Pengaruh kompos kulit buah kakao terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Terong (Solanum melongena L)



BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Terong merupakan jenis tanaman sayur-sayuran berbentuk buah yang mempunyai rasa enak untuk dikonsumsi, baik berupa buah segar maupun dalam bentuk lalap (sayuran segar) atau disayur rebus, gulai, sambal dan lain sebagainya. Tanaman terong banyak digemari karena selain rasanya enak dan harganya relatif murah, kandungan gizinya pun cukup lengkap yaitu protein, lemak, karbohidrat, vitamin A, vitamin B, vitamin C, Posfor, dan zat besi. Terong mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi dan telah mampu menerobos pasaran ekspor. (Soetasad dan Sri Muryanti,1999).
Manfaat dan  Kegunaan Terong.  Anti kejang, anti kanker, dan pendepak gagguan pembuluh darah, Manfaat lain buah terong yang matang bisa untuk sirop, sup, adonan pengisi (perut ayam, dan sebagainya) dan untuk rujak. Buah yang dibelah dapat digunakan sebagai bumbu, serta dibakar atau dipanggang untuk digunakan sebagai sayuran. Buah yang matang di pohon yang dipelihara pada lingkungan yang cocok saja yang rasa dan aromanya enak. Buah yang dimatangkan sebaik-baiknya juga penting agar dihasilkan sirup, jell, selai, pencuci mulut dan sebagai hiasan es krim yang berkualitas baik. Bijinya yang keras itu dapat dibuang setelah digodok. Air kapur dan gula dapat ditambahkan agar rasanya lebih enak (Spilane, 1995).
 Pemupukan dapat mengunakan bahan an organik dan organik. Pemupukan yang berasal dari bahan an organik dapat menyebabkan kerusakan tanah dan lingkungan. Pupuk organik merupakan salah satu upaya untuk menambah unsur hara tanah yang sedang digalakkan pada saat ini karena pupuk organik harganya murah, mudah didapat dan ramah lingkungan. Salah satu pupuk organik  yang dapat digunakan yaitu dengan megunakan kompos kulit buah kakao.
Pupuk Kompos Kulit Buah Kakao atau pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa organisme hidup. Pupuk organik yang sering digunakan adalah pupuk kandang dan kompos.
Keuntungan yang diperoleh dengan memanfaatkan pupuk organik adalah mempengaruhi sifat fisik, kimia dan biologis tanah. Kompos adalah bahan organik mentah yang telah mengalami proses dekomposisi secara alami. Proses pengomposan memerlukan waktu yang panjang tergantung pada jenis biomassanya.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.    Apakah terdapat pengaruh kompos kulit buah kakao terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Terong (Solanum melongena L)?
2.    Berapakah takaran kompos kulit buah kakao yang memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Terong(Solanum melongena L)  ?

1.3 Tujuan Penelitian
            Berdasarkan rumusan masalah diatas, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1.    Menjelaskan terdapat pengaruh kompos kulit buah kakao terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Terong (Solanum melongena L) ?
2.    Menjelaskan takaran kompos kulit buah kakao yang tepat untuk pertumbuhan dan hasil tanaman Terong (Solanum melongena L)?    
1.4 Hipotesis
Dari penjabaran latar belakang dan perumusan masalah yang diambil maka penulis mengambil sebuah hipotesis bahwa kompos kulit buah kakao membantu pertumbuhan tanaman terong.





BAB II
LANDASAN TEORI

2.1  Deskripsi Morfologi Tanaman Terong
terong ialah tumbuhan yang tergolong dalam keluarga Solanaceae dan genus Solanum.Terong merupakan tumbuhan asli India Dan Sri Lanka,serta berhubungan erat dengan tomat serta kentang. Buahnya biasa digunakan sebagai sayur untuk masakan. Nama botaninya Solanum melongena.Terong ialah tumbuhan hijau yang sering ditanam secara tahunan. Tanaman Terong ini tumbuh hingga 40-150 cm (16-57 inci) tingginya. Daunnya besar, dengan lobus yang kasar. Ukurannya 10-20 cm (4-8 inci) panjangnya dan 5-10 cm 2-4 inci lebarnya. Jenis-jenis setengah liar lebih besar dan tumbuh hingga setinggi 225 cm (7 kaki), dengan daun yang melebihi 30 cm (12 inci) dan 15 cm (6 inci) panjangnya. Batangnya biasanya berduri. Warna bunganya antara putih hingga ungu, dengan mahkota yang memiliki lima lobus. Benang sarinya berwarna kuning. Buah tepung berisi, dengan diameter yang kurang dari 3 cm untuk yang liar, dan lebih besar lagi untuk jenis yang ditanam.


Dari segi botani, buah yang dikelaskan sebagai beri mengandung banyak biji yang kecil dan lembut. Biji itu boleh dimakan tetapi rasanya pahit karena mengandung alkaloid nikotin. Ini tidaklah mengherankan karena terong adalah saudara dekat tembakau.Terong merupakan sayuran yang sudah dikenal luas masyarakat Indonesia. Ini tidak terlepas dari kebiasaan kita yang mengkonsumsinya baik dalam bentuk sayuran olahan maupun secara mentah. Dengan semakin beragamnya selera masyarakat terhadap terong, bentuknya pun mengalami perkembangan. Namun demikian, secara umum ciri fisik terong tidak jauh berbeda dari karakter seperti : bentuk bulat/lonjong, panjang, berkulit mulus, dengan kaliks (tangkai buah) yang besar sesuai ukuran buahnya.

Buah terong merupakan sumber kalori yang cukup besar yaitu sekitar 24 kal. Selain sebagai sumber kalori, buah terong juga mempunyai komposisi gizi antara lain mengandung 1.5 % Protein, 0.2 gr lemak, 5.5 gr hidrat arang, 15 gram kalsium, 37 mg Fosfor, Besi 0.4 mg, Vit A 30 SI , Vit B1 0.04 mg, dan Vit C 5 mg. Dengan komposisi gizi seperti itu maka buah terong cocok dikonsumsi untuk perbaikan gizi. 

Meskipun terong termasuk sayuran yang digemari masyarakat, nampaknya budidaya tanaman terong ini tidak se-intensif budidaya tanaman sayuran favourit lain seperti cabai, tomat, bawang, dan lainnya. Kenyataannya tidak sedikit petani kita yang menanamnya sebagai pelengkap dan kadang ditumpangsarikan dengan tanaman lain. Tentu saja hal ini tidak terlepas dari masih kurang pentingnya peran komoditas terong di masyarakat. Padahal bila kita mengkaji potensi pasar dalam negeri saja pengusahaan terong secara intensif memberikan peluang yang cerah. Saat ini hanya ada beberapa pihak saja yang mengelola terong ini secara intensif, bermitra dengan petani kemudian melakukan pengolahan sehingga memiliki nilai tambah untuk diekspor ke luar negeri.

Klasifikasi
Kingdom           : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom    : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi     : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi                 : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas                 : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas        : Asteridae
Ordo                  : Solanales
 Famili               : Solanaceae (suku terong-terongan)
Genus:              Solanum
Spesies             : Solanum melongena L.

2.2 Syarat  Tumbuh
2.2.1  Iklim
Tanaman terong dapat tumbuh dan agar produksi hasil tanaman memuaskan yaitu meliputi Iklim cuaca tropis memungkinkan petani memproduksi sayuran sepanjang tahun. Unsur-unsur iklim yang perlu diperhatikan dalam pertumbuhan tanaman terong antara lain ketinggian tempat, intensitas cahaya, serta temperatur dan kelembaban. Tanaman terong dapat ditanam didataran rendah dan dataran tinggi. Kisaran ketinggian tempat yang sesuai untuk tanaman terong ini antara 1.000 – 1.200 m (dpl).  Suhu untuk tanaman terong untuk pertumbuhannya yaitu suhu pertumbuhannya  Suhu udara 22 - 30 ºC pada siang hari dan    9 - 12 ºC pada malam hari. Meskipun demikian, tanaman itu masih dapat bertahan pada suhu  38 ºC. Di Indonesia, tanaman itu cocok ditanam pada dataran tinggi yang bersuhu   16 - 25 ºC. 
Pusat penelitian terong dan kakao Indonesia Curah hujan tahunan yang diinginkan oleh tanaman terong adalah 1250 mm sampai 2500 mm. Pada curah dibawah 1250 mm pertahun tanaman terong memerlukan irigasi karena banyak air yang hilang melalui transpirasi yang jauh lebih besar. Sebaliknya curah hujan yang besar dari 2500 mm pertahun menyebabkan timbulnya serangan jamur.
Intensitas cahaya banyak ditentukan dalam menentukan kualitas buah terong. Dalam batas yang normal intensitas cahaya akan memberikan  pengaruh yang  baik terutama pada pembentukan warna buah yang diperlukan tanaman terong yakni 60 %. Terong bagus ditanam didaerah tropis  yakni dibawah  30˚C  (antara 15 – 25˚C)  ataupun dataran tinggi yang kelembabannya rendah dibawah 70 %. Dan Kelembaban udara untuk tanaman terong berkisar 80 %. Mendapatkan sinar matahari langsung yang cukup.

2.2.2  Tanah
Terong merupakan tanaman yang dapat ditanam diberbagai jenis tanah lempung agak berliat, lempung berpasir, tanah pasir yang gembur, subur, banyak mengandung bahan organik, unsur hara dan mudah menyerap air. Tanah untuk tanaman terong dapat tumbuh dengan baik pada kondisi tanah lempung berpasir. Derajat keasaman atau pH tanah yang cocok untuk tanaman terong adalah 5,0 – 6,0, kemiringan  lahan kurang  8 %, Tanah yang selalu  tergenang air menyebabkan tanaman  menjadi kerdil atau mati 
Untuk pertumbuhan tanaman  terutama tanaman terong unsur Nitrogen (N) sangat dibutuhkan pada pertumbuhan vegetatif, kekurangan unsur N akan mengakibatkan pertumbuhan kerdil, daunnya menguning dan produksinya menurun.

2.2.3  Pembibitan Tanaman
Tahap awal pembibitan biasanya biji atau benih terong dikecambahkan pada bedegan perkecambahan yang lebarnya 1 meter dan panjangnya sesuai dengan jumlah biji yang dikecambahkan. Benih terlebih dahulu direndam dengan air hangat kuku selama 10 -15 menit. Media tanam berupa tanah yang sudah dicampurkan dengan pupuk kandang dan dipastikan agar media tercampur sampai merata lalu disiram dengan air dan dibiarkan sesaat, Tutup benih tersebut dengan tanah tipis, Permukaan bedengan yang telah disemai benih ditutup dengan daun pisang atau ilalang, Setelah benih tampak berkecambah muncul, buka penutupnya, Siram persemaian pagi dan sore hari, Perhatikan serangan hama dan penyakit sejak di pembibitan, kemudian pindahkan satu persatu ke polybag yang berukuran 6 x 17 cm yang telah berisi media tanam. Bibit berumur 1 - 1,5 bulan atau berdaun empat helai siap dipindah tanamkan ke polybag besar yang berkapasitas (15 x 35), benih diletakkan satu persatu pada setiap polybag percobaan.

   2.3 Pemupukan Bibit Terong
Pupuk yang dimaksud disini adalah semua bahan senyawa yang mengandung unsur hara tanaman, mikro dan makro, padat ataupun cair, organik ataupun an organik, yang kalau diberikan pada kedalam tanah akan dapat menyumbang unsur hara dan perbaikan kesuburan tanah. Tindakkan penyampain pupuk ke dalam tanah ataupun bahagian pertumbuhan tanaman disebut dengan pemupukan
Cepat lambatnya reaksi pupuk didalam tanah ditentukan oleh sifat pupuk yang digunakan, umumnya pupuk tunggal yang larut dalam air lebih cepat tersedia bagi tanaman. Begitu juga pupuk majemuk umumnya merupakan pupuk yang tersedia berlahan bila dibandingkan dengan pupuk tunggal, pupuk yang berikatan senyawa sedikit lebih lambat tersedia dibandingkan dengan pupuk yang berikatan senyawa an organik (Warintek, 2004).
Pupuk Organik biasanya mengandung bahan-bahan organik yang bersifat alami tidak mengandung zat kimia yang bisa merusak lingkungan dan struktur serta tekstur tanah. Pupuk organik mengalami proses pelapukan atau penguraian secara alami maupun buatan.




BAB III
METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian
Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode eksperimen yang merupakan bagian dari metode kuantitatif, dan memiliki ciri khas tersendiri terutama dengan adanya kelompok kontrol. Dalam bidang sains, penelitian-penelitian dapat menggunakan desain eksperimen karena variabel-variabel dapat dipilih dan variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi proses eksperimen itu dapat dikontrol secara ketat. Sehingga dalam metode ini, peneliti memanipulasi paling sedikit satu variabel, mengontrol variabel lain yang relevan, dan mengobservasi pengaruhnya terhadap variabel terikat. Manipulasi variabel bebas inilah yang merupakan salah satu karakteristik yang membedakan penelitian eksperimental dari penelitian-penelitian lain.

3.2 Alat Dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini meliputi 20 biji  terong.Kompos Kulit Buah Kakao, Pupuk Kandang, dan Pestisida Nabati. Alat yang digunakan adalah Cangkul, polibag, gelas plastic penggaris, Kertas label, Polybag ukuran (6 x 17) dan ukuran (15 x 35) serta Alat tulis.

3.3  Prosedur Penelitian
Berikut ini adalah prosedur penelitian yang akan dijalankan secara berurutan:
1.    Persiapkan alat dan bahan
2.    Aduk tanah, pupuk kandang dan pestisida hingga merata
3.    Masukan adukan kedalam 3 polibag menjadi
4.    Tanam bibit terung kedalam masing-masing ember
5.    Beri perlakuan pemupukan kompos kakau  pada ember 2 dan tiga, masing-masing 2 dan 5 gelas.
6.    Amati dan catat setiap perkembangan.

3.4 Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 01 November – 30 November 2015. Penelitian akan dilakukan di Desa Nusa Bakti  Kecamatan Belitang III OKU Timur.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian
Setelah menjalankan prosedur penelitian dan mencatat setiap hasil pengamatan pada setiap jenis sampel  dalam mempelajari perbandingan pertumbuhan pada terong yang diberi perlakuan pemupukan kompos kulit kakau,  maka didapat hasil yang tersaji dalam tabel berikut ini :

No
Hari
Tinggi Pertumbuhan  (CM)
 S1
S2
S3
1
Ke-1
-
-
-
3
Ke-5
1
1
1
3
Ke-10
5
5
6
4
Ke-15
8
9
10
5
Ke-20
11
12
14
6
Ke-25
12
15
17
7
Ke-30
13
17
22
Keterangan
Hidup
Hidup
Hidup
Tabel hasil penelitian
Keterangan:
S1= sampel 1 / terong dengan perlakuan tanpa pupuk
S2= sampel 2 / terong dengan perlakuan pupuk kakau 2 gelas
S3= sampel 3/ terong dengan perlakuan pupuk kakau 5 gelas
4.2 Pembahasan
Jika mengamati tabel hasil penelitian maka dapat diketahui keseluruhan sampel tumbuh merata pada awat perkecambahan, tetapi menginjak hari kesepuluh dan seterusnya terlihat banyak perbedaan laju pertumbuhan pada ketiga sampel, yang secara umum menunjukan bahwa sampel 1 adalah yang paling lambat pertumbuhannya dan sampel 2 lebih cepat dari sampel 1 serta sampel 3 adalah yang paling cepat pertumbuhannya.
Unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman  dalam jumlah yang banyak disebut unsur makro (C, H, O, N, P, K, S, Ca, Fe, Mg). Adapun unsur-unsur yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit disebut unsure mikro (B, Mn, Mo, Zn, Cu, Cl). Jika salah satu kebutuhan unsur-unsur tersebut tidak terpenuhi, akan mengakibatkan kekurangan unsur yang disebut defisiensi. Defisiensi mengakibatkan pertumbuhan menjadi terhambat.
 Kulit buah kakao (shel fod husk) adalah merupakan limbah agroindustri yang dihasilkan tanaman kakao. Berdasarkan penelitian, kulit kakao atau biasa kita sebut kulit cokelat mempunyai kandungan gizi yaitu 22% protein, 3–9% lemak, bahan kering (BK) 88%, protein kasar (PK) 8%, serat kasar (SK) 40,15, dan TDN 50,8%, metabolisme energi (K.kal) 2,1, pH 6,8. Dari penjelasan tentang kandungan gizi dapat disimpulkan bahwa kulit kakao ini memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi dan dapat diolah menjadi limbah yang bernilai jual tinggi.. Maka pada artikel ini kita dapat membahas tentang pendayagunaan limbah kulit kakao untuk menjadi pupuk serta pakan ternak alternative yang dapat meningkatkan produktivitas hewan ternak.
Kompos kulit kakau yang kaya akan hara makro maupun mikro yang dibutuhkan tanaman tentu akan lebih mudah diserap tanaman sehingga perlakuan pemupukan terong dengan menggunakan kompos kulit kakau ini memberi pengaruhyang baik terhadap pertumbuhan tanaman terong. Pada sampel 2 tanaman sudah tampak subur dan pada sampel 3 tanaman tampak begitu subur dan hijau segar.  Ini menunjukan hasil yang sangat signifikan dari pemupungkan kompos kuli kakau.
 Hasil gambar untuk pertumbuhan terong https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrRBaeQLPK1Xg4wwjRBuEmbVcCIkdrRpBwor-k7L5cE5O54T-pxDYA1xhkcu6fUBKSgisMpEGfio4AJefBdVKzLVWbW3q1DDj_xlzO0wY2crC2UAF_lhSYOg-OLw4na7mOAlFp2Kw3Wiri/s1600/Terong+Pokak+Media+Pot.JPGHasil gambar untuk pertumbuhan terong 
       Gambar S1                 Gambar  S2                      Gambar S3

Dengan demikian maka hipotesis penulis yang menyatakan bahwa pemberian kompos kulit buah kakao membantu pertumbuhan tanaman terong, telah dibenarkan melalui penelitian ini. Demikian hasil dan pembahasan penelitian yang dapat penulis sampaikan.



BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari Penelitian yang telah dilakukan, serta hasil dan pembahasan yang telah dijabarkan mengenai perbandingan tingkat pertumbuhan pada tanaman terong dengan perlakuan pemupukan dengan kompos kulit kakau dan pada tanah yang tidak mendapat perlakuan pemupukan. Dapat disimpulkan dalam beberapa hal berikut:
1.    Kompos kulit kakau yang kaya akan hara makro maupun mikro yang dibutuhkan tanaman tentu akan lebih mudah diserap tanaman
2.    Pertumbuhan pada sampel terong yang diberi perlakuan pemupukan kompos kulit kakau didapati memiliki laju pertumbuhan yang lebih baik.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah didapat maka peneliti menyarakan hal-hal berikut:
1.    Masyarakat dapat memanfaatkan kulit buah kakau bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik.
2.    Pemupukan dengan kompos kulit kakau dapat dijadikan pemupukan alternative yang baik dan ramah lingkungan.
3.    Perlu diadakan penelitian yang lebih mendalam untuk mendapati hasil yang lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, Bambang. 2003. Teknik Budidaya & Analisis Usaha Tani kacang tanah.Yogyakarta: Kanisius
Hardjadi. (1983). Penghantar Agronomi. PT. Gramedia. Jakarta. Hariyanto. (1996). Rancangan Percobaan Pada Bidang Pertanian. Trubus Agriwidya. Ungaran.
Isro, I. (1994). Peranan Mikroorganisme Tanah dalam Meningkatkan Ketersediaan Hara. PT. Gramedia. Jakarta.
Marzuki, R. (2007). Bertanam Kacang Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta. Rodiana. (2007). Ampas Teh terhadap Tanaman . [Online]. Tersedia http:// iamnotkreyzie. logspot.com/2012/09/ampasteh-dan-tanaman- html. [2 September 2012].
 Pujiyanto, Sri. 2007. Khazanah Pengetahuan Biologi 1. Solo: PT Wangsa Jatra Lestari.
Soepardi, G. (1987). Masalah Kesuburan Tanah di Indonesia. Departemen Ilmu-Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Bogor.
Sudjana, N. (2005). Media Pembelajaran. Sinar Baru Algendindo. Bandung. Widyanti. (2008). Pengaruh Pemberian Kompos Ampas Teh terhadap Sifat Fisik, Kimia Tanah dan Pertumbuhan Tanaman

Post a Comment

Previous Post Next Post
🎓 Ingin Lanjutkan Pendidikan?

Dapatkan pendidikan kesetaraan Paket B & C dengan metode fleksibel dan berbasis digital. Ayo, wujudkan masa depan cerahmu bersama kami!