BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kangkung, juga dikenal
sebagai Ipomoea reptans Pair l.
Merupakan sejenis tumbuhan yang termasuk jenis sayur-sayuran dan di tanam
sebagai makanan. Kangkung banyak dijual di pasar-pasar. Kangkung banyak
terdapat di kawasan Asia dan merupakan tumbuhan yang dapat dijumpai hampir di
mana-mana terutama di kawasan berair. Sampai saat ini perhatian masyarakat
terhadap kangkung masih kurang. Kurangnya perhatian ini diantaranya disebabkan
oleh hasil yang dicapai per hektarnya masih rendah. Di samping itu, panen
kangkung ini harus dikerjakan beberapa kali. Peningkatan produksi kangkung
dilakukan dengan cara memperbaiki kultur teknis petani, mendapatkan
varietas-varietas yang produksinya tinggi dan masak serempak, serta peningkatan
usaha pasaca panen.
Menurut para pendapat tokoh,
perkecambahan biji merupakan bentuk awal embrio yang berkembang menjadi sesuatu
yang baru yaitu tanaman anakan yang sempurna menurut Baker, 1950. Sedangkan,
menurut Kramer dan Kozlowski, 1979, perkecambahan biji adalah proses tumbuhnya
embrio atau keluarnya redicle dan plumulae dari kulit biji. Dalam
perkecambahan, biji selalu mengalami pertumbuhan dan mengalami perkembangan.
Pertumbuhan adalah proses kenaikan volume karena adanya penambahan substansi
(bahan dasar) yang bersifat nsuresible (tidak dapat kembali). Sedangkan,
perkembangan adalah proses menuju tercapainya kedewasaan yang tidak dapat
diukur. Pertumbuhan dalam suatu perkecambahan biji dapat langsung diukur
apabila tunasnya sudah keluar dan tumbuh. Sama halnya dengan pertumbuhan,
perkembangan juga dapat dilihat dari tunas/awal, hanya saja tidak diukur
melainkan melihat apa saja struktur tubuh kecambah yang mulai ada dari
awal/tunas. Seperti pada awalnya, berkembang batang, akar, dan sebagainya.
Pertumbuhan dan perkembangan suatu kecambah biji akan selalu berbeda-beda
tergantung media tanam yang dipakai dan nsure-unsur yang terdapat dalam media
tanam tersebut. Media tanam merupakan media/tempat dimana tanaman/biji dapat
tumbuh dan berkembang didalamnya. Contohnya seperti tanah, air, kapas, dan
sejenis lainnya. Saat ini, di kehidupan sehari-hari atau dalam perkebunan,
tanah selalu menjadi media tanam bagi benih yang akan ditanam. Tapi, dalam
kegiatan penelitian, siswa-siswi selalu memakai kapas untuk perkecambahan biji
mereka. Sedangkan, media tanam yang menggunakan air biasanya dikhususkan untuk
tumbuhan hidroponik.
Air merupakan sumber kehidupan, tanpa air tidak ada
makhluk yang dapat hidup. Begitu juga tanaman,salah satu unsur terbesar tanaman
adalah air yaitu berkisar anatara 90% untuk tanaman muda, sampai kurang dari
10% untuk padi-padian yang menua sedangkan tanaman yang mengandung minyak ,
kandungan airnya sangat sedikit. penyiraman harus dilakukan teratur agar tidak
kekurangan. Jika tidak disiram, tanaman akan mati kekeringan. Air merupakan
bahan untuk fotosintesis, tetapi hanya 0,1% dari total air yang digunakan untuk
fotosintesis. Air yang digunakan untuk transpirasi tanaman sebanyak 99 %, dan
yang digunakan untuk hidrasi 1 %, termasuk untuk memelihara dan menyebabkan
pertumbuhan yang lebih baik. Selama pertumbuhan tanaman membutuhkan sejumlah
air yang tepat
Air merupakan reagen yang penting dalam proses-proses
fotosintesa dan dalam proses-proses hidrolik. Disamping itu juga merupakan
pelarut dari garam-garam, gas-gas dan material-material yang bergerak kedalam
tumbuhtumbuhan,melalui dinding sel dan jaringan esensial untuk menjamin adanya
turgiditas, pertumbuhan sel, stabilitas bentuk daun, proses membuk dan
menutupnya stomata, kelangsungan gerak struktur tumbuh-tumbuhan . Kekurangan
air akan mengganggu aktifitas fisiologis maupun morfologis, sehingga mengakibatkan
terhentinya pertumbuhan. Defisiensi air yang terusmenerus akan menyebabkan
perubahan irreversibel (tidak dapat balik) dan pada gilirannya tanaman akan
mati.
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan masalah: Bagaimana pengaruh pemberian kadar
air dan media tanam terhadap perkembangan dan pertumbuhan kangkung darat (Ipomea Raptan Pair)?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah diatas, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: Menjelaskan pengaruh
pemberian kadar air dan media tanam terhadap perkembangan dan pertumbuhan
kangkung darat (Ipomea Raptan Pair).
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan
memberi informasi kepada masyarakat mengenai pengaruh pemberian kadar air dan
media tanam, terutama kangkung darat (Ipomea
Raptan Pair). Agar tanaman yang dihasilkan mendapakan kualitas yang baik
sehingga tanaman tersebut dapat memberikan keuntungan.
1.5 Batasan Masalah
Karya ilmiah ini dibatasi pada pengaruh nutrisi pada
pertumbuhan kangkung darat (Ipomea Raptan Pair).
1.6
Perumusan Hipotesa
1. Ada
pengaruh pemberian kadar air dan media tanam terhadap pertumbuhan
kangkung
darat (Ipomea
Raptan Pair).
BAB II
METODELOGI PENELITIAN
2.1 Data Penelitian
NO
|
Tanggal
|
Kegiatan
|
1
|
12 November 2015
|
Mengambil tanah
dan menanam Kangkung darat
|
2
|
13 November 2015
|
Mengamati
pertumbuhan Kangkung darat
|
3
|
14 November 2015
|
Mengamati
pertumbuhan Kangkung darat
|
4
|
15 November 2015
|
Mengamati
pertumbuhan Kangkung darat
|
5
|
16 November 2015
|
Mengamati
pertumbuhan Kangkung darat
|
6
|
17 November 2015
|
Mengamati
pertumbuhan Kangkung darat
|
7
|
18 November 2015
|
Mengamati
pertumbuhan Kangkung darat
|
8
|
19 November 2015
|
Mengamati
pertumbuhan Kangkung darat
|
9
|
20 November 2015
|
Mengamati
pertumbuhan Kangkung darat
|
2.2 Objek Penelitian
Objek penelitian
dalam percobaan yaitu pengaruh
pemberian kadar air dan media tanam terhadap perkembangan dan pertumbuhan
kangkung darat (Ipomea Raptan Pair).
2.3 Periode Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 10
Oktober - 24 Oktober 2015
2.4 Alat dan bahan penelitian
Dalam melaksanakan percobaan ini di butuhkan alat dan bahan.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas bekas kemasan air minum
kemasandan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan antaralain sebagai
berikut: air, benih kangkung, tanah biasa, dan tanah humus.
2.5 Prosedur Penelitian
Untuk
mempermudah dan memeperoleh hasil yang lebih optimal dalam percobaan yang akan
dilakukan maka haruslah adasebuah penetapan prosedur. Prosedur yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mengisi 2 gelas plastik dengan tanah
biasa dan 2 lagi dengan tanah humus.
3. Menanam benih kangkung pada
masing-masing gelas
4. Beri perlakuan penyiraman air 20
tetes dan 10 tetes pada pada masing-masing jenis media.
5. Amati dan catat setiap perkembangan
pertumbuhan pada kedua sampel
BAB
III
LANDASAN
TEORI
2.1 Morfologi
Tumbuhan Kangkung
Dalam
sistematika tumbuhan (taksonomi), Kangkung diklasifasikan sebagai berikut:
Kingdom :Plantae
Divisio :Spermatophyta
Sub Divisio :Angiospermae
Kelas :Dicotyledoneae
Ordo :Convolvulales
Famili :Convolvulacae
Genus :Ipomoea
Spesies : Ipomea Raptan Pair.
Divisio :Spermatophyta
Sub Divisio :Angiospermae
Kelas :Dicotyledoneae
Ordo :Convolvulales
Famili :Convolvulacae
Genus :Ipomoea
Spesies : Ipomea Raptan Pair.
Kangkung merupakan tanaman menetap
yang dapat tumbuh lebih dari satu tahun. Tanaman kangkung memiliki sistem
perakaran tunggang dan cabang-cabangnya akar menyebar kesemua arah, dapat
menembus tanah sampai kedalaman 60 hingga 100 cm, dan melebar secara mendatar
pada radius 150 cm atau lebih, terutama pada jenis kangkung air. Batang
kangkung bulat dan berlubang, berbuku-buku, banyak mengandung air (herbacious)
dari buku-bukunya mudah sekali keluar akar. Memiliki percabangan yang banyak
dan setelah tumbuh lama batangnya akan merayap (menjalar).
Kangkung memiliki tangkai daun melekat
pada buku-buku batang dan di ketiak daunnya terdapat mata tunas yang dapat
tumbuh menjadi percabangan baru. Bentuk daun umumnya runcing ataupun tumpul,
permukaan daun sebelah atas berwarna hijau tua, dan permukaan daun bagian bawah
berwarna hijau muda. Selama fase pertumbuhanya tanaman kangkung dapat berbunga,
berbuah, dan berbiji terutama jenis kangkung darat. Bentuk bunga kangkung
umumnya berbentuk “terompet” dan daun mahkota bunga berwarna putih atau merah
lembayung Buah kangkung berbentuk bulat telur yang didalamnya berisi tiga butir
biji. Bentuk buah kangkung seperti melekat dengan bijinya. Warna buah hitam
jika sudah tua dan hijau ketika muda. Buah kangkung berukuran kecil sekitar 10
mm, dan umur buah kangkung tidak lama. Bentuk biji kangkung bersegi-segi atau
tegak bulat. Berwarna cokelat atau kehitam-hitaman, dan termasuk biji berkeping
dua. Pada jenis kangkung darat biji kangkung berfungsi sebagai alat perbanyakan
tanaman secara generative.
2.2 Definisi Pertumbuhan
Pertumbuhan diartikan sebagai suatu proses
pertambahan ukuran atau volume serta jumlah sel secara irreversible, yaitu
tidak dapat kembali ke bentuk semula. Pertumbuhan disebabkan oleh adanya
pembelahan sel (pertambahan jumlah sel) dan oleh adanya pembesaran sel
(pertambahan ukuran sel). Pertumbuhan bersifat kuantitatif, yaitu dapat diukur
menggunakan alat Auksanometer. Pertumbuhan tumbuhan berlangsung sepanjang
hidupnya.
Perkembangan adalah suatu proses menuju
keadaan yang lebih dewasa atau terspesialisasinya sel-sel menuju ke struktur
dan fungsi tertentu atau proses perubahan bentuk (morfogenesis). Perkembangan
ditandai dengan adanya kemampuan untuk berkembang biak. Perkembangan bersifat
kualitatif, hanya bisa diukur dari perubahan bentuk dan tingkat
kedewasaan.Pertumbuhan dan perkembangan selalu berjalan bersamaan. Terdapat
tiga jenis fase pertumbuhan dan perkembangan, yaitu fase pembelahan sel, fase
pembesaran ukuran sel, dan fase deferensiasi sel.
Pertumbuhan dan perkembangan awal dari
tumbuhan berbiji dimulai dari biji. Potensi biji untuk tumbuh menjadi individu
baru, yaitu embrio dan cadangan makanan. Embrio terdiri dari: radikula (embrio
akar), plumula (embrio daun), epikotil (embrio pucuk), dan hipokotil (embrio
batang).
2.3 Perkecambahan
(Germinasi).
Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan
dan perkembangan embrio atau munculnya plantula (tumbuhan kecil dari dalam
biji). Perubahan embrio saat perkecambahan umumnya adalah radikula tumbuh dan
berkembang menjadi akar, selanjutnya plumula tumbuh dan berkembang menjadi
batang dan daun.
Berdasarkan letak kotiledon pada saat
berkecambah, dikenal dua macam tipe perkecambahan, yaitu hipogeal dan epigeal.
a. Perkecambahan Hipogeal.
Terjadi pertumbuhan memanjang dari epikotil
yang menyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah.
Kotiledon tetap berada di dalam tanah.
b. Perkecambahan Epigeal.
Terjadi pertumbuhan memanjang dari hipokotil
yang menyebabkan plumula dan kotiledon terdorong ke permukaan tanah. Kotiledon
berada di atas tanah.
Proses germinasi di mulai ketika biji
menyerap air (imbibisi). Air menyebabkan pecahnya lapisan luar biji dan
mendorong hormon & enzim aktif bekerja. Enzim akan mengambil oksigen untuk
metabolisme sel, sehingga berlangsung proses oksidasi makanan dalam endosperm
(kotiledon) biji hasil pertumbuhan biji.
2.4 Ekologi Kangkung Darat
a. Iklim
Tanaman
ini dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun. Kangkung darat dapat tumbuh pada
daerah yang beriklim panas dan beriklim dingin. Jumlah curah hujan yang baik
untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar antara 500-5000 mm/tahun. Pada musim
hujan tanaman kangkung pertumbuhannya sangat cepat dan subur, asalkan di
sekelilingnya tidak tumbuh rumput liar. Dengan demikian, kangkung pada umumnya
kuat menghadapi rumput liar, sehingga kangkung dapat tumbuh di padang rumput,
kebun/ladang yang agak rimbun.Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka
atau mendapat sinar matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi)
tanaman kangkung akan tumbuh memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung
sangat kuat menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang. Apabila ditanam di
tempat yang agak terlindung, maka kualitas daun bagus dan lemas sehingga
disukai konsumen. Suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian tempat, setiap naik
100 m tinggi tempat, maka temperatur udara turun 1 derajat C. Apabila kangkung
ditanam di tempat yang terlalu panas, maka batang dan daunnya menjadi agak
keras, sehingga tidak disukai konsumen.
b. Media Tanam
Kangkung
darat menghendaki tanah yang subur, gembur banyak mengandung bahan organik dan
tidak dipengaruhi keasaman tanah. Tanaman kangkung darat tidak menghendaki
tanah yang tergenang, karena akar akan mudah membusuk. Sedangkan kangkung air
membutuhkan tanah yang selalu tergenang air. Tanaman kangkung membutuhkan tanah
datar bagi pertumbuhannya, sebab tanah yang memiliki kelerengan tinggi tidak
dapat mempertahankan kandungan air secara baik.
c. Ketinggian Tempat
Kangkung
dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran
tinggi (pegunungan) ± 2000 meter dpl. Baik kangkung darat maupun kangkung air,
kedua varietas tersebut dapat tumbuh di mana saja, baik di dataran rendah
maupun di dataran tinggi. Hasilnya akan tetap sama asal jangan dicampur aduk.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Penelitian
Setelah
menjalankan prosedur penelitian dan mencatat setiap pertumbuhan pada setiap
sampel. Baik pada tanaman kangkung yang ditanaman dengan media tanah biasa
maupun yang ditanam pada media tanah humus maka didapat hasil yang tersaji
dalam tabel berikut ini:
no
|
Sampel
|
Media
|
Kadar air
|
Pertumbuhan Kecambah/hari
|
Ket
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
|||||
1
|
Kangkung IA
|
Tanah humus
|
20
tetes
|
0,5
|
2
|
4,5
|
6,2
|
9
|
13
|
15
|
Hidup
|
2
|
Kangkung IB
|
Tanah humus
|
10 tetes
|
0,2
|
1
|
1,8
|
3
|
8
|
8,5
|
11
|
Hidup
|
3
|
Kangkung IIA
|
Tanah Biasa
|
20
tetes
|
0,3
|
0,8
|
2,5
|
4
|
8
|
8
|
10
|
Hidup
|
4
|
Kangkung IIB
|
Tanah Biasa
|
10 tetes
|
0
|
0,5
|
1
|
1,8
|
2
|
3,5
|
5
|
Hidup
|
Satuan
pertumbuhan kecambah/hari diukur dalam centi meter (cm)
Tabel.
1 Hasil penelitian
Sampel IA = sampel kangkung yang ditanam pada tanah
humus dengan perlakuan
kadar air 20 tetes setiap hari.
Sampel IB = sampel kangkung yang ditanam pada tanah
humus dengan perlakuan
kadar air 10 tetes setiap hari.
Sampel IIA = sampel kangkung yang
ditanam pada tanah biasa dengan perlakuan
kadar air 20 tetes
setiap hari.
Sampel IIB = sampel kangkung yang
ditanam pada tanah biasa dengan perlakuan
kadar air 10 tetes setiap
hari.
3.2 Pembahasan
3.2.1
Pengaruh Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kangkung
(Ipomea Raptan Pair)
Media tanam berfungsi sebagai tempat tumbuh
dan perkembangan akar serta tempat tanaman mengabsorpsi unsur hara dan air.
Jenis dan sifat media tanam berperan alam ketersediaan unsur hara dan air
sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Perbedaan
karakteristik media terutama pada kandungan unsur hara lagi tanaman dan daya
mengikat air tercermin pada porositas, kelembaban dan aerasi.
Sedikit penjelasan diatas memberi penjelasan
yang cukup terhadap hasil penelitian yang memberi gambaran bahwa pertumbuhan
tanman kangkung ditanah humus lebih cepat disbanding pertumbuhan kangkung pada
tanah biasa ini dapat dilihat dari hasil perbandingan pengukuran tinggi
tanamanpada sampel IA dan IIA meski mendapat perlakuan penyiraman air yang sama
tetapi didapati hasil pertumbuhan yang berbeda. Hal ini tentu dikarenakan
kandungan unsure hara yang terkandung dalam tanah humus jauh lebih kaya
sehingga kebutuhan nutrisi pada sampe IA dapat terpenuhi dengan baik sehingga
pertumbuhannya juga lebih baik dari sampel IIA. Perbandingan tersebut dapat
kita lihat dalam gambar berikut:
![Tanah humus 1 h7.jpg](file:///C:\Users\unik\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.jpg)
![Tanah 1 h5.jpg](file:///C:\Users\unik\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image004.jpg)
Gambar sampel IA Hari ke-7 Gambar sampel IIA Hari ke-7
Tidak
hanya soal ukuran panjang batang dari segi diameter batang sampel IA menunjukan
diameter batang yang lebih besar dan juga berdaun lebih lebat dari sampel II A.
3.2.2 Pengaruh Intesitas Air Terhadap
Pertumbuhan Kangkung
Air memiliki banyak fungsi bagi pertumbuhan
tubuh tanaman. Salah satunya, yaitu berfungsi untuk melarutkan unsur-unsur hara
yang tetrserap. Manfaat yang begitu besar, sehingga air sering disebut faktor
pembatas dari pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Manfaat air bagi
tumbuhan adalah untuk membantu proses fotosintesis yang terjadi didalam
daun, air merupakan komponen yang paling utama pada proses fotosintesis
tersebut. Pada proses fotosintesis air dibawa dari akar ke daun.
Pada saat perkecambahan air sangat
dibutuhkan. Air merupakan salah satu faktor luar yang sangat penting
dalam perkecambahan, karena penyerapan air merupakan tahap awal perkecambahan
biii. Air berperan penting untuk mengaktifkan sel-sel yang bersifat embrionik
di dalam biji, melunakkan kulit biji dan menyebabkan mengembangnya embrio dan
endosperm, fasilitas untuk masuknya oksigen ke dalam biji, mengencerkan
protoplasma dan media angkutan makanan dari endospenn atau kotiledon ke daerah
titik-titik tumbuh.
Kekurangan air dapat menghambat laju
fotosintesa, karena turgiditas sel penjaga stomata akan menurun. Hal ini
menyebabkan stomata menutup. Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesa. Disamping itu penutupan
stomata merupakan faktor yang sangat penting dalam perlindungan mesophyta
terhadap cekaman air yang berat.
Dalam penelitian yang telah dilakukan didapat
kesesuaian dengan teori diatas berupa semakin tercukupi kebutuhan air yang
diterima tanaman maka tanaman semakin tumbuh baik. Hal ini dapat di jelaskan
bahwa sampel IA tumbuh lebih subur dari sampe IB meski ditanam pada media yang
sama yaitu tanah humus. Begitu juga sampel IIA Tumbuh lebih laju
disbanding sampel IIB meski juga ditanam
pada media yang sama yaitu tanah biasa. Pertumbuhan sampel IA pada hari ke-7
adalah 15 cm dan IB adalah 11 cm, sementara sampel IIA adalah 10 cm dan IIB
adalah 5 cm. dari hasil ini menunjukan bahwa air juga memiliki pengaruh
terhadap pertumubuhan tanaman kangkung darat dan berikut ini adalah gambar yang
menjelaskan perbandinga tersebut.
![Tanah humus 1 h7.jpg](file:///C:\Users\unik\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image006.jpg)
![Tanah humus 2 h5.jpg](file:///C:\Users\unik\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image008.jpg)
Sampel IA hari ke-7 Sampel
IB hari ke-7
![Tanah 1 h5.jpg](file:///C:\Users\unik\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image010.jpg)
![Tanah biasa 2 ho.jpg](file:///C:\Users\unik\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image012.jpg)
Sampel IIA hari ke-7 Sampel
IIB hari ke-7
Jika kita
mengamati gambar penelitian pada hari ke-7 diatas maka denga mudah kita dapat
memahami bahwa sampel yang ditanam pada tanah humus dan mendapat perlakuan
penyiraman yang cukup (sampel IA) adalah tanaman kangkung yan tumbuh paling
baik dari ke-empat sampel yang ada. Ini karena kekayaan unsur hara dalam tanah
humus dapat diserap dengan baik oleh akar dan dibawa melalui batang kedaun yang
kemudian akan diolah menjadi makanan melalui proses fotosinteis dapat berjalan
dengan baik karena keterseiaan air yang cukup dalam tanah. Demikian hasil
penelitian saya mengenai pengaruh media tanam tanah humus dan tanah biasa serta
pengaruh air terhadapa pertumbuhan tanaman kangkung (Ipomea Raptan Pair)
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
serta hasil dan pembahasan yang telah dijabarkan dalam bab sebelumnya mengenai
pengaruh media tanam dan intensitas air terhadap pertumbuhan tanaman kangkung (Ipomea
Raptan Pair), maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa:
1. Tanaman
kangkung membutuhkan media tanam yang memiliki kandungan unsur hara yang cukup
seperti pada tanah humus untuk dapat tumbuh dengan baik dan subur.
2. Tanaman
kangkung juga harus mendapatkan air yang cukup untuk dapat tumbuh baik dan
subur
5.2 Saran
Berdasarkan
kesimpulan yang telah diambil penulis menyarakan agar:
1. Memperhatikan
dan memilih media tanam yang sesuai dalam proses budidaya kangkung (Ipomea
Raptan Pair)
2. Memperhatikan kebutuhan air, agar
kebutuhan air pada tanaman kangkung dapat selalu terpenuhi sehingga hasil
budidaya dapat memberikan keuntungan yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
(199?). Kangkung. ASRI Cara Budidaya Kangkung Darat Secara Komersil.
Eko Widiyanto. (1991). Sinar Tani. Bercocok Tanam Kangkung Darat. Sinar Tani.
Git. (1993). Kangkung Darat Dua Puluh Hari Sudah Bisa Dipanen.
Hieronymus Budi Santoso (1990). Kangkung Darat Suara Karya Minggu.
Eko Widiyanto. (1991). Sinar Tani. Bercocok Tanam Kangkung Darat. Sinar Tani.
Git. (1993). Kangkung Darat Dua Puluh Hari Sudah Bisa Dipanen.
Hieronymus Budi Santoso (1990). Kangkung Darat Suara Karya Minggu.
http://www.Contoh
Makalah Budidaya Tanaman Kangkung Dan Bayam.
Mulya,
Sarja (1979). Kangkung Darat. Majalah Trubus.