BAB I
PENDAHULUAN
Pada era globalisasi ini masyarakat tidak
dapat menolak adanya teknologi khususnya Televisi. Saat ini televisi telah
menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia untuk mendapatkan informasi, hiburan
dan menambah wawasan. Semua orang akan bingung ketika televisi yang mereka
gunakan tiba-tiba bermasalah atau rusak. Mereka akan melakukan segala cara
untuk memperbaiki televisi mereka. Bahkan mereka rela untuk membeli televisi
yang baru.
Dengan adanya teknologi televisi ini, manusia
sangat terbantu untuk mendapatkan informasi yang akurat. Baik yang berada
didalam Negeri maupun Luar Negeri. Banyak televisi yang dilengkapi dengan
berbagai fitur dan modifikasi yang canggih dan dapat dinikmati fungsinya.
Pengaruh televisi terhadap sistem komunikasi
tidak lepas dari pengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan pada umumnya. Bahwa
televisi dapat menimbulkan pengaruh bagi kehidupan masyarakat. Menurut Prof.
Dr. R. Mar’at dalam Effendy (1992), acara televisi pada umumnya dapat mempengaruhi
sikap, pandangan, persepsi, dan perasaan pada penonton; ini adalah hal yang
wajar. Jadi tidaklah mengherankan bahwa dampak yang ditimbulkan oleh televisi
sangatlah berpengaruh pada masyarakat. Contohnya dengan menyaksikan suatu
tayangan yang menarik maka bisa menimbulkan perasaan terharu, terpesona bahkan
mengikuti peran-peran yang ada dalam tayangan tersebut, hal ini disebabkan
karena televisi juga dapat memberi pengaruh pisikologis terhadap orang yang
menontonnya.Pesatnya perkembangan teknologi menyebabkan fungsi televisi semakin
bertambah. Pada saat ini masyarakat dapat menikmati fitur yang ada di televisi
dengan sangat mudah. Para pelajar dapat menonton televisi kapanpun mereka
inginkan. Apalagi dengan era globalisasi sekarang ini, yang ditambah dengan
pergaulan remaja yang kurang terkendali. Para pelajar dapat menonton tayangan
televisi yang tidak sesuai dengan etika dan norma sehingga mudah terjerumus
kedalam hal-hal yang negatif. Hal ini dapat mengakibatkan kecanduan para
pelajar yang dapat menggangu konsentrasi belajar. Banyak sinetron yang
menghiasi hampir semua channel di televisi, itu merupakan hal yang sudah tidak
asing lagi dan hal yang sangat lazim kita saksikan saat menonton televisi untuk
mengisi luang dan hiburan. Dari mulai anak sekolah/ bagi para pelajar manapun
banyak yang sering maupun menonton sinetron. Hampir semua stasiun televisi
berlomba untuk memproduksi sinetron. Tentunya dapat membawa dampak-dampak
negatif bagi para siswa yaitu terganggunya waktu belajar yang seharusnya dipergunakan
untuk belajar, menjadi waktu rutin untuk menonton sinetron tersebut. Disamping
itu juga, pengaruh sinetron dapat berpengaruh pada otak dan gaya kehidupan
sehari-hari yang menirukan dalam adegan cerita sinetron tersebut contohnya
sinetron Putih Abu - Abu. Berdasarkan pengaruh negatif tersebut perlu dicari
jalan keluar untuk mengatasinya. Salah satunya dengan melibatkan orang ketiga.
Orang ketiga ini bias dari orang tua, guru, saudara atau keluarga. Akan tetapi
pengendalian yang utama salah dari anak itu sendiri, yang ditambah dengan ilmu
agama.
Sehubungan dengan hal
tersebut, dalam laporan penelitian ini akan dibahas beberapa hal mengenai
pengaruh televisi terhadap prestasi belajar siswa SMA N 1 Belitang III.
Alasan diadakannya laporan
penelitian ini untuk mengetahui dampak negatif dan positif dari adanya televisi
bagi prestasi siswa dan pengaruhnya terhadap proses belajar siswa, laopran
penelitian bertujuan untuk memproses seberapa banyak siswa yang prestasinya
menurun karena penayangan televisi dan siswa yang terganggu proses belajarnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa
saja pengaruh sinetron Putih abu-abu terhadap belajar siswa?
2. Bagaimana
dengan dampak positif dan negatif adanya televisi terhadap prestasi belajar
siswa?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah diatas, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1. Menjelaskan
pengaruh televisi tayangan sinetron
putih abu-abu terhadap prestasi belajar
siswa.
2. Menjelaskan
dampak positif dan negatif tayangan sinetron putih abu-abu terhadap prestasi belajar siswa.
1.4 Manfaat penelitian
Diharapkan memalui penelitian yang
dilaksanakan dapat memberikan manfaat kepada pembaca. Manfaat yang diharapkan
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui
pengaruh tayangan sinetron putih abu-abu
terhadap prestasi belajar siswa.
2. Mengetahui
dampak positif dan negatif tayangan sinetron putih abu-abu terhadap prestasi belajar siswa.
1.5 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang serta rumusan
masalah yang ditentukan peneliti mempunyai hipotesis bahwa siswa yang mengikuti
sinetron putih abu-abu cenderung tidak
memiliki prestasi belajar yang baik.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1. Pengertian televisi
Menurut kamus besar bahasa Indonesia,
Televisi adalah system penyiaran gambar yang disertai dengan bunyi melalui
kabel atau melalui angkasa dengan menggunakan alt yang mengubah cahaya dan
bunyi menajdi listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat
dilihat dan bunyi dan dapat didengar
Menurut Para Ahli televisi adalah alat
penangkap siaran bergambar, yang berupa audio visual dan penyiaran videonya
secara broadcasting. Istilah ini berasal dari bahasa yunani yaitu tele (jauh)
dan vision (melihat), jadi secara harfiah berarti “melihat jauh”, karena
pemirsa berada jauh dari studio tv. (Ilham Z, 2010:255)
Sedangkan menurut Adi Badjuri (2010:39)
Televisiadalah media pandang sekaligus media pendengar (audio-visual), yang
dimana orang tidak hanya memandang gambar yang ditayangkan televisi, tetapi
sekaligus mendengar atau mencerna narasi dari gambar tersebut. Berdasarkan
uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa televisi merupakan salah satu media
massa elektronik yang dapat menyiarkan siarannya dalam bentuk gambar atau video
serta suara yang berfungsi memberikan informasi dan hiburan kepada khalayak
luas.
2.2. Pengertian Pendidikan
Pengertian
Pendidikan Menurut Para Ahli
- Manusia sejak lahir ke dunia sudah
mendapatkan pendidikan hingga ia masuk ke bangku sekolah. kata pendidikan sudah
tidak asing lagi ditelinga, karena semua manusia yang hidup pasti membutuhkan
pendidikan, agar tujuan hidupnya tercapai dan dapat menghilangkan kebodohan.
Menurut KBBI kata pendidikan secara berasal dari kata "didik" dengan
mendapatkan imbuhan "pe" dan akhiran "an", yang berarti
cara, proses atau perbuatan mendidik. Kata pendidikan secara bahasa berasal
dari kata "pedagogi" yakni "paid" yang
berarti anak dan "agogos" yang berarti membimbing, jadi
pedagogi adalah ilmu dalam membimbing anak. Sedangkan secara istilah
definisi pendidikan ialah suatu proses pengubahan sikap dan prilaku seseorang
atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia atau peserta didik melalui upaya
pengajaran dan pelatihan.
Adapun
pengertian-pengertian atau definisi pendidikan menurut pakar dibidangnya antara
lain:
1. Prof. Dr. John Dewey : Menurutnya pendidikan merupakan
suatu proses pengalaman. Karena kehidupan merupakan pertumbuhan, maka
pendidikan berarti membantu pertumbuhan batin manusia tanpa dibatasi oleh usia.
Proses pertumbuhan adalah proses penyesuaian pada setiap fase dan menambah
kecakapan dalam perkembangan seseorang melalui pendidikan.
2. M.J. Langeveld : Pendidikan merupakan upaya dalam
membimbing manusia yang belum dewasa kearah kedewasaan. Pendidikan adalah suatu
usaha dalam menolong anak untuk melakukan tugas-tugas hidupnya, agar mandiri
dan bertanggung jawab secara susila. Pendidikan juga diartikan sebagai usaha
untuk mencapai penentuan diri dan tanggung jawab.
3. Prof. Herman H. Horn : Beliau berpendapat bahwa
pendidikan adalah suatu proses dari penyesuaian lebih tinggi bagi makhluk yang
telah berkembang secara fisik dan mental yang bebas dan sadar kepada Tuhan
seperti termanifestasikan dalam alam sekitar, intelektual, emosional dan kemauan
dari manusia.
4. Driyarkara : Pendidikan diartikan sebagai
suatu upaya dalam memanusiakan manusia muda atau pengangkatan manusia muda ke
taraf yang insani.
5. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) : Pendidikan yaitu sebuah proses
pembelajaran bagi setiap individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang
lebih tinggi mengenai obyek tertentu dan spesifik. Pengetahuan yang diperoleh
secara formal tersebut berakibat pada setiap individu yaitu memiliki pola
pikir, perilaku dan akhlak yang sesuai dengan pendidikan yang diperolehnya.
6. Ki Hajar Dewantara : Menurutnya pendidikan adalah
suatu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Maksudnya ialah bahwa
pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada peserta didik agar
sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan hidup yang setinggi-tingginya.
7. Stella van Petten Henderson : Pendidikan yaitu suatu kombinasai
dari pertumbuhan dan perkembangan insani dengan warisan sosial.
8. Kohnstamm dan Gunning : Pendidikan merupakan suatu pembentukan
hati nurani manusia, yakni pendidikan ialah suatu proses pembentukan dan
penentuan diri secara etis yang sesuai dengan hati nurani.
9. H. Horne : Menyatakan bahwa
pendidikan adalah proses
yang dilakukan secara terus menerus dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi
manusia yang telah berkembang secara fisik dan mentalnya.
10. Frederick J. Mc
Donald :
mengemukakan pendapatnya bahwa pendidikan ialah suatu proses yang arah
tujuannya adalah merubah tabiat manusia atau peserta didik.
11. Ahmad D. Marimba : Mengemukakan bahwa
pendidikan ialah suatu proses bimbingan yang dilaksanakan secara sadar oleh
pendidik terhadap suatu proses perkembangan jasmani dan rohani peserta didik,
yang tujuannya agar kepribadian peserta didik terbetuk dengan sangat unggul.
Kepribadian yang dimaksud ini bermakna cukup dalam yaitu pribadi yang tidak
hanya pintar, pandai secara akademis saja, akan tetapi baik juga secara
karakter.
12. Carter V. Good : Mengartikan pendidikan
sebagai suatu proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan
prilaku yang berlaku dalam masyarakat. Proses dimana seseorang dipengaruhi oleh
lingkungan yang terpimpin khususnya didalam lingkungan sekolah sehingga dapat
mencapai kecakapan sosial dan dapat mengembangkan kepribadiannya.
13. Ensiklopedi Pendidikan Indonesia : Menjelaskan mengenai pendidikan,
yaitu sebagai proses membimbing manusia atau anak didik dari kegelapan,
ketidaktahuan, kebodohan, dan kecerdasan pengetahuan.
14. UU SISDIKNAS
No.20 tahun 2003 : Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mampu
mengembangkan potensi yang ada didalam dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, kepribadian yang baik, pengendalian diri, berakhlak
mulia, kecerdasan,dan keterampilan yang diperlukan oleh dirinya
dan masyarakat.
Dari beberapa
pengertian tersebut tentang definisi pendidikan, maka dapat disimpulkan bahwa
pendidikan ialah bimbingan yang diberikan kepada anak dalam masa pertumbuhan
dan perkembangannya untuk mencapai tingkat kedewasaan dan bertjuan untuk
menambah ilmu pengetahuan, membentuk karakter diri, dan mengarahkan anak untuk
menjadi pribadi yang lebih baik. Pendidikan juga bisa diartikan sebagai usaha
sadar yang bertujuan untuk menyiapkan peserta didik dalam belajar melalui suatu
kegiatan pengajaran, bimbingan dan latihan demi peranannya dimasa yang akan
datang.
2.3 Pengertian Belajar Siswa
Berikut beberapa pengertian/definisi belajar menurut pandangan ahli
a.
Cronbach mengemukakan bahwa learning is
shown by change in behaviour as a result of experience (belajar
sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman).
b.
Menurut M. Ngalim Purwanto dalam buku
“Psikologi Pendidikan” Belajar adalah suatu
perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan sikap,
kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian.
c.
Sardiman dalam "Interaksi dan Motivasi
Belajar" berpendapat bahwa belajar itu merupakan perubahan tingkah laku
atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,
mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.
d.
Wittig (dalam Syah, 2003 : 65-66), belajar
sebagai any relatively permanen change in an organism behavioral
repertoire that accurs as a result of experience
(belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang
terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai
hasil pengalaman).
e.
H. Spears yang
dikutip oleh Dewa Ketut Sukardi mengatakan bahwa belajar itu mencakup berbagai
macam perbuatan mulai dari mengamati, membaca, menurun, mencoba sampai
mendengarkan untuk mencapai suatu tujuan.
f.
Slameto mendefinsikan belajar : Belajar ialah
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.
Belajar lebih ditekankan pada proses
kegiatannya dan proses belajar lebih ditekankan pada hasil belajar yang
dicapai oleh subjek belajar atau siswa. Hasil belajar dari kegiatan belajar
disebut juga dengan prestasi belajar.
Dari beberapa definisi yang dikemukakan
beberapa ahli di atas, maka penulis dapat mengambil kesimpulan, bahwa belajar
adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang merupakan sebagai akibatdari
pengalaman atau latihan.
2.4 Pengertian Prestasi Belajar
Di dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan prestasi adalah: Hasil yang telah
dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya).
Prestasi dalam bidang akademik berarti hasil
yang diperoleh dari kegiatan di sekolah atau perguruan tinggi yang
bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui sebuah pengukuran “Measurement”
dan penilaian atau “evaluasi”
Antara pengukuran “Measurement” dan penilaian
atau “evaluasi” sangat erat hubungannya, Wand and Brown dalam
kutipan Wayan Nurkancana dan PPN, Sumartana mengemukakan : “ Pengukuran
adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan luas atau kuantitas dari
sesuatu, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses antuk menentukan
nilai dari pada sesuatu ”.
Perbedaan antara pengukuran dan penilaian
terletak pada sifatnya kuantitatif, sedangkan hasil penilaian sifatnya
kualitatif. Evaluasi dalam dunia pendidikan meliputi evaluasi terhadap
hasil belajar, proses belajar mengajar dan evaluasi terhadap kurikulum.
Evaluasi (pengukuran) yang sifatnya
kuantitatif pada hakekatnya simbol dari sebagian perilaku yang diharapkan dan
dapat mewakili keseluruhan perubahan (population of behavioral change)
dari peserta didik itu sendiri. Perubahan perilaku peserta didik secara
keseluruhan sangat sukar untuk diungkapkan, karena perubahan perilaku peserta
didik itu ada yang dapat diamati (tangiable) dan ada yang tidak dapat diamati
(untangiable
a.
W.S. Winkel prestasi belajar adalah
keberhasilan usaha yang dicapai seseorang setelah memperoleh pengalaman belajar
atau mempelajari sesuatu
b.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah:
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau
angka nilai yang diberikan oleh guru
c.
Menurut Djalal (1986: 4) “prestasi
belajar siswa adalah gambaran kemampuan siswa yang diperoleh dari hasil
penilaian proses belajar siswa dalam mencapai tujuan pengajaran”
d.
Hamalik (1994: 45) berpendapat bahwa prestasi
belajar adalah perubahan sikap dan tingkah laku setelah menerima pelajaran atau
setelah mempelajari sesuatu.
e.
Benyamin S. Bloom (dalam Nurman, 2006 : 36),
prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga
ranah kognitif terdiri atas : pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
f.
Saifudin Azwar (1996 :44) prestasi belajar
merupakan dapat dioperasionalkan dalam bentuk indikator-indikator berupa nilai
raport, indeks prestasi studi, angka kelulusan dan predikat keberhasilan.
Dengan sering berlatih dan mencoba maka
intelegensi dan kemampuan pada seseorang atau individu maka secara tidak
langsung daya prestasi siswa. Sedangkan menurut KBBI adalah mencoba atau
berlatih sesuatu yang belum kita bias adalah pengertian atau penguasaan siswa
atau pelajar terhadap materi yang sudah dipelajari.
2.4. Pengaruh Tayangan Televisi Terhadap anak
Manusia memanfaatkan televisi sebagai alat
bantu yang paling efisien dan efektif. Dimana kesemuanya ini dapat
dipertanggungjawabkan secara moral dan material. Kebanyakan kegiatan menonton
televisi cenderung terencana dan bersifat tak sadar, tiap kali banyak orang
mempunyai waktu luang, mereka tiba-tiba saja duduk dihadapan televisinya tanpa
diundang banyak niat dan rencana yang tiba-tiba saja dibatalkan, lantaran
tergoda untuk menikmati acara tertentu yang disiarkan oleh Televisi. Televisi
dengan mudah bias melahap sebagian besar waktu anak yang dilewatkan didepan
layar televisi berarti waktu yang tidak dimanfaatkan oleh anak untuk belajar
menbaca dan lain-lain. Apabila tayangan televisi menyajikan acara hiburan atau
acara bernuansa kekerasan maka anak-anak akan cenderung menyukai dan menggemari
tayangan tersebut karena apa yang dilihat, ditonton ditayangkan televisi
biasanya anak-anak akan cenderung menirunya tanpa disaring, sehingga takut akan
merusak akhlak anak terhadap pengaruh yang ditayangkan oleh televisi oleh
karena itu peran pendamping dan bimbingan oleh orang tua kepada anaknya yang
sedang menonton.
BAB III
Metode Penelitian
3.1 jenis Penelitian
penelitian ini
adalah penelitian dengan pendekatan deskriptif Metode deskriptif kuatitatif.
Metode penelitian deskriptif bertujuan untuk mengumpulkan informasi aktual
secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengindetifikasi masalah atau
memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku, membuat perbandingan atau
evaluasi dan menetukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah
yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan
keputusan pada waktu yang akan datang.Dengan demikian metode penelitian
deskriptif ini digunakan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau
karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu, dalam hal ini bidang
secara aktual dan cermat. Metode deskriptif bukan saja menjabarkan (analitis),
akan tetapi juga memadukan.
3.2
Data Penelitian
Data yang dikumpulakan dalam
penelitian ini berupa data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka atau
bilangan. Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau
dianalisis menggunakan teknik perhitungan matematika atau statistika. Data kuantitatif
berfungsi untuk mengetahui jumlah atau besaran dari sebuah objek yang akan
diteliti.
Data
Primer adalah data yang
diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran
atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang
dicari, yang pada penelitian ini akan diambil peneliti melalui metode qusioner
dan wawancara.
Data Sekunder adalah
data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti
dari subjek penelitiannya. Yang pada penelitian ini akan didapat penulis
melalui artikel internet.
3.2 Objek Penelitian
Objek
penelitian merupakan permasalahan yang diteliti. Definisi kongkret objek
penelitian adalah suatu sasaran ilmiah
dengan tujuan dan kegunaan tertentu untuk mendapatkan data tertentu yang
mempunyai nilai, skor atau ukuran.
Objek dari penelitian ini adalah
pengaruh tayangan sinetron putih abu-abu terhadap prestasi belajar siswa kelas
XII IPS 3 di SMA NEGERI 1 Belitang III.
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian
ini akan dilaksanakan pada tanggal 03 Oktober- 16 Oktober 2015. Dan bertempat
di SMA NEGERI 1 Belitang III kelas XII IPS 3 Kecamatan Belitang III OKU Timur
3.4 Prosedur penelitian
Untuk mempermudah proses penelitian maka perlu dibuat
sebuah prosedur kerja. Berikut ini adalah prosedur kerja dalam penelitian yang
akan dilaksanakan:
1. Persiapan
alat dan bahan
2. Penentuan
responden
3. Penyebaran
angket
4. Analisis
jawaban responden
5. Penyusunan
laporan
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
Setelah
menjalankan prosedur penelitian dan menganalisa jawaban dari responden,
mengenai pengaruh tayangan sinetron putih abu-abu terhadap prestasi belajar
siswa kelas XII IPS 3 SMA Negeri 1 Belitang III, maka maka didapat hasil yang
tersaji dalam tabel berikut ini:
Tabel
hasil Penelitian
No
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
Jumlah Jawaban
|
Total
|
|
Jum
|
%
|
||||
1
|
Apa anda suka menonton sinetron putih abu-abu?
|
Tidak
|
11
|
34%
|
100%
|
Ya
|
19
|
73%
|
|||
2
|
Apa anda mengikuti setiap episode
sinetron putih abu-abu?
|
Tidak
|
5
|
12%
|
100%
|
Ya
|
25
|
88%
|
|||
3
|
Apa yang anda suka dari sinetron
putih abu-abu?
|
Pemainnya rupawan
|
17
|
53%
|
100%
|
Ide ceritanya
|
4
|
15%
|
|||
Dapat memotivasi saya
|
9
|
32%
|
|||
4
|
Apakah anda selalu mengikuti
sinetron putih abu-abu hingga jam tanyangan selesai?
|
Ya
|
5
|
8%
|
100%
|
Tidak
Ya
|
25
|
92%
|
|||
82%
|
|||||
5
|
Apakah anda mengidolakan satu karakter pada sinetron putih
abu-abu?
|
Tidak
|
3
|
10%
|
100%
|
Ya
|
27
|
90%
|
|||
6
|
Apa anda pernah mencoba menjadi seperti karakter idola
anda?
|
Tidak
|
24
|
80%
|
100%
|
Ya
|
6
|
20%
|
No
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
Jumlah Jawaban
|
Total
|
|
Jum
|
%
|
||||
7
|
Apa apakah menonton sinetron mengganggu waktu belajar anda?
|
Tidak
|
11
|
34%
|
100%
|
Ya
|
19
|
73%
|
|||
8
|
Bagai mana tren hasil belajar
anda,3 kali berturut-turut dalam laporan hasil belajar?
|
Terus meningkat
|
7
|
24%
|
100%
|
Naik turun
|
14
|
48%
|
|||
Selalu menurun
|
9
|
27%
|
|||
9
|
Apa sinetron putih abu-abu membawa
dampak positif pada kehidupan anda?
|
Tidak
|
18
|
53%
|
100%
|
Ya
|
12
|
32%
|
4.2 Pembahasan
Putih
Abu-Abu adalah sinetron yang diproduksi Screenplay Productions. Sinetron ini mulai
ditayangkan pada tanggal 3 Januari 2013, selain dibintangi oleh Eza Gionino,
Ratna Kharisma Adzana, bersama Girlband BLINK, juga turut dibintangi oleh
boyband LEVEL, serta beberapa boyband dan girlband Korea. Pengambilan gambar
untuk beberapa episode dilakukan di Korea, dan juga di Bali, sesuai judulnya sinetron ini adalah serial drama remaja
sekolah menengah atah dan yang menjadi latar utama dalam film ini adalah situasi sekolah.
Dengan ide cerita yang
mengangkat tentang Girls band dan dibintangi arti muda yang sedang di puncak
karir, serta menunjukan latar belakang anak sekolah, mudah saja sinetron ini
menarik para pelajar SMA untuk mengikuti setiap episodenya. Setidaknya 19 dari
30 siswa kelas XII IPS 3 setuju untuk suka pada sinetron ini. Ini menjadi
sebuah indikasi bahwa fil ini berhasil menarik perhatian pelajar SMA.
Ditambah 85% responden
mengikuti hapir disetiap episode sinetron ini. 53% responden mengaku tertarik
karena para pemeran pada sinetron ini berwajah rupawan, 15 % respoden suka
karena ide cerita yang menarik. Dan 27 % responden mengaku mendapat motivasi
pada episode yang di ikuti. Seperti dikemukankan didepan pemeran pada sinetron
ini penuh dengan wajah rupawan, dan dengan genre sinertron berlatar belakang
music tentu mudah untuk menarik remaja. Film ini juga menyisipkan motifasi
secara terinplisit pada setipa episode seperti, sabar, gigih, persahabatan dan
pesan positif lain. Meski dalam adegan kadang ada kata-kata yang tak patut
terucap tetapi secara kesluruhan ingin memberikan pesan maral positif.
Dengan mudah pemeran dalam sinetron putih
abu-abu menjadi idola bagi remaja khuhusnya pelajar SMA, terbukti dari 30
responden 27 orang atau 90% responden mengidolakan salah satu perman dalam
sinetron putih abu-abu. Sementara sisanya mengaku tidak mengidolakan mereka.
Tetapi ini angka yang fantastis ketika 90% remaja mengidolakan maka rating dan
nilai jual sinetron ini akan naik dan hal yang sangat wajar jika film ini terus
menelurkan episode-episode yang panjang. Bahkan sebagian dari mereka (26 %
respoden) mengaku ingin menjadi seperti idolanya. Sementara yang lain hanya
sekedar mengidolakanya saja.
Ketika diaja berbicara apakah menonton
sinetron abu-abu yang tayang pada jam belajar mereka 60 % responden mengaku
bahwa sebenarnya hal ini mengganggu waktu belajar efektif mereka karena
digunakan untuk menonton sinetron putih abu-abu. Namun 40% mengaku tidak
terganggu mungkin karena mimilik jam belajar yang berbeda seperti di pagi hari
atau waktu sore hari. Sebenarnya waktu belajar bisa saja disiasati agar acara
hiburan tidak mengganggu waktu belajar, tergantung pada pribadi masing-masing
individu.
Dan ketika ditanya hasil belajar mereka dalam
3 kali laporan hasil belajar secara berturut-turut maka didapai 14 siswa kelas
XII IPS 3 memiliki tren tidak stabil, 9 selalu menurun setiap kali laporan
hasil belajar dibagikan, dan 7 orang mengaku naik tetapi ketika diselidiki
lebih lanjut 7 orang yang hasil belajarnya selalu naik kesemuannya adalah
responden yang menyatakan tidak suka menonton film putih abu-abu. Hal ini
semakin menarik karena 7 responden ini juga mengaku menonton sinetron tidak
mengganggu proses belajar efektif mereka.
Dari pembahasan ini didapat titik terang
bahwa menonton sinetron putih abu-abu ternyata menyita waktu belajar siswa. Hal
ini juga diakui secara terbuka oleh siswa XII IPS 3 SMA Negeri 1 Belitang III,
yang ditunjukan 18 siswa mengaku menonto sinetron ini membawa dapak yang
negative bagi mereka semen tara 12 responden masih mengatakan memberi dapak
positif. Hal ini mungki karena perbedaan kepribadian tetapi secara kuantitas
dapat diliha bahwa dampak negative yang timbul lebih besar dari dampak positif
yang didapat.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh tayangan
sinetron putih abu-abu terhadap prestasi belajar pada siswa XII IPS 3 SMA
Negeri 1 Belitang III, Dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Siswa yang menyukai dan
berusaha mengikuti tayang sinetron putih abu-abu tidak memiliki prestasi yang
stabil dan ada kecenderungan menurun.
2. Tayang sinetron putih abu-abu memberikan hiburan
dengan pesan moran yang baik tetapi berlebihan dalam menonton jamtayang pada
jam belajar tentu sangat mengganggu belajar siswa.
5.2 Saran
Berdasarkan pada
kesimpulan yang telah diambil peneliti menyarankan agar:
1. Siswa dapat mengatur
waktu belajar mereka sehingga tetapdapat berprestasi dalam kegiatan belajar
disekolah.
2. Orang tua ikut berperan
aktif dalam mendamping dan mengarahkan anak untuk mengatur waktu belajar dan
menonton televisi.