BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan merupakan pola gerakan dinamis
yang dijalani manusia. Dari sejak perkembangan pra-natal, proses pendidikan
sudah dimulai. Para psikolog perkembangan yang mengasumsikan bahwa perubahan
yang terjadi diasumsikan untuk mencapai sesuatu yang lebih baik dan
menghasilkan perilaku yang adaptif, lebih terorganisasi, lebih efektif, dan
lebih kompleks (Berk, 2012). Sebagai landasan perkembangan selanjutnya,
perkembangan awal merupakan pondasi penting bagi terbentuknya berbagai aspek
perkembangan yang mencakup fisik, intelektual, emosi, sosial, dan moral pada
masa selanjutnya. Dari berbagai kajian literatur, perkembangan fisik
berhubungan dengan perubahan pada fungsi tubuh, perkembangan intelektual
mencakup perkembangan kognitif dan bahasa yang berkaitan dengan proses
berfikir. Sementara perkembangan emosi mengacu pada perkembangan yang berkaitan
dengan emosi dasar manusia yang dirasa dan diekspresikan, sedangkan
perkembangan sosial-moral berhubungan dengan berbagai perubahan berbagai cara
anak ketika berhadapan dengan lingkungan sosial dan berbagai aturan serta tata
krama yang ada. Selain adanya berbagai aspek perkembangan pada diri anak, ada
satu hal penting yang perlu disadari bahwa semua anak menjalani kehidupannya
melewati berbagai tahapan perkembangan. Masing-masing tahapan perkembangan
tersebut memiliki karakteristik yang khas.
Dari tahap perkembangan pra-natal, bayi,
kanak-kanak, remaja, dewasa, dan usia lanjut mencerminkan serangkaian proses
perkembangan yang bertautan satu dengan yang lain. Faktor penting yang
menunjang perkembangan yang optimal dari setiap tahapan perkembangan yang
dijalani anak tersebut adalah keberhasilan dari setiap proses pendidikan dan
pengasuhan yang didapatkannya, baik melalui pendidikan formal di suatu lembaga
ataupun dari lingkungan di sekitar anak. 2 Proses pendidikan diartikan sebagai
usaha yang dilakukan anak ataupun lembaga untuk mengembangkan dan menfasilitasi
berbagai potensi manusia. Sementara, pengasuhan merupakan aktivitas yang
dilakukan orangtua, pendidik, dan lingkungan terdekat anak dalam dimensi
penerimaan dan kontrol terhadap anak tersebut.
Dalam keterkaitan dengan hubungan orangtua
atau pendidik dan anak, penerimaaan menggambarkan bagaimana orang tua dan
pendidik menghargai, menanggapi (responsif) dan menghukum bila anak berperilaku
salah, serta menunjukkan afek positif (Rubin, Burgess, Dwyer, & Hastings,
2003), sedangkan kontrol merujuk pada gambaran bagaimana orang tua dan pendidik
membatasi perilaku, menuntut, membimbing, serta melindungi anak (Rubin &
Burgess, 2002). Seiring dengan perkembangan usia, pendidikan dan pengasuhan
yang diterima anak harus sesuai dengan usia yang diikuti dengan berbagai
kebutuhan yang berbeda pula.
Dalam hal ini, lingkungan yang memberikan
pendidikan dan pengasuhan harus memahami betul bagaimana strategi atau metode
pembelajaran dan pendekatan yang tepat, baik secara anakal maupun klasikal.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh karakter orang tua pada anak usia dini di desa
Nusa Agung?
2. Bagaimana pengembangan karakter anak melalui pendidikan dalam
keluarga?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah diatas, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1. Menjelaskan pengaruh karakter orang tua pada anak usia dini
didesa Nusa Agung.
2. Menjelaskan pengembangan karakter anak melalui pendidikan
dalam keluarga
1.4 Hipotesis
Daril uraian latar belakang dan rumusan masalah yang telah
ditentukan maka penulis mengambil sebuah hipotesis bahwa ada hubungan antara
karate orang tua terhadap perkembangan anak usia dini.
Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 18 November S.d 29 November
2015.Penelitian akan dilakukan di Desa Nusa Agung Dusun 01 Rt 03 Kecamatan
Belitang III OKU Timur
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1 Pengertian Karakter
Karakter merupakan sebuah istilah yang
semakin hari semakin mendapatkan pengakuan dari masyarakat. Pendidikan karakter,
menurut Ratna Megawangi (2004:95), sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar
dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada
lingkungannya. Pendidikan
Karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada
warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha
Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi
manusia yang lebih baik.
Karakter didefinisikan secara berbeda-beda
oleh berbagai pihak. Sebagian menyebutkan karakter sebagai penilaian subyektif
terhadap kualitas moral dan mental, sementara yang lainnya menyebutkan karakter
sebagai penilaian subyektif terhadap kualitas mental saja, sehingga upaya
merubah atau membentuk karakter hanya berkaitan dengan stimulasi terhadap
intelektual seseorang.
Coon (1983) mendefinisikan karakter sebagai suatu
penilaian subyektif terhadap kepribadian seseorang yang berkaitan dengan
atribut kepribadian yang dapat atau tidak dapat diterima oleh masyarakat.
Sementara itu menurut Megawangi (2003), kualitas karakter meliputi sembilan
pilar, yaitu:
a. Cinta
Tuhan dan segenap ciptaan-Nya;
b. Tanggung
jawab, Disiplin dan Mandiri;
c. Jujur/amanah
dan Arif;
d. Hormat
dan Santun;
e. Dermawan,
Suka menolong, dan Gotong-royong;
f. Percaya
diri, Kreatif dan Pekerja keras;
g. Kepemimpinan
dan adil;
h. Baik
dan rendah hati;
i. Toleran,
cinta damai dan kesatuan.
Jadi, menurut Ratna Megawangi, orang yang
memiliki karakter baik adalah orang yang memiliki kesembilan pilar karakter
tersebut.Karakter, seperti juga kualitas diri yang lainnya, tidak berkembang
dengan sendirinya. Perkembangan karakter pada setiap individu dipengaruhi oleh
faktor bawaan (nature) dan faktor lingkungan (nurture). Menurut para
developmental psychologist, setiap manusia memiliki potensi bawaan yang akan
termanisfestasi setelah dia dilahirkan, termasuk potensi yang terkait dengan
karakter atau nilai-nilai kebajikan.
Dalam hal ini, Confusius – seorang filsuf
terkenal Cina - menyatakan bahwa manusia pada dasarnya memiliki potensi
mencintai kebajikan, namun bila potensi ini tidak diikuti dengan pendidikan dan
sosialisasi setelah manusia dilahirkan, maka manusia dapat berubah menjadi
binatang, bahkan lebih buruk lagi (Megawangi, 2003).
Oleh karena itu, sosialisasi dan pendidikan karakter
anak sejak dini sangat penting dalam pembentukan karakter
seorang anak.Menurut Thomas Lichona (Megawangi, 2003), pendidikan karakter
perlu dilakukan sejak usia dini. Erik Erikson yang terkenal dengan teori
Psychososial Development juga menyatakan hal yang sama. Erikson
menyebutkan bahwa anak adalah gambaran awal manusia menjadi manusia, yaitu masa
di mana kebajikan berkembang secara perlahan tapi pasti (dalam Hurlock, 1981).
Dengan kata lain, bila dasar-dasar kebajikan gagal ditanamkan pada anak di usia
dini, maka dia akan menjadi orang dewasa yang tidak memiliki nilai-nilai
kebajikan. Selanjutnya, White (dalam Hurlock, 1981)menyatakan bahwa usia dua
tahun pertama dalam kehidupan adalah masa kritis bagi pembentukan pola
penyesuaian personal dan sosial.
Karakter merupakan kualitas moral dan mental
seseorang yang pembentukannya dipengaruhi oleh faktor bawaan (fitrah - nature)
dan lingkungan (sosialisasi atau pendikan – nurture). Potensi karakter yang
baik dimiliki manusia sebelum dilahirkan, tetapi potensi tersebut harus
terus-menerus dibina melalui sosialisasi dan pendidikan sejak usia dini.
2.2 Pengertian
Orang Tua
Orang tua adalah
adalah orang-orang yang melengkapi budaya mempunyai tugas untuk mendefinisikan
apa yang baik dan apa yang dinggap buruk. Sehingga anak akan merasa baik bila
tingkah lakunya sesuai dengan norma tingkah laku yang diterima di masyarakat.
Orang tua adalah pengertian umum dari seseorang yang melahirkan kita ,
orang tua biologis. Namun orang tua juga tidak selalu dalam pengertian yang melahirkan.
Orang tua juga bisa terdefinisikan terhadap orang tua yang
telah memberikan arti kehidupan bagi kita.Orang tua yang telah
mengasihi kita, memelihara kita sedari kecil. Bahkan walaupun bukan yang
melahirkan kita ke dunia. Dalam kehidupan, kadang terjadi yang tidak sesuai
kita harapkan, misal sepasang suami istri yang tidak bisa melahirkan anak, atau
juga banyak dari orang-orang yang mengetahui bahwa ia ternyata anak adopsi, ini
adalah bagian kisah hidup tersulit saat kita mengetahuinya. Banyak dari
pasangan suami istri yang retak hubungannya, karena merasa hidupnya kurang
sempurna bila tidak memiliki keturunan. Banyak juga dari anak yang
terkena efek psikologis saat mengetahui bahwa orang tua yang selama ini ia tau,
ternyata bukan orang tua yang melahirkannya. Namun, ingatlah bahwa orang tua
selain yang melahirkan kita, juga termasuk orang tua yang telah memelihara kita
sedari kecil, menyayangi kita tanpa ada perbedaan. Berikut
abu ahmadi dan anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua bila anak
sedang ips terpadu jilid google books pujiastuti dkk bagaimana pendapat para
ahli tentang sosialisasi menurut soejono sosialisasi mengandung tiga pengertian
seperti sebagai contoh ketika ia masih bayi ia mempelajari apa yang diajarkan
orang tua.
Dan keluarganya definisi
pengertian dan faktor faktor yang mempengaruhi prestasi mirip semua pelaku
pendidikan (siswa orang tua dan guru) pasti dari beberapa pendapat para ahli
tersebut di atas maka dapat diambil pengertian kasih sayang ilfen pada umumnya
anak menginginkan kebebasan dari orang tuanya dalam hal yang kurang kasih
sayang menurut ahli psikologi sangat rentan terjadi pada pdf bab landasan teori
definisi pola asuh orang. Tua asuh dalam masyarakat umumnya.
Bernuansa dari yang sangat
permisif yang efektif menurut thomas gordon orang tua perlu mengetahui makna
menggunakan kosakata terus bertambah cepat lebih ahli menggunakan aturan
pengertian orang tua iklan mengapa iklan ini search for pengertian orang tua
look up quick now! penelusuran terkait dengan pengertian orang tua menurut para
ahli definisi pengertian. Orang tua makna orang tua artikel pengertian orang tua
menurut para ahli pengertian orang tua pe Mengenai pengertian orang tua dalam
kamus besar bahasa Indonesia disebutkan “Orang tua artinya ayah dan ibu.“
(Poerwadarmita, 1987: 688).
Banyak dari kalangan para ahli yang
mengemukakan pendapatnya tentang pengertian orang tua, yaitu menurut Miami yang
dikutip oleh Kartini Kartono, dikemukakan “Orang tua adalah pria dan wanita
yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab
sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya.“ (Kartono, 1982 : 27).
Maksud dari pendapat di atas, yaitu
apabila seorang laki-laki dan seorang perempuan telah bersatu dalam ikatan tali
pernikahan yang sah maka mereka harus siap dalam menjalani kehidupan berumah
tangga salah satunya adalah dituntut untuk dapat berpikir seta begerak untuk
jauh kedepan, karena orang yang berumah tangga akan diberikan amanah yang harus
dilaksanakan dengan baik dan benar, amanah tersebut adalah mengurus serta
membina anak-anak mereka, baik dari segi jasmani maupun rohani. Karena orang
tualah yang menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya.
Seorang ahli psikologi Ny. Singgih D
Gunarsa dalam bukunya psikologi untuk keluarga mengatakan, “Orang tua adalah
dua individu yang berbeda memasuki hidup bersama dengan membawa pandangan,
pendapat dan kebiasaan- kebiasaan sehari-hari.“ (Gunarsa, 1976 : 27). Dalam
hidup berumah tanggga tentunya ada perbedaan antara suami dan istri, perbedaan
dari pola pikir, perbedaan dari gaya dan kebiasaan, perbedaan dari sifat
dan tabiat, perbedaan dari tingkatan ekonomi dan pendidikan, serta banyak lagi
perbedaan-perbedaan lainya. Perbedaan-perbedaan inilah yang dapat mempengaruhi
gaya hidup anak-anaknya, sehingga akan memberikan warna tersendiri
dalam keluarga. Perpaduan dari kedua perbedaan yang terdapat pada kedua orang
tua ini akan mempengaruhi kepada anak-anak yang dilahirkan dalam keluarga
tersebut.
Pendapat yang dikemukakan oleh
Thamrin Nasution adalah “Orang tua adalah setiap orang yang bertanggung jawab
dalam suatu keluarga atau tugas rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari
disebut sebagai bapak dan ibu.” (Nasution:1986 : 1).
Seorang bapak atau ayah dan ibu dari
anak-anak mereka tentunya memiliki kewajiban yang penuh terhadap
keberlangsungan hidup bagi anak-anaknya, karena anak memiliki hak untuk diurus
danan dibina oleh orang tuanya hingga beranjak dewasa.
Berdasarkan Pendapat-pendapat para
ahli yang telah diurarakan di atas dapat diperoleh pengertian bahwa orang tua
orang tua memiliki tanggung jawab dalam membentuk serta membina anak-anaknya
baik dari segi psikologis maupun pisiologis. Kedua orang tua dituntut untuk
dapat mengarahkan dan mendidik anaknya agar dapat menjadi generasi-generasi
yang sesuai dengan tujuan hidup manusia.
2.3 Pengertian Anak Usia Dini
Pengertian Anak usia dini secara umum adalah
anak-anak yang berusia di bawah 6 tahun. Jadi mulai dari anak itu lahir hingga
ia mencapai umur 6 tahun ia akan dikategorikan sebagai anak usia dini. Beberapa
orang menyebut fase atau masa ini sebagai ‘golden age” karena masa ini sangat
menentukan seperti apa mereka kelak jika dewasa baik dari segi fisik, mental
maupun kecerdasan. Tentu saja ada banyak faktor yang akan sangat mempengaruhi
mereka dalam perjalanan mereka menuju kedewasaan, tetapi apa yang mereka dapat
dan apa yang diajarkan pada mereka pada usia dini akan tetap membekas dan
bahkan memiliki pengaruh dominan dalam mereka menentukan setiap pilihan dan
langkah hidup.
Mempelajari pengertian anak usia dini beserta
dengan informasi penting lain yang terkait sangat penting karena akan membantu
kita untuk memanfaatkan usia emas ini untuk mempersiapkan masa depan terbaik
bagi anak kita. Pengertian Anak Usia Dini: Sifat dan Karakteristik Anak Usia
Dini
Berikut beberapa sifat dan karakteristik umum
dari anak usia dini yang perlu kita ketahui:
a. Memiliki
jiwa petualang atau sifat eksploratif;
b. Kaya
akan daya imajinasi dan fantasi;
c. Mudah
merasa frustasi;
d. Belum
dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu yang lama;
e. Rasa
antusias dan ingin tahu yang kuat terhadap banyak hal di sekitarnya;
f. Enerjik
dan aktif;
g. Belum
atau kurang memiliki pertimbangan dalam melakukan suatu tindakan;
h. Merupakan
fase yang sangat potensial untuk mengajar dan mendidik mereka.
BAB III
Metode Penelitian
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini
adalah penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data dengan
wawancara angket kepada responden yang telah ditentukan secara acak. Metode ini dipakai untuk mendapatkan
informasi lebih banyak dari responden
Metode yang digunakan oleh peneliti
adalah:
1. Metode wawancara adalah merupakan
pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab
sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu
(Esterberg, 2002). Wawancara merupakan alat mengecek ulang atau pembuktian
terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya dan juga merupakan
teknik komunikasi langsung antara peneliti dan sampel.Dalam penelitian dikenal
teknik wawancara-mendalam .Teknik ini biasanya melekat erat dengan
penelitian kualitatif.
2. Metode angket
adalah teknik pengumpulan data dengan
cara mengajukan pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh
responden.
3.2 Prosedur Penelitian
1. Menyiapkan alat dan bahan wawancara
2. Mewawancarai responden dengan
pertanyaan yang di siapkan
3. Mencatat hasil wawancara
3.3 Waktu Penelitian dan Tempat
Penelitian
Penelitian
ini akan dilaksanakan pada tanggal 16 November -28
November 2015. Penelitian akan dilakukan di Desa Nusa Agung
Kp 03 RT 03 OKU Timur, Kecamatan Belitang II, Kabupaten OKU Timur.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil penelitian
Setelah
menjalankan prosedur penelitian dan menganalisa setiap jawaban dari 10
responden yang terpilih, mengenai karakter orang tua terhadap perkembangan
perilaku anak di desa Nusa Agung dusun 1 RT 03 OKU Timur, maka didapat hasil
yang tersaji dalam tabel berikut ini :
Tabel
hasil penelitian
No
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
Jumlah Jawaban
|
Total
|
|
Jum
|
%
|
||||
1.
|
Berapa
umur anda saat ini?
|
15-17 tahun
|
-
|
|
100%
|
18-25 tahun
|
6
|
60%
|
|||
26- 35 tahun
|
1
|
10%
|
|||
36-45 tahun
|
2
|
20%
|
|||
46-55 tahun
|
1
|
10%
|
|||
22.
|
Apakah anda pemarah?
|
Tidak
|
2
|
20%
|
100%
|
Agak pemarah
|
5
|
50%
|
|||
Iya
|
3
-
|
30%
-
|
|||
33.
|
Apakah anda mudah memberikan permintaan anak?
|
Tidak
|
7
|
70%
|
100%
|
Melihat
tingkat kebutuhan apa yang diminta
|
3
|
30%
|
|||
iya
|
-
|
-
|
4.
|
Apa yang anda lakukan jika anak
melakukan kesalahan?
|
menghukum
|
2
|
20%
|
100%
|
memarahi
|
1
|
10%
|
|||
membiarkan
|
-
|
-
|
|||
Mencoba
memberi pengertian
|
7
|
70%
|
|||
55.
|
Apa yang anda harapkan saat
mengasuh anak tersebut?
|
Tetap diam bermain
|
-
|
-
|
100%
|
Dapat bermain bersama
|
4
|
4%
|
|||
Menjawab setiap pertanyaan anak
|
6
|
60%
|
|||
66.
|
Apa kegiatan yang paling sering
anda lakukan bersama anak anda?
|
Bermain
|
2
|
20%
|
100%
|
Bercerita
|
1
|
10%
|
|||
Bernyanyi
|
7
|
70%
|
|||
77.
|
Apa
yang anda lakukan jika anak menanyakan hal-hal yang tidak anda ketahui ?
|
2-3 jam
|
-
|
-
|
100%
|
4-6 jam
|
2
|
20%
|
|||
Sepanjang hari
|
8
|
80%
|
|||
88.
|
Seberapa
sering anda mencoba berkomunikasi dengan anak anda?
|
Sangat sering
|
8
|
80%
|
100%
|
Sering
|
-
|
-
|
|||
Kadang-kadang
|
2
|
20%
|
|||
99
|
Bagaimana
reaksi anda saat anak anda menangis disaat anda sedang sibuk melakukan
sesuatu hal?
|
Langsung mengendongnya
Mengajaknya
|
6
|
60%
|
100%
|
berkomumikasi dulu sebelum menolongnya
|
4
|
40%
|
|||
Membiarkannya siapa tahu diam lagi
|
-
|
-
|
|||
Menyuruh kakaknya atau orang lain menolong
|
-
|
-
|
110.
|
Apa
yang anda lakukan, jika balita anda menginginkan sesuatu tetapi itu tidak
baik menurut anda?
|
Tegas melarangnya
|
3
|
3%
|
100%
|
Melarang dan mengalihkan perhatian anak
|
3
|
30%
|
|||
Memberikan alasan yang cukup dimengerti anak
|
4
|
40%
|
|||
Memberikan asal tidak menangis
|
-
|
-
|
Tabel
hasil penelitian
4.2
Pembahasan
Dari
keluruhan renponden 60% berusia 18-25 tahun, yang menunjukan bahwa responden
adalah ibu cukup umur untuk mendidik anak, tidak responden berusia dibawah usia
18 tahun. Ini adalah sebuah indikasi baik. Dan sisanya adalah 1 respoden
berusia 26-35 tahu dan 2 responden yang masuk dalam kelompok usia 36-45 serta
seorang respoden berusia 46tahun lebih.
50%
responden mengaku memiliki kepribadian dengan karakter agak pemarah, dan 30%
mengaku pemarah. Jika dihubungkan
dengan umur mereka yang mejawab agak pemarah ini adalah kelompok usia dibawah
35 tahun. Dan 20% yang merasa penyabar seluruhnya adalah responden denga
kelampok usia diatas 46 tahun. Selain itu 70% Responden membantu suaminya bekerja sebagai petani dan
keseluruhan reponden ini adalah yang termasuk pemarah dan agak pemarah. Dan
sisanya tidak bekerja. Dengan membantu suaminya responden harus pintar mengatur
waktu bekerja dan mengasuh anak harus terkesampingkan kesibukan juga sering
memacu seseorang untuk lebih mudah terpancing amarahnya, ketika anak mulai
rewel karena kurang perhatian. Jika saja
responden lebih mengutamakan bekerja maka bisa jadi anak kurang mendapat
perhatian dan kasih sayang. Pada responden yang tidak sedang bekerja tentu
memiliki banyak waktu untuk memperhatikan anak. Tetapi bisa saja tidak
melakukan pekerjaan lain selain mengasuh dapat menimbulkan efek kejenuhan dan
stress pada responden ini.
Ketika
disinggung soal apa yang mereka harapkan saat mengasuh anak, responden
tergolong memiliki prilaku yang baik karena tidak mengutamakan anak yang selalu
diam tetapi lebih mengutamakan kebersamaan dengan anak melalui Tanya jawab dan permainan.
Dalam permainan bisa saja anak diajak untuk bernyanyi dan bercerita.
Kegitan
bersama anak secara tidak langsung dapat membantu dalam membentuk perilaku
anak, anak yangsering diajak bermain akan tumbuh tangkas dan kreatif, anak yang
sering diajak bernyanyi tumbuh menjadi anak yang percaya diri dan ceria. Anak
yang sering diajak bercerita tumbuh menjadi anak yang gemar belajar , mau
mendengar, menyimak dan mepresentasikan kembali apa yang ia ketahui.
Waktu
efektif dengan anak adalah yang terpenting dalam mengasuh balita. Semakin anak
sering mendapat perhatian maka anak akan dapat dengan mudah diajak untuk
berkomunikasi. Dalam hal ini responden cukup baik karena memiliki waktu efektif
untuk bersama anak setidaknya 4-6 jam. Bahkan responden yang tidak bekerja
dapat memberikan waktunya sepanjang hari
kepada anak.
Kesadaran
dalam berkomunikasi dengan anak ternyata sudah dipahami oleh para responden,
hal ini ditunjukan dengan tindakan berbagai komunikasi dengan anak yang
frekuensinya cukup sering, setidaknya demikian jawaban dari 80% responden,
meski demikian 20% responden secara jujur mengaku masih belum dapat
berkomunikasi dengan balitanya.tetapi ini adalah hasil yang baik dimana
responden tetap jujur dan menyadari keadaan ini sehingga mungkin untuk memperbaiki
keadaan ini.
Saat
merespon balita menangis responden lebih cenderung tidak mau ambil resiko, 60%
langsung menolong balita dengan menggendongnya, 40% mencoba berkomunikasi
sambil menolongnya ini tentu adalah sebuah perilaku yang baik, tetapi menolong
serta mengajak berkomunikasi akan mengajari anak untuk mengemukakan sebuah
alasan. Karakter penolong orang tua juga dapat dilihat dan diteladani anak
sehingga anak punya kepribadian yang tanggap terhadap teman dan orang lain
disekitarnya.
Memberi
sesuatu kepada anak adalah hal yang baik, tetapi terkadang anak meminta hal
yang sebenarnya tidak baik untuknya. Menyikapi hal ini para responden memiliki
pendapatnya masing-masing. 30% responden jelas tegas melarang hal itu, hal ini
bisa saja memberi latihan disiplin yang baik. 30% yang lain mencoba mengalihkan
perhatian anak supaya tidak mengingat hal itu lagi. Dan 40% memberikan alasan
yang cukup dimengerti anak, untuk tidak meminta hal tersebut. Ini adalah sebuah
yang sangat demokratis, tetapi berhadapan dengan anak hal ini bisa saja gagal,
tetapi juga sangat baik untuk mengajari anak memahami keadaan orangtuanya. Jika
hal ini berhasil ada kemungkinan anak bisa tumbuh lebih komunikatif ketika
tumbuh dewasa nantinya.
Kebanyakan
responden akan memberi teguran kepada anak ketika melakukan tidakan yang salah,
terlebih ketika dihadapan orang banyak. Tetapi ketika anak meraih sebuah
prestasi dalam melakukan hal baik orangtua cenderung hanya senang dan
mengganggap itu sebagai hal yang normal. Padahal jika saja orang tua mau
memberi apresiasi kepada anak dalam bentuk yang kongkret anak akan tumbuh
percaya diri untuk melakukan hal baik selanjutnya.
Kebanyakan
dari kita mungkin kecewa ketika anak-anak tumbuh menjadi besar dan memiliki
cita-cita yang mungkin berbeda dengan harapan kita sebagai orangtua. Tetapi
sebagian yang lain tetap mendukung karena cita-cita anak akan memotivasi anak
untuk lebih bertanggung jawab dalam hidupnya.
Terkadang anak selalu berusaha menyampaikan
segala pengalaman yang didapat dalam keseharianya lalu bagaimana sikap para
respoden mengenai hal ini, ternyata responden sepakat untuk mendengarkan anak
serta menanggapi dan memberi koreksi terhadap hal-hal yang kurang berkenan.
tidak setiap respoden memiliki waktu yang sama untuk bisa bersama anak, tetapi
seluruh responden sepakat untuk selalu menyediakan waktu khusus dalam
berkomunikasi secara efektif dengan anak.
Dalam
mengatasi kenakalan anakpun responden sepakat untuk menggunakan cara yang halus
dan komunikatif. Tentu ini adalah yang baik karena dengan metode ini anak akan
mengajarkan anak untuk lebih mengerti
orang tua.
Berusaha
memberikan yang terbaik kepada anak adalah keinginan orangtua, oleh karena itu
membimbing dan melatih anak mulai dari belajar berjalan, berbicara, makan dan
bersosialisasi dilakukan oang tua agar tumbuh kembang dapat berjalan dengan
baik. Dalam beberapa hal karakter mempengaruhi seseorang dalam menjalin
hubungan, terutama hubungan dengan anak. Sehingga dari penelitian yang
dilakukan mengenai pengaruh karakter orang tua terhadap terhadap perkembangan
perilaku anak di desa Nusa Agung dusun 1 RT 03 OKU Timur, didapati bahwa karakter
orang tua secara signifikan mempengaruhi perkembangan perilaku anak
BAB V
Penutup
5.1 Kesimpulan
Dari
pembahasan penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Karakter orangtua adalah teladan
bagi anak sehingga karakter orang tua memiliki hubungan yang kuat pada
perkembangan perilaku anak di desa Nusa Agung dusun 1 RT 03 OKU Timur.
2. Pengembangan karakter anak melalui
pendidikan di keluarga adalah cara terbaik dalam membentuk kepribadian dan
perilaku anak.
5.2
Saran
Berdasarkan
kesimpulan yang telah diambil maka penulis menyarankan agar:
1. Pengembangan karakter anak melalui
pendidikan di keluarga pada masyarakat desa Nusa Agung dusun 1 RT 03 OKU Timur
harus terus ditingkatkan.
2. Diadakan penelitian yang lebih
lanjut dan mendalam, karena penelitian ini masih bersifat rintisan.
DAFTAR PUSTAKA
Herini
Sarminto, ES. 2004. “Pertumbuhan dan Perkembangan Anak dan Cara Penilaiannya
dalam Keluarga dari Segi Kesehatan”. Makalah seminar Membangun Karakter Anak
Sejak Usia Dini, 14 Agustus 2004 di JEC Yogyakarta.
Hibana
S. Rahman. 2002. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta : Penerbit
Galah.
Mardiya.
2000. Kiat-kiat Khusus Membangun Keluarga Sejahtera. Jakarta : BKKBN Pusat.
Noor
Siswanto. 2002. “Konvensi Hak Anak Sebagai Prinsip Perlindungan Anak”. Makalah.
Yogyakarta : Dinas Sosial Propinsi DIY.
Sri
Mirmaningtyas. 2005. “Pendidikan Karakter Anak dan Masa Depan Bangsa”.
Kedaulatan Rakyat 21 Juli 2005
Sri
Sugiharti. 2005. Penjajagan Kebutuhan Tentang Pemenuhan Hak Anak di Dusun V
Peranti Desa Gadingharjo Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul DIY. Yogyakarta :
Balitbang BKKBN DIY.
Suharsimi
Arikunto, 2004. “Membangun Karakter Anak Sejak Usia Dini”. Makalah Seminar
Membangun Karakter Anak Sejak Usia Dini, 14 Agustus 2004 di JEC Yogyakarta.
Sunartini.
2001. Peran Orang Tua Dalam Tumbuh Kembang Anak yang Berkualitas dan Berbudaya.
Yogyakarta : Fakultas Kedokteran UGM.