BAB I
PENDAHULUAN
Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan
tergantung pada besar kecilnya pendapatan keluarga. Keluarga dengan pendapatan
terbatas kemungkinan besar akan kurang
memenuhi kebutuhan makanannya terutama untuk memenuhi kebutuhan zat gizi
dalam tubuhnya. Selain itu tingkat pendapatan dapat menentukan pola makan.
Orang dengan tingkat ekonomi rendah biasanya akan membelanjakan sebagian besar
pendapatan untuk makanan, sedangkan orang dengan tingkat ekonomi tinggi akan
berkurang belanja untuk makanan. (FKM UI, 2007 : 176) 1 Anak balita merupakan salah satu
golongan penduduk yang rawan terhadap masalah gizi. Mereka mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan
gizi dalam jumlah yang cukup dan memadai. Bila sampai terjadi kurang gizi pada
masa balita dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan
mental.
Gangguan
gizi disebabkan oleh faktor primer atau sekunder, faktor primer adalah susunan
makanan seseorang salah dalam kuantitas dan kualitas contohnya penyediaan
pangan, kemiskinan, ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah, faktor sekunder
meliputi semua faktor yang menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai di sel-sel
tubuh setelah makanan di konsumsi.Kekurangan gizi dapat menyebabkan efek yang
serius yaitu kegagalan pertumbuhan fisik, menurunnya perkembangan kecerdasan,
menurunnya produktivitas, dan menurunnya daya tahan terhadap penyakit yang
mengakibatkan kematian. Balita yang kekurangan gizi sangat berpengaruh pada
perkembangan otak yang proses pertumbuhannya terjadi pada masa itu,menyebutkan
bahwa status gizi balita dapat dipengaruhi oleh pendapatan keluarga,
pemeliharaan kesehatan, program pemberian makanan tambahan,
pengetahuan,pendidikan, pola asuh keluarga, dan jumlah anak dalam
keluarga.Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi
status gizi pada balita. Hal ini dapat dikaitkan dengan tingkat pengetahuan dan
pemahaman ibu tentang pentingnya gizi pada balita. Pengetahuan ibu tentang gizi
makanan sangat berpengaruh terhadap perkembangan gizi balita, dimana kurangnya
pengetahuan ibu akan bahan makanan yang bergizi, dan tidak mengerti bagaimana
cara memberikan makanan yang benar, dapat menyebabkan asupan gizi kurang.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana
pengaruh tingkat pendidikan ibu terhadap pemberian asupan
gizi kepada balita di Desa Cahya Mas Kampung 1 Kabupaten Ogan Komering Ilir?
1.3 Batasan Masalah
Agar permasalahan yang akan dibahas tidak melebar dari rumusan masalah
yang ditentukan maka ditentukan batasan masalah hanya pada pengaruh pendidikan
ibu terhadap pemberian asupan gizi pada balita di Desa Cahaya Mas Kampung 1,
Kabupaten Ogan Komering Ilir.
1.4 Tujuan
Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, yang
menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1.
Menjelaskan pengaruh tingkat pendidikan ibu
terhadap pemberian asupan gizi kepada balita didesa cahya mas kampung 1
Kabupaten Ogan Komering Ilir.
1.5 Perumusan Hipotesis
Dalam penelitian ini peneliti mengambil
hipotesis bahwa: ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan asupan gizi
yang akan diberikan kepada balita.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1 Pengertian Pengetahuan
Menurut Maman
Rachman (2003:93), pengetahuan adalah hasil dari kegiatan mengetahui,sedangkan
mengetahui artinya mempunyai bayangan tentang sesuatu. Sedangkan menurut
Soekidjo Notoatmodjo (2003:122-123), pengetahuan yang mencakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
1.
Tahu
(know)
Tahu diartikan
sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke
dalam pengetahuan, tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) suatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah.
2.
Memahami (comprehension)
Memahami
diartikan sebagai mengingat suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar.
3.
Aplikasi (application)
Aplikasi
diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasiatau kondisi sebenarnya.
4.
Analisis
(analysis)
Aplikasi adalah suatu kemampuan
untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen, tetapi masih
didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5.
Sintesis
(synthetis)
Sintesis adalah
suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru di formulasi-formulasi yang ada.
6.
Evaluasi
Evaluasi ini
berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi/ penilaian terhadap
suatu materi/objek.
2.2 Pengertian Gizi Balita
Gizi adalah elemen yang terdapat dalam makanan dan dapat
dimanfaatkan secara langsung oleh tubuh seperti halnya karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, mineral, dan air. Gizi yang seimbang dibutuhkan oleh tubuh,
terlebih pada balita yang masih dalam masa pertumbuhan. Dimasa tumbuh kembang
balita yang berlangsung secara cepat dibutuhkan makanan dengan kualitas dan
kuantitas yang tepat dan seimbang.
Gizi Balita
adalah hal paling utama yang harus diperhatikan oleh orang tua jika ingin
tumbuh kembang putra putrinya maksimal.
2.3 Asupan Kebutuhan Gizi pada Balita
Kebutuhan gizi balita adalah jumlah
yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis
besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat
badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada
keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat
dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju
Sehat (KMS).
- Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa, sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia. - Kebutuhan zat pembangun
Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhannya relatif lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun, kebutuhannya relatif lebih kecil. - Kebutuhan zat pengatur
Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan bertambahnya usia. - Beberapa Hal Yang Mendorong Terjadinya Gangguan Gizi
Peran Makanan Bagi Balita adalah sebagi berikut:
a. Makanan sebagai sumber zat gizi
Didalam makanan
terdapat enam jenis zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin,
mineral, dan air. Zat gizi ini diperlukan bagi balita sebagai zat tenaga, zat
pembangun , dan zat pengatur.
b. Zat tenaga
Zat gizi yang menghasilkan tenaga
atau energi adalah karbohidrat , lemak, dan protein. Bagi balita, tenaga
diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta pertumbuhan dan perkembangannya.
Oleh karena itu, kebutuhan zat gizi sumber tenaga balita relatif lebih besar
daripada orang dewasa.
c. Zat Pembangun
Protein sebagai zat pembangun bukan
hanya untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi
juga menggantikan jaringan yang aus atau rusak.
d. Zat pengatur
Zat pengatur berfungsi agar faal
organ-organ dan jaringan tubuh termasuk otak dapat berjalan seperti yang
diharapkan.
2.4 Tujuan Gizi Bagi Balita
a. Memberitahukan bahwa gizi sangat penting bagi
kesehatan tubuh.
b. Memberikan pada ibu dan calon ibu untuk
berhati-hati dalam pemilihan makanan untuk sang buah hati.
c.
Memberitahukan
pada masyarakat bahwa gizi merupakan suatu kebutuhan yang mendesak bagi tubuh
sehingga perlu dipenuhi agar tubuh menjadi sehat.
d. Menjelaskan berbagai faktor fisiologis yang mempengaruhi
keadaan gizi anak balita.
e. Menyebutkan kebutuhan berbagai zat gizi terhadap
perkembangan berbagai organ tubuh anak balita.
f.
Menjelaskan
faktor di masyarakat yang dapat mempengaruhi keadaan gizi anak balita.
g. Menjelaskan pengaruh faktor sosioekonomi orangtua
pada keadaan gizi anak balita.
h. Menjelaskan pengaruh faktor pendidikan orangtua
pada keadaan gizi anak balita.
i.
Menyebutkan
masalah perkembangan tubuh pada anak balita.
j.
Pengaruh Status Gizi Terhadap Balita
Kesehatan seorang balita sangat dipengaruhi oleh
gizi yang terserap didalam tubuh. Kurangnya gizi yang diserap oleh tubuh
mengakibatkan mudah tersrang penyakit, karena gizi memberi pengaruh yang besar
terhadap kekebalan tubuh.
Beberapa penyakit yang timbul akibat kurangnya gizi
antar lain diare, disentri, gondok, busung lapar. Defisiensi Kurang Kalori
Protein (KKP), Defisiensi Vit. A, Defisiensi Yodium, Anemia, Marasmus,
Kwashiorkor dan beberapa penyakit lainnya.
Gizi bukan hanya mempengaruhi kesehatan tubuh,
tetapi dapat juga mempengaruhi kecerdasan. Apabila gizi yang diperlukan oleh
otak tidak terpenuhi, otak akan mengalami pengaruh sehingga tidak dapat
berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi genetiknya.
1. Tingkat
Pendidikan Orang Tua
Orang tua yang
memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih memahami makanan dan
memiliki makanan yang baik untuk anak balita.
2.
Sosial Budaya
Ada sebagian masyarakat
yang mempunyai adat istiadat tertentu terutama tentang pemberian makanan yang
boleh dan tidak boleh. Misalnya, tidak boleh makan telur jika ada luka, karena
akan menyebabkan terjadinya pembusukan pada luka dan lain sebagainya.
Seharusnya telur merupakan sumber gizi yang tinggi kadar protein dan baik untuk
penyembuhan luka.
3. Serat Makanan
Serat baik
untuk kesehatan pencernaan. Anak-anak yang diberi makanan yang berserat akan
baik untuk untuk kesehatan dan pertumbuhannya.
4. Kemudahan Cerna
Nutrient dalam
bahan makanan yang lazim tersedia biasanya mudah dicerna. Persentase nutrien
yang dapat diasimilasi dalam sebagian besar bahan makanan yang dikonsumsi
sehari-hari cukup tinggi, misalnya untuk karbohidrat 97% dan lemak 95%.
Walaupun demikian beberapa faktor dapat dipengaruhi proses kemudahan cerna
tersebut, diantaranya cara menyimpan, mengolah dan memasak bahan makanan, serta
terdapatnya bahan senyawa lain secara bersamaan.
5.
Rasa Kenyang
Selain
terhadap kepuasan dan terpenuhnya rasa kenyang, pemberian makanan harus dapat
pula memenuhi persyaratan segi kesehatan. Beberapa jenis makanan mempunyai
nilai rasa kenyang yang tinggi, berarti cepat memberikan rasa kenyang, seperti
susu, telur, makanan yang berlemak. Sedangkan roti, kentang, daging tanpa
lemak, ikan, sayur buah mempunyai nilai rendah.
6. Sumber Makanan
Tersedianya
makanan sangat mempengaruhi status gizi seseorang. Semakin sulit atau jauh
mendapat makanan yang mengandung gizi akan semakin sulit juga bagi seseorang
untuk mendapatkan makanan yang mengandung cukup gizi atau gizi yang baik.
2.6 Gizi Seimbang Bagi Balita
Seorang
anak yang sehat akan tumbuh dan berkembang dengan normal. Secara fisik, anak
sehat dapat dilihat dari naiknya berat badan dan tinggi badan yang teratur dan
proporsional. Kesehatan seorang balita sangat dipengaruhi oleh gizi yang
terserap didalam tubuh. Sehat
tampak aktif, gesit dan gembira serta mudah menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Kesehatan seorang balita sangat dipengaruhi oleh gizi yang
terserap didalam tubuh. Meskipun kekurangan gizi bukan merupakan hal baik bagi
balita, bukan berarti apabila seorang balita diberikan asupan gizi secara
berlebih (misalnya memberikan berbagai pil vitamin) akan membuat tubuhnya
menjadi kebal terhadap berbagai penyakit. Tubuh balita justru akan mengalami
kehilangan kemampuan untuk ’membentengi’ tubuh, sehingga mempermudah masuknya
penyakit.
Sejak
masa kanak-kanak, otak manusia sudah mempunyai dendrit yang berfungsi untuk
mengantarkan rangsangan. Lebih banyak dendrit yang terbentuk dalam otak berarti
lebih banyak sinapsis yang berkempuan dalam belajar. Jika pada puncak
pembentukan dendrit gizi yang tersedia tidak cukup maka jumlah sinapsis yang
terbentuk akan berkurang sehingga mengakibatkan fungsi mentalnya berkurang
seperti: daya ingat dan kapasitas belajar kurang. Pada anak usia dua sampai
tiga tahun mulai mendapatkan masukan gizi-gizi yang khusus, seperti seng dan
vitamin A.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
dari
jenis jenis metode penelitian. Metode penelitian deskriptif bertujuan untuk
mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada,
mengindetifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang
berlaku, membuat perbandingan atau evaluasi dan menetukan apa yang dilakukan orang
lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka
untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang. Dengan
demikian metode penelitian deskriptif ini digunakan untuk melukiskan secara
sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu,
dalam hal ini bidang secara aktual dan cermat. Metode deskriptif bukan saja
menjabarkan (analitis), akan tetapi juga memadukan hasil observasi dan data
kuatitatif yang diperoleh.
1.
Observasi
adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau peninjauan
secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi penelitian. Dalam hal ini,
peneliti dengan berpedoman kepada desain penelitiannya perlu mengunjungi lokasi
penelitian untuk mengamati langsung berbagai hal atau kondisi yang ada di
lapangan. Penemuan ilmu pengetahuan selalu dimulai dengan observasi dan kembali
kepada observasi untuk membuktikan kebenaran ilmu pengetahuan tersebut. Dengan
observasi kita dapat memperoleh gambaran tentang kehidupan sosial yang sukar
untuk diketahui dengan metode lainnya. Observasi dilakukan untuk menjajaki
sehingga berfungsi eksploitasi. Dari hasil observasi kita akan memperoleh
gambaran yang jelas tentang masalahnya dan mungkin petunjuk-petunjuk tentang
cara pemecahannya. Jadi, jelas bahwa tujuan observasi adalah untuk memperoleh
berbagai data konkret secara langsung di lapangan atau tempat penelitian.
2. Metode
wawancara adalah merupakan pertemuan
antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga
dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Esterberg, 2002).
Wawancara merupakan alat mengecek ulang atau pembuktian terhadap informasi atau
keterangan yang diperoleh sebelumnya dan juga merupakan teknik komunikasi
langsung antara peneliti dan sampel.Dalam penelitian dikenal teknik
wawancara-mendalam .Teknik ini biasanya melekat erat dengan penelitian
kualitatif.
3.2 Prosedur Penelitian
Agar masalah ditemukan
dengan baik memerlukan fakta-fakta empiris dan diiringi dengan penguasaan teori
yang diperoleh dari mengkaji berbagai literatur relevan. Penelitian dilakukan
secara sistematis, empiris, dan kritis mengenai fenomena-fenomena yang dipandu
oleh prosedur berikut:
1. Menyiapkan target pengamatan beserta
indikatornya
2. Menjalankan pengamatan.
3. Menyiapkan bahan pertanyaan wawancara
kepada responden
4. Memperdalam temuan dengan wawancara
5. Mengumpulkan temuan pengamatan dan
wawancara.
6. Menganalisis temuan.
7. Menyusun laporan penelitian
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 1 Desember – 10 Desember
2015. Penelitian akan dilakukan Di desa Cahaya Mas, Kampung 1 Kecamatan Mesuji
Makmur, Kabupaten Ogan Komering Ilir.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
Setelah
menjalankan prosedur penelitian dan menganalisa setiap temuan dalam kegiatan
observasi dan wawancara dengan responden yang terpilih, mengenai tingkat
pendidikan ibu terhadap pemberian asupan gizi kepada balita didesa cahya mas
kampung 1 Kabupaten Ogan Komering Ilir,
maka didapat hasil yang tersaji dalam tabel berikut ini :
Tabel Hasil Penelitian
No.
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
No.
|
1.
|
Apakah pendidikan terakhir anda
|
SMK
|
11.
|
SMP
|
22.
|
||
Paket C
|
33.
|
||
MA
|
44.
|
||
SD
|
55.
|
||
SMP
|
66.
|
||
SMK
|
77.
|
||
SD
|
88.
|
||
SMA
|
99.
|
||
SD
|
110.
|
||
22.
|
Berapa usia anda ?
|
21 Tahun
|
11.
|
44 Tahun
|
22.
|
||
27 Tahun
|
33.
|
||
25 Tahun
|
44.
|
||
.38 Tahun
|
55.
|
||
18 Tahun
|
66.
|
||
45 Tahun
|
77.
|
||
40 Tahun
|
88.
|
||
.24 Tahun
|
99.
|
||
25 Tahun
|
110.
|
||
33.
m
|
Menurut pendapat anda apakah
pendidikan mempengaruhi terhadap pentingnya pemberian gizi kepada balita?
|
Ya sangat penting
|
11.
|
Ya, karena pemberian gizi sangat
penting bagi usia balita untuk pertumbuhannya
|
22.
|
||
Ya penting karena tanpa mempunyai
pendidikan kita tidak bisa mengetahu I tentang pemberian gizi yang baik
|
33.
|
||
Ya sangat penting agar para balita
menjadi sehat dan pintar
|
44.
|
||
Ya sangat penting
|
55.
|
||
Ya karena dapat mempengaruhi
perkembangan anak
|
66.
|
||
Ya karena semakin tinggi
pendidikan ibu semakin banyak juga pengetahuan ibu
|
77.
|
||
Ya, sangat penting agar balita
bisa bertumbuh dengan baik
|
88.
|
||
Ya, karena jika anak tidak di beri
asupan gizi yang seimbang maka kecerdasan anak berkurang
|
99.
|
||
Ya, baik buruknya kesehatan anak
tergantung pada orang tua yang memberikan gizi
|
110.
|
||
4.
|
Apakah anda sudah memberikan gizi
yang seimbang untukanak anda?
|
sudah.
|
11.
|
Sangat cukup
|
22.
|
||
Sudah
|
33.
|
||
Ya sudah
|
44.
|
||
Sudah
|
55.
|
||
Sudah
|
66.
|
||
Sudah
|
77.
|
||
Sudah
|
88.
|
||
Sudah
|
99.
|
||
Sudah
|
110.
|
||
55.
|
Apakah penting memberikan gizi
kepada anak anda?.
|
penting
|
11.
|
Sangat penting.
|
22.
|
||
Sangat penting.
|
33.
|
||
Sangat penting.
|
44.
|
||
Sangat penting.
|
55.
|
||
Sangat penting.
|
66.
|
||
Sangat penting.
|
77.
|
||
Sangat penting.
|
88.
|
||
Sangat penting
|
99.
|
||
Sangat penting.
|
110.
|
||
66.
|
Apakah anda selalu memperhatikan
setiap perkembangan anak anda?
|
Ya
|
11.
|
Tentu saja
|
32.
|
||
Ya
selalu
|
33.
|
||
tentu
|
44.
|
||
ya
|
55.
|
||
Ya
|
66.
|
||
Ya
|
77.
|
||
Ya
|
8.8
|
||
Ya
|
99.
|
||
Ya
|
110.
|
||
77.
8
|
Menurut pendapat anda apakah
kesehatan anak anda sangat lah penting?
|
Ya penting sekali
|
11.
|
ya
|
22.
|
||
ya
|
33.
|
||
Ya tentu saja
|
44.
|
||
Ya
|
55.
|
||
Penting sekali
|
66.
|
||
Ya
|
77.
|
||
Ya tentu
|
88.
|
||
Ya sangat penting
|
99.
|
||
Ya
|
10
|
4.2 Pembahasan
Dari hasil wawancara diketahui
30% responden memiliki pendidikan sekolah dasar, 20% adalah lulusan sekolah
menengan dan 50% adalah lulusan SMA sederajat.
Dengan kelompok usia 2 responden
dibawah 20 tahun, 4 berusia antara 20
sampai 30 tahun dan 4 berusia diatas 40 tahun.
Mengenai pengetahuan umum
terhadap pemberian asupan gizi terhadap balita 100% responden tahu bahwa
pemberian gizi sangat penting terhadap perkembangan balita. Dan seluruh
responden merasa telah emberikan gizi yang cukup terhadap anak. Saat diminta
menilai perekmbangan balita hampir seluruh responden menyatalan pertumbuhan dan
perkembangan balita mereka baik dan sehat.
Tetapi berdasarkan
pendekatan observasi penulis didapatkan hasil yang bertolak belakang dengan
hasil wawancara. Keseluruhan responden memang telah menyiapkan dan meneydiakan
cadangan makanan yang bergizi terhadap balita mereka tetapi dalam prosedur
pemberiannya. Orang tua sering mengabaikan jadwal makan, jumlah, dan kualitas
makanan.
Mengenai jadwal makan pada
orang tua dengan pendidikan sekolah dasar kurang memperhatikan kapan memberi
makan balita yang baik, mereka cenderung lebih tertarik untuk membuat anak diam
tidak menangis daripada memperhatikan jumlah dan waktu makan dan minum asupan
gizi sehingga anak tumbuh lebih gemuk dan susah untuk melakukan aktivitas
bermain mereka.
Pada orang tua pada
pendidikan menengah pertama justru orang tua hanya berorientasi pada pekerjaan
sehingga pada pola pemberian makan justru akan kurang diperhatikan sehingga
anak sering telat makan meski kebutuhan makan sebenarnya tersedia. Tetapi
kesibukan bekerja dan aktivitas lain lebih diprioritaskan dibanding merawat dan
mengasuh anak mereka.
Pada orang tua yang memiliki pendidikan sekolah menengah
atas orang tua yang cenderung memprioritaskan kebutuhan anak dan mengurangi
aktivitas lain untuk memeberikan waktu kepada anak, sehingga anak mendapat
perhatian penuh.
Tetapi dari keseluruhan
sampel 75% masih belum dapat menghindarkan anak dari makanan ringan yang berbahan
pengawet dan mengandung perasa kimia tinggi. Hal ini ditunjukan bahwa balita
sering mengonsumsi makanan seperti chiki, sosis, minuman kemasan, dan bakso
kemasan. Tentu kita ketahui bahwa makanan dan minuman tersut sangat berdapak
buruk bagi pertumbuhan anak baik dalam jangka pendek maupun panjang.
Berdasarkan hasil observasi
ibu yang berpendidikan SD sebanyak 20 % dengan status gizi balita mayoritas
kurang, ibu yang berpendidikan SMP sebanyak dengan status gizi balita mayoritas
baik sebanyak 25% balita, ibu yang berpendidikan SMA sebanyak 40 % dengan
status gizi balita kurang sebanyak 15% balita dan sisanya dengan status gizi
balita baik dan sedang. Sehingga kesimpulannya ada Hubungan Tingkat Pendidikan
Ibu Dengan Status Gizi Balita Di desa Cahaya Mas kampung 1.
Dari hasil penelitian ini
menunjukkan mayoritas ibu memiliki balita yang status gizinya kurang yaitu ibu
dengan pendidikan SMP sebanyak 43,6%. Dimana pendidikan ibu mempengaruhi status
gizi balita. Karena tingkat pendidikan ibu banyak menentukan sikap dan tindak
tanduknya dalam menghadapi berbagai masalah. Seorang ibu mempunyai peran yang
penting dalam kesehatan dan pertumbuhan anak. Hal ini dapat ditunjukkan oleh
kenyataan antara lain anak-anak dari ibu yang memiliki latar belakang
pendidikan yang lebih tinggi akan mendapatkan kesempatan hidup serta tumbuh
lebih baik dan mudah menerima wawasan lebih luas mengenai gizi . Anak dengan
ibu berpendidikan rendah memiliki angka mortalitas yang lebih tinggi dari pada
anak dengan ibu berpendidikan tinggi . Peran orang tua sangat berpengaruh
terutama pada ibu, karena seorang ibu berperan dalam pengelolaan rumah tangga
dan berperan dalam menentukan jenis makanan yang akan dikonsumsi keluarganya .
Kurangnya asupan gizi bisa disebabkan oleh terbatasnya jumlah makanan yang
dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan.
Bab V
Penutup
5.1 Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan mengenai pengaruh
tingkat pendidikan ibu terhadap pemberian asupan gizi kepada balita didesa
cahya mas kampung 1 Kabupaten Ogan Komering Ilir, ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Peran
orang tua sangat berpengaruh terutama pada ibu, karena seorang ibu berperan
dalam pengelolaan rumah tangga dan berperan dalam menentukan jenis makanan yang
akan dikonsumsi keluarganya .
2. Anak
- anak dari ibu yang memiliki latar belakang pendidikan yang lebih tinggi akan
mendapatkan kesempatan tumbuh kembang lebih baik karena mudah menerima wawasan
lebih luas mengenai gizi .
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah
didapat maka peneliti memberikan saran berikut ini:
1. Pemerintah harus mensosialisakan
kesadaran gizi dan pola asuh kepada ibu-ibu melalui posyandu, bidan dan unit
kesehatan lain.
2. Diadakan penelitian lebih lanjut,
karena penelitian ini masih bersifat rintisan.
DAFTAR
PUSTAKA
Almatsier,
Sunita, 2003.Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
BPS,Unicef,Bappeda,2000. Peningkatan Kemasyarakatan Propinsi ProfilKesehatan
Propinsi Jateng,1999.Semarang: Proyek Jawa Tengah
Budiyanto,
Agus.2001, Dasar-Dasar Ilmu Gizi, Edisi Revisi, Malang
Dainur,
1995. Ilmu Kesehatan Masyarakat KIA di Puskesmas dan Permasalahannya
Jakarta: EGC
Depkes
RI.Pedoman Tata Laksana KEP pada Anak di Puskesmas danRumahTangga
Hidayat
Syarif, Asep Rustiawan; Vandal Julia, 1992.Petunjuk Laboratorium
KajiTindak Partisipatif dalam Pangan dan Gizi Masyarakat, Bogor :DepartemenPendidikan
dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tingkat PusatAntar Universitas
Pangan dan Gizi, IPB Bogor
Khomsan,
Ali, 2002,Pangan dan Gizi untuk Kesehatan, PT, Rajagafrindo Persada:Jakarta
Kodyat,
AB, Minarto R, Golopong S, Iryonis, 1996.
Status
Konsumsi Gizi di Indonesia, Gizi Indonesia. Persagi;Bogor
Notoatmojo,
Suekidjo, 2002.Metode Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta: Jakarta
Notoatmojo
Soekidjo.
2003.Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-Prinsip Dasar Rineka
Cipta: Jakarta
Roedjito,
1989,Kajian Penelitian Gizi,Mediyatama Sarana Perkasa: Jakarta
Singarimbun,
Masri.1998.Penduduk dan Perubahan.Pustaka Pelajar: Yogyakarta
Supariasa,
Bakrie, dan Fajar. 2002.Penilaian Status Gizi, EGC; Jakarta
Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi,
2004. Angka Kecukupan Gizi.
Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia :Jakarta
Winarno,
F.G,1997.Keamanan Pangan, ITB : Bandung