BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
`Setiap orang mempunyai sisi
psikologis dimana sisi ini berdampak pada hal-hal tindakannya. Atau bisa
disebut gejala jiwa. Dalam pendidikan pun gejala jiwa manusia yang mendasar banyak muncul.
Gejala jiwa tersebut akan mempengaruhi berbagai perilaku manusia, baik
perilaku pendidik maupun perilaku peserta didik atau siswa. Dalam tulisan ini
akan dibahas bagaimana gejala jiwa tersebut mempengaruhi kemampuan belajar
siswa.
Gejala jiwa yang ada pada diri manusia sangat mempengaruhi perilakunya.
Tidak terlepas dalam dunia pendidikan yaitu pada pendidik maupun peserta didik.
Pada dasarnya tiap individu merupakan satu kesatuan,
yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu dapat dilihat dari
dua segi, yakni horizontal dan vertical. Perbedaan segi horizontal adalah
perbedaan individu dalam aspek mental, seperti tingkat kesadaran, bakat, minat,
ingatan, emosi, dan sebagainya. Perbedaan vertikal adalah perbedaan individu
dalam aspek jasmaniah, seperti: bentuk, tinggi dan besarnya badan, tenaga, dan
sebagainya. Masing-masing aspek individu tersebut besar pengaruhnya terhadap
kegiatan dan keberhasilan belajar.
Perbedaan individual disebabkan oleh dua faktor, ialah
faktor keturunan atau bawaan kelahiran, dan faktor pengaruh lingkungan. Kedua
faktor ini memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan siswa/peserta didik.
Mungkin salah satu factor ada yang lebih dominan, namun tetap kedua faktor
tersebut masing-masing berpengaruh, dan pada gilirannya ternyata tidak ada dua
individu yang sama.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana ciri-ciri siswa yang memiliki sikap pendiam ?
2. Apa yang menyebebkan seseorang memiliki sikap pendiam ?
3. Mengapa sikap pendiam dapat- memengaruhi perilaku dan
prestasi belajar siswa?
1.3
Tujuan
1. Menjelaskan ciri-ciri siswa yang memiliki sikap pendiam
2. Menjelaskan penyebab seseorang memiliki sikap pendiam
3. Menjelaskan pengaruh sikap pendiam terhadap perilaku dan prestasi belajar siswa
1.4 Manfaat
Mengetahui
apa sikap pendiam itu mempengaruhi perilaku dan nilai prestasi belajar siswa di
sekolah
BAB II
PEMBAHASAN
Secara umum pendidikan dipandang
sebagai faktor utama dalam bidang pembangunan. Pandangan ini mengandung
suatu pengertian bahwa pendidikan dapat memotori dan menopang proses
pembangunan. Oleh karena itu, pendidikan menjadi salah satu kebutuhan masyarakat
yang dianggap sangat penting. Namun cukup banyak permasalahan yang
dihadapi dalam proses pemenuhan akan pendidikan, khususnya di Indonesia yaitu
masalah kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan dari lembaga pendidikan pada
jenjang tertentu dapat dilihat dari kualitas lulusan yang dihasilkannya. Salah
satu indikator untuk menilai kualitas pendidikan adalah prestasi belajar yang
dicapai oleh siswa. Menurut Muhibbin (2011: 141), “Prestasi
belajar adalah tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan
dalam sebuah program”. Prestasi belajar ini digunakan untuk menilai
hasil pembelajaran para siswa pada akhir jenjang pendidikan tertentu.
Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik
perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun
keterampilan motorik (Syaodih, 2003: 102-103). Rendahnya
prestasi belajar merupakan salah satu masalah yang sering kita jumpai
dalam masyarakat kita dan masalah ini hampir terdapat di seluruh sekolah
baik itu tingkat dasar, menengah bahkan di perguruan tinggi. Sebagai
bangsa yang ingin maju, kita juga tentu menginginkan agar kualitas pendidikan
kita dapat meningkat. Tetapi persoalannya adalah bahwa masalah pendidikan ini
sangat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
proses belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua yaitu
faktor ekstern dan faktor intern. Ini sesuai dengan pendapat Slameto
(2003 : 54) yang menyatakan bahwa, “Faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar siswa digolongkan menjadi dua golongan saja
yaitu faktor internal dan faktor eksternal”.
Faktor ekstern yaitu faktor yang ada pada luar
individu, dapat berasal dari keluarga, sekolah, masyarakat, sebagai contoh
yaitu keharmonisan keluarga, pendidikan dan pendapatan orang tua. Faktor intern
adalah faktor yang ada dalam diri individu siswa, baik berasal dari jasmani
maupun rohani seperti cacat tubuh, aspek psikologis anak dan sikap siswa
terhadap pelajaran tertentu.
Aktif, periang, mempunyai banyak
teman dan senang bergaul adalah sebagian karakteristik yang menggambarkan extraversion.
Sedangkan pasif, pendiam, senang menyendiri adalah sebagian karakteristik yang
menggambarkan introversion.
Extraversion dan introversion adalah istilah yang pertama kali diperkenalkan oleh
Carl Gustav Jung (1875-1961), seorang psikiater asal Swiss dan salah satu tokoh
dalam psikologi analisis. Extraversion dan introversion
menggambarkan kecenderungan seseorang dalam menghadapi dunia luar. Para extravert
cenderung berorientasi terhadap hal-hal dan dunia di luar dirinya, sedangkan
para introvert cenderung berorientasi pada hal-hal dan dunia di dalam
dirinya.
Extraversion adalah kecenderungan untuk fokus terhadap dunia di luar diri. Orang-orang extravert
menyukai interaksi sosial dan cenderung bersemangat, senang berbicara dan
tegas. Mereka menyukai keramaian, aktivitas sosial, seperti pesta dan berbagai
macam kegiatan yang melibatkan banyak orang. Mereka juga cenderung menyukai
interaksi sosial dan menghabiskan waktu bersama orang lain.
Introversion adalah kecenderungan untuk berpusat pada dunia di dalam diri. Orang-orang introvert
cenderung tidak banyak bicara, dan tidak tertarik terhadap interaksi sosial.
Mereka menyukai kegiatan yang dapat dilakukan sendiri atau dengan beberapa
teman dekat saja. Bagi mereka, keramaian dan kegiatan yang melibatkan banyak
orang merupakan hal yang melelahkan.
Berikut merupakan beberapa
ciri-ciri yang membedakan antara orang-orang extravert dan introvert:
Extraversion
|
Introversion
|
Senang bergaul
|
Senang menyendiri
|
Senang berbicara
|
Senang mendengar
|
Lebih suka bertindak dibanding
berpikir
|
Lebih suka berpikir dibanding
bertindak
|
Menyukai pesta dan keramaian
|
Menyukai ketenangan
|
Membuka diri terhadap semua orang
|
Membuka diri hanya kepada
orang-orang dekat
|
Ekspresif dan bersemangat
|
Tenang
|
Mudah teralihkan perhatiannya
|
Mudah berkonsentrasi
|
Mempunyai banyak teman
|
Mempunyai sedikit teman dekat
|
Mudah didekati
|
Lebih sulit didekati
|
Cepat dalam bertindak
|
Berpikir sebelum bertindak
|
Senang bekerja dalam kelompok
|
Senang bekerja sendiri
|
Menurut Jung, setiap orang
mempunyai sisi introvert dan extravert. Bila diibaratkan dalam
sebuah garis lurus, introversion dan extraversion berada di dua
ujung garis yang berlawanan, bila seseorang memiliki nilai tinggi di salah satu
sisi, misalnya introversion maka ia akan mendapatkan nilai rendah di
sisi lainnya, yaitu extraversion. Tinggi rendahnya nilai mereka akan
menentukan kecenderungan meerka yang dominan. Orang-orang introvert
adalah mereka yang mendapatkan nilai tinggi pada introversion, sedangkan
orang-orang extravert adalah mereka yang mendapatkan nilai tinggi pada extraversion.
Menentukan apakah seseorang introvert
atau extravert tidak selalu dapat dilakukan hanya dengan melihat
ciri-ciri yang disebutkan di atas, karena orang-orang yang introvert
dapat saja terlihat seperti orang extravert pada saat-saat tertentu, dan
begitu juga sebaliknya.
Secara umum, masyarakat cenderung
memandang sifat-sifat extraversion sebagai hal yang baik, dan introversion
sebagai hal yang buruk dan perlu diobati. Orang-orang introvert pun
kerap disalahpahami sebagai orang-orang yang pemalu, tegang, kurang pergaulan, rendah
diri, dan antisosial.
Hal ini semakin diperburuk dengan
banyaknya berita-berita kriminal di berbagai media yang menghubungkan sifat
seseorang yang pendiam dengan kemampuan mereka untuk melakukan sebuah tindakan
kriminal yang tidak diduga-duga. Hal ini membuat orang berpikir bahwa
orang-orang pendiam adalah orang-orang dengan kelainan mental yang memiliki
kecenderungan untuk meledak sewaktu-waktu dan dapat berbuat nekat, sehingga
mereka perlu diwaspadai dan diobati.
Selain itu, anak-anak introvert
pun kerap mendapatkan tekanan dari lingkungan untuk menjadi lebih normal, yang berarti lebih extravert.
Banyak orang tua juga mencoba mengobati anak introvert mereka
dengan mengajak mereka ke acara-acara keluarga yang dipadati banyak orang dan
mendorong mereka bermain dengan anak-anak lain secara berkelompok.
Selain oleh orangtua sendiri,
tekanan juga dapat muncul dari orang-orang dekat seperti saudara, kerabat,
teman, serta guru di sekolah. Hingga saat ini, metode pendidikan di institusi
pendidikan pun lebih memihak kepada orang-orang extravert; dengan
besarnya penekanan dan penilaian terhadap partisipasi aktif di kelas. Meskipun
anak-anak introvert juga dapat memperoleh manfaat dengan berpartisipasi
aktif di kelas, metode ini tidak memaksimalkan potensi alamiah mereka, yang
cenderung membutuhkan waktu lebih lama untuk berpikir dan lebih cakap dalam
komunikasi non-verbal. Hal ini membuat mereka terlibat dalam persaingan yang
tidak seimbang dengan orang-orang extravert.
Tuntutan dari lingkungan untuk
mengubah orang-orang introvert menjadi lebih extravert memberikan
banyak tekanan pada mereka. Selain harus melawan kecenderungan dan sifat alami
mereka, mereka juga mendapatkan perlakuan tidak adil karena cara mereka yang
berbeda dalam mengalami dan menghadapi dunia luar. Selain itu, mereka juga
tidak dapat berkonsentrasi mengembangkan kelebihan dan potensi yang sudah
mereka miliki.
Akibatnya, banyak anak introvert
yang tumbuh secara tidak optimal, yang senantiasa melawan kecenderungan alami
mereka dan dipaksa untuk menjadi orang lain.
Berikut adalah beberapa mitos mengenai orang-orang introvert:
1.
Tidak suka bicara
Orang-orang introvert kesulitan untuk berbasa-basi dan membicarakan
hal-hal yang tidak mereka anggap penting. Keadaannya akan berbeda jika mereka
diajak berbicara mengenai hal yang menarik buat mereka.
2.
Pemalu
Sifat pemalu tidak berhubungan langsung dengan introversion. Walaupun
terdapat orang-orang introvert yang pemalu, tidak sedikit pula
orang-orang extravert yang pemalu. Orang-orang introvert tidak
takut terhadap orang lain, mereka hanya tidak membutuhkan interaksi sosial
sebanyak orang lain dan membutuhkan alasan untuk berinteraksi dengan orang
lain.
3.
Sombong
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, orang-orang introvert
cenderung kesulitan untuk berbasa-basi dengan orang lain. Mereka hanya ingin
bersikap jujur dan apa adanya, dan mengharapkan hal yang sama dari orang lain. Sayangnya
hal ini tidak diterima di masyarakat dimana basa-basi, baik dalam bentuk ucapan
maupun tindakan, sudah dianggap sebagai hal yang wajar dan diperlukan dalam
keseharian . Hal ini membuat mereka seringkali dipandang sebagai orang-orang
yang sombong.
4.
Tidak menyukai orang lain
Orang introvert memang membutuhkan waktu lebih lama untuk merasa
nyaman dan dekat dengan orang lain, namun tidak berarti bahwa mereka tidak
menyukai orang lain. Sebaliknya, orang-orang introvert sangat menghargai
teman-teman dekat mereka, walaupun jumlahnya mungkin bisa dihitung dengan jari.
Mereka memiliki lebih sedikit teman, namun kualitas hubungan mereka dengan
teman yang lebih sedikit ini pun lebih dalam.
5.
Tidak suka keramaian
Berada di tengah keramaian merupakan hal yang melelahkan bagi orang-orang introvert,
karena banyaknya rangsangan dari lingkungan yang harus mereka terima di saat
yang bersamaan. Hal ini membuat orang-orang introvert tidak suka
menghabiskan waktu terlalu lama di tempat yang ramai.
6.
Selalu ingin sendiri
Orang-orang introvert menikmati kesendirian mereka dimana mereka
dapat melakukan kegiatan yang mereka sukai tanpa diganggu orang lain, namun
mereka juga membutuhkan interaksi sosial dengan orang lain, hanya saja dengan
frekuensi dan intensitas yang lebih sedikit dibandingkan dengan orang-orang extravert.
7.
Aneh
Karena orang-orang introvert
banyak menghabiskan waktu sendirian, mereka seringkali mempunyai ide-ide dan
cara pandang yang berbeda dari kebanyakan orang. Hal ini membuat banyak
orang-orang introvert melahirkan ide-ide yang orisinil dan tidak
terpikirkan orang lain. Namun, bagi kebanyakan orang, mereka cenderung
dipandang sebagai orang yang berbeda dan aneh.
8.
Tidak bisa bersantai dan
bersenang-senang
Orang-orang introvert
lebih suka bersantai di rumah mereka sendiri, atau di tempat yang sepi,
dibandingkan dengan tempat yang ramai. Bila dihadapkan pada terlalu banyak
rangsangan dari luar, orang introvert akan merasa kewalahan. Hal ini
berhubungan dengan perbedaan cara kerja otak dan sistem syaraf antara
orang-orang introvert dan extravert (yang akan dijelaskan lebih
lanjut di bawah).
9.
Tidak percaya diri
Orang-orang introvert
seringkali disalahartikan sebagai orang-orang yang dengan tingkat kepercayaan
diri yang rendah dan canggung secara sosial. Hal ini tidak benar, karena
kecenderungan mereka yang tidak ekspresif dan sering menghabiskan waktu sendiri
bukan disebabkan oleh rasa percaya diri yang rendah, namun oleh sifat mereka
yang memang demikian adanya.
10. Introvert dapat mengubah diri mereka
menjadi extravert
Dunia tanpa orang-orang introvert
adalah dunia dengan sedikit ilmuwan, musisi, seniman, pembuat film, dokter,
penulis, dan filsuf. Orang-orang introvert tidak bisa dan tidak perlu
mengubah kecenderungan alami mereka. Hal ini karena baik orang-orang introvert
maupun extravert memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing yang
saling melengkapi; yang dibutuhkan adalah pemahaman atas perbedaan kedua kecenderungan
tersebut dan bagaimana menjembatani perbedaan-perbedaan tersebut.
Lalu apa yang dapat kita lakukan
agar anak-anak introvert di sekitar kita dapat menemukan jati diri
mereka, memaksimalkan potensi yang mereka miliki dan bertahan di tengah
masyarakat yang hingga saat ini masih cenderung memihak kepada orang-orang yang
extravert? Mari kita simak beberapa tips berikut ini:
1.
Terimalah mereka apa adanya
Anak-anak introvert sudah
mendapatkan tekanan cukup berat dari lingkungan yang cenderung didominasi oleh
dan berpihak pada orang-orang extravert. Sangat penting bagi anak untuk
merasa diterima dan bahwa tidak ada yang salah dengan dirinya, sehingga ia bisa
mengembangkan rasa percaya diri dan konsep diri yang positif.
Menerima mereka apa adanya juga
berarti tidak memaksa anak untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan
kecenderungan alaminya. Bila anak hanya suka bermain dengan satu atau dua orang
teman baik saja, jangan paksa dia untuk bermain bersama banyak anak lain di
saat yang bersamaan. Bila anak lebih senang menghabiskan waktu untuk membaca
buku atau bermain sendirian, jangan paksa dia untuk keluar rumah atau bermain
bersama anak-anak lain.
Dalam mendisiplinkan anak,
penting untuk mengingat bahwa anak-anak introvert lebih sensitif
dibandingkan dengan anak-anak extravert, oleh karena itu dibutuhkan
pendekatan yang berbeda pula dalam mendidik mereka.
2.
Kenali minat dan potensi anak
Setiap anak adalah unik dan
memiliki kelebihan dan potensi masing-masing. Mengembangkan minat merupakan
salah satu hal yang dapat menimbulkan kepuasan dan mengembangkan rasa percaya
diri pada anak. Amatilah minat dan potensi anak, dan bimbinglah mereka untuk
mengembangkan kelebihan dan potensi yang mereka miliki.
Jangan lupakan juga bahwa setiap
anak mungkin memiliki minat yang berbeda, ada yang senang bermain sepakbola,
bola basket, namun jangan abaikan juga mereka yang menaruh minat terhadap
serangga, binatang, alam, ilmu pengetahuan, komputer, bisa jadi mereka
adalah calon-calon dokter, ilmuwan, dan programmer.
3.
Hadapi situasi baru secara
bertahap
Bila anak tampak ragu menghadapi
situasi atau orang-orang baru, ajak mereka untuk menghadapinya secara perlahan
dan bertahap. Hargailah usaha mereka dan berikan mereka kesempatan untuk
menghadapi situasi tersebut sesuai dengan keinginan mereka. Anak-anak introvert
lebih suka mengamati keadaan terlebih dahulu sebelum memasuki tempat atau
situasi yang baru.
4.
Hindari memberi cap pada anak
Memanggil anak dengan sebutan pendiam, pemalu dan penyendiri adalah salah satu bentuk
kekerasan verbal, yang dapat menyakiti perasaan dan meracuni pikiran anak,
bahwa ia sesuai dengan sebutan-sebutan itu. Anak-anak yang dipanggil dengan
label-label semacam itu dapat merasa tidak diterima dan merasa bahwa ada yang
salah dengan diri mereka. Hal ini dapat menimbulkan berbagai masalah dalam
perkembangan psikologis seseorang, dan dapat terus berdampak hingga ia dewasa.
Bila mendengar orang lain memanggil anak dengan sebutan seperti pemalu di depan anak tersebut, cobalah
untuk memperhalus dengan mengatakan “Bobi
sangat baik dalam mengamati dan menilai keadaan”. Hal ini akan mencegah
anak berpandangan negatif mengenai dirinya.
5.
Ajari anak menjadi lebih tegas
Anak introvert cenderung
kesulitan bersikap tegas, sebuah kualitas yang dimiliki oleh anak-anak extravert.
Ajari dia untuk bersikap tegas ketika dia mendapatkan perlakuan tidak adil dari
orang lain, seperti bila seseorang merebut mainannya. Beritahu dia bahwa Anda
mengerti perasaannya, dan ajari dia untuk berkata Jangan atau Hentikan.
6.
Hadir lebih awal di tempat baru
dan acara-acara yang didatangi banyak orang
Saat akan menghadiri tempat atau acara yang didatangi orang banyak, seperti
sekolah, pesta ulang tahun, dan acara keluarga, ajak anak untuk datang sebelum
orang-orang lain berdatangan. Ini akan memberi kesempatan pada anak untuk
menyesuaikan diri dan membuatnya merasa “memiliki”
tempat tersebut. Bagi anak introvert, hal ini akan jauh lebih mudah
untuk dihadapi dibandingkan memasuki sebuah pesta yang sudah dipadati banyak
orang.
7.
Ajari anak melalui contoh
Mengajarkan perilaku pada anak akan jauh lebih mudah dengan memberi contoh.
Biarlah dia melihat bagaimana Anda berinteraksi dengan orang lain. Saat Anda mengucapkan
terima kasih kepada seseorang, ia belajar untuk membangun komunikasi ringan
dengan orang lain, saat Anda meminta anak untuk memberi uang pada kasir di
supermarket, Anda mengajarkannya untuk berinteraksi dengan orang baru dengan
Anda di sisinya.
8.
Berikan mereka waktu lebih untuk
berpikir
Anak-anak introvert
membutuhkan waktu lebih lama untuk merespon sesuatu, baik itu pertanyaan atau
permintaan dari orang lain, maka dari itu berilah mereka waktu untuk berpikir.
Ini karena mereka perlu lebih dulu memproses semuanya dalam pikiran mereka. Ini
juga membuat mereka membutuhkan persiapan yang lebih dibandingkan orang-orang
lain untuk melakukan segala sesuatu.
Di sekolah, anak introvert dapat tampak sebagai anak yang pasif dan tidak
banyak berpartisipasi di kelas. Hal ini karena mereka membutuhkan waktu lebih
lama untuk memproses pelajaran dan pertanyaan yang diberikan oleh guru. Di
institusi pendidikan yang menekankan pada partisipasi aktif semacam ini,
anak-anak introvert membutuhkan usaha yang lebih keras untuk menyesuaikan diri
dan mengeluarkan potensinya. Keadaannya akan berbeda bila ia diminta untuk
membuat makalah atau mengerjakan tugas secara tertulis, dimana ia bisa
menuangkan pikirannya tanpa diburu oleh waktu dan tanpa harus bersaing dengan
orang lain untuk menunggu giliran bicara.
9.
Berikan teguran secara pribadi
Bila hendak menegur anak untuk
sebuah kesalahan yang ia lakukan, pastikan tidak ada orang lain di sekitar
Anda. Anak-anak introvert lebih sensitif sehingga teguran yang diberikan
di hadapan orang lain akan membuat mereka merasa dipermalukan dan dapat merusak
kepercayaan diri mereka. Tindakan-tindakan seperti menyindir anak di hadapan
orang lain, juga dapat memiki pengaruh buruh terhadap anak-anak introvert.
10. Hargai kebutuhan anak untuk menghabiskan waktu sendiri
Meskipun nampaknya tidak lazim
ketika seorang anak lebih suka menghabiskan waktu sendirian dibanding bersama
orang-orang lain, anak-anak introvert cenderung membutuhkan waktu
sendirian lebih lama. Mereka juga tidak dapat berlama-lama menghabiskan waktu
di tengah banyak orang, karena hal ini akan membuat mereka merasa kelelahan.
Prestasi belajar adalah hasil
belajar yang dicapai peserta didik yang tercermin dalam nilai rapor.Nilai rapor
merupakan hasil pengolahan rata-rata nilai ulangan umum,nilai ulangan harian
dan pekerjaan rumah.
Berbagai kemudahan yang diperoleh
dari peserta didik yang datang dari keluarga harmonis:
1.
Mudah menerima pelajaran yang diberikan
guru karena suasana hatinya tenang dan gembira,berpikiran jernih dan selalu
berkonsentrasi ,ia dapat belajar secara maksimal karena belajar baginya menjadi
saat meneguhkan kemampuan diri.(bimbingan dan kons sma kls XI by Sri
Hapsari.Grasindo
2.
Memiliki kemampuan daia ingat
yang kuat karena ia mempunyai kesempatan untuk belajar kembali dan memperkaya
dari berbagai sumber.
3.
Bertanggung jawab dengan
mengerjakan setiap tugas secara maksimal pemberian tugas baginya menjadi suatu
kesempatan untuk menunjukan keterampilan dan kemampuan.
4.
Mampu merencanakan karier
pendidikannya dalam tahapan-tahapan
5.
Tidak mengalami kesulitan dalam
bergaul.ia mampu berkomunikasi dengan baik kepada siapa saja karena keluarga
telah mendidiknya untuk berkembang dalam kebersamaan.
Peserta didik yang tinggal
bersama orang tua akan mengalami hambatan dalam belajar, apabila tidak adanya
kekompakan dan kesepakatan diantara kedua orang tuanya. Perselisihan,
pertengkaran, perceraian, dan tidak adanya tanggung jawab antara kedua orang
tua akan menimbulkan keadaan yang tidak diinginkan terhadap diri peserta didik
dan akan menghambat proses belajar diantaranya:
1. Prestasi belajar peserta didik menurun
2.
Mengalami kesulitan - kesulitan dalam belajar
3.
Konsentrasinya menurun dan
akibatnya sulit menerima pelajaran yang diberikan.
4.
Anak itu akan menjadi pendiam dan
cenderung menjadi anak yang menyendiri serta suka melamun dengan keadaan
seperti itu maka hasil belajarnya akan menurun.
5.
Motivasi yang rendah
Cara penanggulangan baik sebagai
orang tua maupun tenaga pendidik
1.
Orang tua : Lebih mementingkan
kepentingan atau perkembangan anak agar prestasi belajar berjalan dengan baik
sesuai yang diharapkan.
2.
Guru: melakukan pendekatan secara
individual diluar jam belajar untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi
peserta didik kemudian memberikan saran selayaknya seorang guru agar masalah
tersebut dapat teratasi dan tidak menurunkan prestasi belajar anak tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Extraversion dan introversion adalah
istilah yang pertama kali diperkenalkan oleh Carl Gustav Jung (1875-1961),
seorang psikiater asal Swiss dan salah satu tokoh dalam psikologi analisis. Extraversion
dan introversion menggambarkan kecenderungan seseorang dalam
menghadapi dunia luar. Para extravert cenderung berorientasi terhadap
hal-hal dan dunia di luar dirinya, sedangkan para introvert cenderung
berorientasi pada hal-hal dan dunia di dalam dirinya.
Extraversion adalah kecenderungan untuk fokus
terhadap dunia di luar diri. Orang-orang extravert menyukai interaksi
sosial dan cenderung bersemangat, senang berbicara dan tegas. Mereka menyukai
keramaian, aktivitas sosial, seperti pesta dan berbagai macam kegiatan yang
melibatkan banyak orang. Mereka juga cenderung menyukai interaksi sosial dan
menghabiskan waktu bersama orang lain
anak-anak introvert pun
kerap mendapatkan tekanan dari lingkungan untuk menjadi lebih “normal”, yang berarti lebih extravert.
Dengan maksud “menyembuhkan”
anak-anak introvert, kita kerap mendengar ucapan-ucapan seperti: “Jangan
di kamar mulu dong, bergaul kek”; “Ayo dong maen sama yang lain, jangan
sendirian terus”. Banyak orangtua juga mencoba “mengobati” anak introvert mereka dengan mengajak mereka ke
acara-acara keluarga yang dipadati banyak orang dan mendorong mereka bermain
dengan anak-anak lain secara berkelompok.
Selain oleh orangtua sendiri,
tekanan juga dapat muncul dari orang-orang dekat seperti saudara, kerabat,
teman, serta guru di sekolah. Hingga saat ini, metode pendidikan di institusi
pendidikan pun lebih memihak kepada orang-orang extravert; dengan
besarnya penekanan dan penilaian terhadap partisipasi aktif di kelas. Meskipun
anak-anak introvert juga dapat memperoleh manfaat dengan berpartisipasi
aktif di kelas, metode ini tidak memaksimalkan potensi alamiah mereka, yang
cenderung membutuhkan waktu lebih lama untuk berpikir dan lebih cakap dalam
komunikasi non-verbal. Hal ini membuat mereka terlibat dalam persaingan yang
tidak seimbang dengan orang-orang extravert.
3.2 Saran
Semoga
karya ilmiah ini bermanfat bagi penyusun, pembaca dan kita semua. Jangan pernah
meremehkan dan mengucilkan seseorang yang pendiam. Orang itu diam bukan berarti
dia tidak tahu. Biasanya dia diam karena dia mempelajari semua yang terjadi disekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Jangan biarkan dia yang pendiam menjadi seseorang
yang tertutup
Pedulilah pada mereka, maka dia akan...