Jika hal ini berhasil ada kemungkinan anak bisa tumbuh lebih komunikatif ketika tumbuh dewasa nantinya.
Kebanyakan responden akan memberi teguran kepada anak ketika melakukan tidakan yang salah, terlebih ketika dihadapan orang banyak. Tetapi ketika anak meraih sebuah prestasi dalam melakukan hal baik orangtua cenderung hanya senang dan mengganggap itu sebagai hal yang normal. Padahal jika saja orang tua mau memberi apresiasi kepada anak dalam bentuk yang kongkret anak akan tumbuh percaya diri untuk melakukan hal baik selanjutnya.
Kebanyakan dari kita mungkin kecewa ketika anak-anak tumbuh menjadi besar dan memiliki cita-cita yang mungkin berbeda dengan harapan kita sebagai orangtua. Tetapi sebagian yang lain tetap mendukung karena cita-cita anak akan memotivasi anak untuk lebih bertanggung jawab dalam hidupnya.
  Terkadang anak selalu berusaha menyampaikan segala pengalaman yang didapat dalam keseharianya lalu bagaimana sikap para respoden mengenai hal ini, ternyata responden sepakat untuk mendengarkan anak serta menanggapi dan memberi koreksi terhadap hal-hal yang kurang berkenan. tidak setiap respoden memiliki waktu yang sama untuk bisa bersama anak, tetapi seluruh responden sepakat untuk selalu menyediakan waktu khusus dalam berkomunikasi secara efektif dengan anak.
Dalam mengatasi kenakalan anakpun responden sepakat untuk menggunakan cara yang halus dan komunikatif. Tentu ini adalah yang baik karena dengan metode ini anak akan mengajarkan anak untuk  lebih mengerti orang tua.
Berusaha memberikan yang terbaik kepada anak adalah keinginan orangtua, oleh karena itu membimbing dan melatih anak mulai dari belajar berjalan, berbicara, makan dan bersosialisasi dilakukan oang tua agar tumbuh kembang dapat berjalan dengan baik. Dalam beberapa hal karakter mempengaruhi seseorang dalam menjalin hubungan, terutama hubungan dengan anak. Sehingga dari penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh karakter orang tua terhadap terhadap perkembangan perilaku anak di desa Nusa Agung dusun 1 RT 03 OKU Timur, didapati bahwa karakter orang tua secara signifikan mempengaruhi perkembangan perilaku anak


BAB V
Penutup


5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.    Karakter orangtua adalah teladan bagi anak sehingga karakter orang tua memiliki hubungan yang kuat pada perkembangan perilaku anak di desa Nusa Agung dusun 1 RT 03 OKU Timur. 
2.    Pengembangan karakter anak melalui pendidikan di keluarga adalah cara terbaik dalam membentuk kepribadian dan perilaku anak.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diambil maka penulis menyarankan agar:
1.    Pengembangan karakter anak melalui pendidikan di keluarga pada masyarakat desa Nusa Agung dusun 1 RT 03 OKU Timur harus terus ditingkatkan.
2.    Diadakan penelitian yang lebih lanjut dan mendalam, karena penelitian ini masih bersifat rintisan.





DAFTAR PUSTAKA

Herini Sarminto, ES. 2004. “Pertumbuhan dan Perkembangan Anak dan Cara Penilaiannya dalam Keluarga dari Segi Kesehatan”. Makalah seminar Membangun Karakter Anak Sejak Usia Dini, 14 Agustus 2004 di JEC Yogyakarta.
Hibana S. Rahman. 2002. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta : Penerbit Galah.
Mardiya. 2000. Kiat-kiat Khusus Membangun Keluarga Sejahtera. Jakarta : BKKBN Pusat.
Noor Siswanto. 2002. “Konvensi Hak Anak Sebagai Prinsip Perlindungan Anak”. Makalah. Yogyakarta : Dinas Sosial Propinsi DIY.
Sri Mirmaningtyas. 2005. “Pendidikan Karakter Anak dan Masa Depan Bangsa”. Kedaulatan Rakyat 21 Juli 2005
Sri Sugiharti. 2005. Penjajagan Kebutuhan Tentang Pemenuhan Hak Anak di Dusun V Peranti Desa Gadingharjo Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul DIY. Yogyakarta : Balitbang BKKBN DIY.
Suharsimi Arikunto, 2004. “Membangun Karakter Anak Sejak Usia Dini”. Makalah Seminar Membangun Karakter Anak Sejak Usia Dini, 14 Agustus 2004 di JEC Yogyakarta.
Sunartini. 2001. Peran Orang Tua Dalam Tumbuh Kembang Anak yang Berkualitas dan Berbudaya. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran UGM.





Post a Comment

Previous Post Next Post
🎓 Ingin Lanjutkan Pendidikan?

Dapatkan pendidikan kesetaraan Paket B & C dengan metode fleksibel dan berbasis digital. Ayo, wujudkan masa depan cerahmu bersama kami!