BAB I
PENDAHULUAN
Suatu
Negara dapat berkembang pesat tidak cukup didukung dengan memiliki kekayaan
alam yang melimpah. Akan tetapi kemampuan sumber daya manusia dalam
mengelolah kekayaan alam disuatu negara sangat berpengaruh. Dengan begitu perlu
adanya peningkatan kemampuan sumber daya manusia melalu jalur pendidikan baik
itu informal,formal maupun non formal, yang mana secara tidak lagsung dapat
mengisi pembangunan Negara.Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang
dilakukan oleh manusia dalam upaya membentuk manusia yang berkualitas sehingga
mampu memajukan dan mengembangkan suatu negara. Dari definisi tersebut maka
dapat dikatakan bahwa pendidikan pada dasarnya beRtujuan untuk meningkatkan
kualitas manusia sehingga mampu memberikan sumbangan-sumbangan terhadap
kemajuan negara.
Keadaan ekonomi orang tua siswa turut
mendukung siswa dalam pengadaan sarana dan prasarana belajar, yang akan
memudahkan dan membantu pihak sekolah untuk peningkatan proses belajar
mengajar. Seperangkat pengajaran atau pembelajaran membutuhkan biaya yang tidak
sedikit. Perangkat belajar mengajar maksudnya buku-buku pelajaran, pensil,
penggaris, buku-buku Lembar Kerja Soal (LKS), penghapus, dan lain-lain.Pada
kesempatan ini peneliti ingin meneliti tentang : Hubungan antara tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan dan jumlah tanggungan orang tua siswa dengan
prestasi belajar siswa. Uraian di atas mendasari penelitian ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1.
Bagaimana
prestasi belajar anak sekolah dasar di desa Margomulyo Makmur Rt 01?
2.
Bagaimana
pengaruh status sosial ekonomi
orang tua dengan prestasi belajar anak usia
sekolah dasar di desa Margomulyo
makmur Rt 01?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah
untuk :
1.
Menjelaskan
prestasi belajar anak sekolah dasar di desa Margomulyo Makmur Rt 01
2.
Menjelaskan
Pengaruh Status
Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Prestasi Belajar Anak usia sekolah dasar di
desa Margomulyo Makmur Rt 01.
1.4
Batasan Masalah
Agar pembahasan dalam
penelitian ini tidak melebar dari rumusan masalah yang di tentukan maka
pembahasan ini akan di batasi pada Prestasi
Belajar dan Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua dengan
Prestasi Belajar Anak usia
sekolah dasar di desa Margomulyo Makmur Rt 01.
1.5 Hipotesis
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan dan
dijabarkan sebelumnya, hipotesis yang diambil penulis adalah adanya Pengaruh Status
Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Prestasi Belajar Anak usia sekolah dasar di
desa Margomulyo Makmur Rt 01.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1 Definisi Status Sosial Ekonomi
PengeRtian status menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012) yaitu kedudukan atau sebagai tempat atau
posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Sedangkan pengeRtian ekonomi
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012) yaitu ilmu mengenai asas-asas
produksi, distribusi, dan pemakaian barang-barang seRta kekayaan
Menurut Sumardi (2011)
kondisi sosial ekonomi adalah suatu kedudukan yang diatur secara sosial dan
menempatkan seseorang pada posisi teRtentu dalam masyarakat, pemberian posisi
itu diseRtai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dimainkan
oleh orang yang membawa status tersebut. Sementara W.S Winke (1991) menyatakan
bahwa pengeRtian status sosial ekonomi mempunyai makna suatu keadaan yang
menunjukan pada kemampuan finansial keluarga dan perlengkapan material yang
dimilki (Basrowi, 2010).
Adapun penghasilan
keluarga menurut Aisyen (2010) merupakan salah satu tema penting dalam
mengelola keuangan keluarga, karena besarnya uang masuk akan mempengaruhi
besarnya uang yang akan di keluarkan. Penghasilan adalah gaji tetap yang
diterima setiap bulan. Penghasilan akan erat kaitannya dengan kemampuan orang
untuk memenuhi kebutuhan gizi, perumahan yang sehat, pakaian dan kebutuhan lain
yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan.
Sementara Dwiputriani
(2012) mengatakan pendapatan per-kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk
suatu negara. Pendapatan nasional dipengaruhi oleh Product Domestic Bruto
(PDB), yang merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi
ekonomi suatu negara dalam suatu periode teRtentu, baik atas dasar harga
berlaku maupun atas dasar harga konstan. Variabel yang digunakan untuk
menghitung pendapatan per-kapita adalah pendapatan nasional dan jumlah
penduduk.Soekanto (2002) menyebutkan tingkat pendapatan adalah total jumlah
pendapatan dari semua anggota keluarga. Pendapatan keluarga yang rendah secara
tidak langsung berkibat pada rendahnya kemampuan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
Rendahnya tingkat
pendapatan keluarga akan sangat berdampak rendahnya daya beli keluarga
(Suhardjo, 2013). Status ekomoni dapat disimpulakan sebagai kedudukan
berdasarkan pendapatan finansial untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari rumah
tangga dalam bermasyarakat.
2.2 Definisi
Prestasi Belajar Anak
Prestasi
adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Gagne
(1985:40) menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu
: kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan
keterampilan. Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto (1990:110) bahwa hasil
belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Prestasi
merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada saat atau
periode teRtentu. Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi dalam penelitian ini
adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses pembelajaran.
2.3 Pengertian Belajar
Untuk memahami
tentang pengeRtian belajar di sini akan diawali dengan mengemukakan beberapa
definisi tentang belajar. Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi
tentang belajar. Cronbach, Harold Spears dan Geoch dalam Sardiman A.M (2005:20)
sebagai berikut :
1. Cronbach memberikan definisi :
“Learning is
shown by a change in behavior as a result of experience”.
“Belajar adalah memperlihatkan
perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman”.
2. Harold Spears memberikan batasan:
“Learning is
to observe, to read, to initiate, to try something themselves, to listen,
to follow direction”.
Belajar adalah
mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan,
mengikuti petunjuk/arahan.
3. Geoch, mengatakan :
“Learning is a change in
performance as a result of practice”.
Belajar adalah perubahan dalam
penampilan sebagai hasil praktek.
Dari ketiga definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau
penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan,
meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subyek
belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik.
Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan
individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya
kegiatan belajar yang dilakukan oleh seorang idnividu dapat dijelaskan dengan
rumus antara individu dan lingkungan.
Fontana sepeRti yang dikutip oleh
Udin S. Winataputra (1995:2) dikemukakan bahwa learning (belajar)
mengandung pengeRtian proses perubahan yang relative tetap dalam perilaku
individu sebagai hasil dari pengalaman. PengeRtian belajar juga dikemukakan
oleh Slameto (2003:2) yakni belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Selaras dengan pendapat-pendapat di
atas, Thursan Hakim (2000:1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses
perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan
dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku sepeRti
peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan,
daya pikir, dll. Hal ini beraRti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas
tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk beRtambahnya kualitas dan
kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses belajar,
apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas
kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses
belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan di dalam proses belajar.
Belajar yang efektif dapat membantu
siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan
instruksional yang ingin dicapai. Untuk meningkatkan prestasi belajar yang baik
perlu diperhatikan kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal dalah
kondisi atau situasi yang ada dalam diri siswa, sepeRti kesehatan,
keterampilan, kemapuan dan sebaginya. Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada
di luar diri pribadi manusia, misalnya ruang belajar yang bersih, sarana dan
prasaran belajar yang memadai.
Winkel
(1996:226) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan
yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil
maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.
Sedangkan menurut Arif Gunarso (1993 : 77) mengemukakan bahwa prestasi belajar
adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan
usaha-usaha belajar.
Prestasi
belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peseRta
didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti
proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen
yang relevan. Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian
usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang
menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode teRtentu.
Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap peseRta didik yang
meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses
pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes yang relevan.
Prestasi belajar dapat diukur melalui tes
yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar. Menurut Saifudin Anwar (2005 :
8-9) mengemukakan tentang tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya
yaitu mengungkap keberhasilan sesorang dalam belajar. Testing pada hakikatnya
menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.
Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terrencana untuk
mengungkap performasi maksimal subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi
yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar
dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan
ujian-ujian masuk perguruan tinggi.PengeRtian
prestasi belajar adalah sesuatu yang dapat dicapai atau tidak dapat dicapai.
Untuk mencapai suatu prestasi belajar siswa harus mengalami proses
pembelajaran. Dalam melaksanakan proses pembelajaran siswa akan mendapatkan
pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan.Prestasi belajar adalah hasil yang
dicapai seseorang dalam pengusasaan pengetahuan dan keterampilan yang
dikembangkan dalam pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan tes angka nilai yang
diberikan oleh guru ( Asmara. 2009 : 11 ).
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian
ini adalahPenelitian kualitatif yaitu penelitian
tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis . Proses dan makna
(perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai
dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk
memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan
hasil penelitian. Dan metode pengumpulan
data yang digunakan adalah:
1. Metode
Angket
Angket adalah pernyataan teRtulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam aRti laporan
tentang pribadi atau hal-hal yang ia ketahui. Kuesioner atau angket yang
digunakan dalam penelitian ini adalah jenis kuesioner atau angket langsung yang
teRtutup karena responden akan diarahkan memberikan tanda pada salah satu
jawaban yang dianggap benar.
2.
Studi Kepustakaan
Yang dimaksud dengan studi kepustakaan adalah
segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang
relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Informasi itu
dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan
ilmiah, tesis dan diseRtasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku
tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun
elektronik lain.
3.2 Prosedur
Penelitian
Untuk
mempermudah proses penelitian maka perlu dibuat sebuah prosedur penelitian yang
runtut dan sistematis. Berikut ini adalah prosedur penelitian yang akan
dijalankan:
1. Menyiapkan alat tulis dan angket
2. Membagi angket dan alat tulis pada
responden
3. Mengumpulkan jawaban
4. Menganalisis jawaban
5. Menyusun laporan penelitian
3.3
Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 13 November-
23 November 2015, dan beRtempat di Desa Margo Mulyo Kecamatan Belitang II,
Kabupaten OKU Timur.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Setelah
menjalankan prosedur penelitian dan menganalisa setiap jawaban dari responden, maka didapat hasil yang tersaji
dalam tabel berikut ini:
TABEL HASIL PENELITIAN
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
Jumlah
|
Total
|
|
jum
|
%
|
||||
1.
|
berapa umur anda saat
ini
|
25- 35 tahun
|
4
|
40%
|
100%
|
36- 45 tahun
|
4
|
40%
|
|||
45- lebih tahun
|
2
|
20%
|
|||
2
|
Kelas berapa anak anda
saat ini
|
Kelas 4
|
2
|
20%
|
|
Kelas 5
|
3
|
30%
|
|||
Kelas 6
|
5
|
50%
|
|||
3
|
Berapa penghasilan anda
|
Kurang dari 1juta
|
8
|
80%
|
|
1-2 juta
|
2
|
20%
|
|||
2-5 juta
|
-
|
-
|
|||
Lebih dari 5 juta
|
-
|
-
|
|
||
4
|
Berapa uang saku anak
ada setiap hari
|
Rp 2000
|
1
|
10%
|
|
Rp 3000-5000
|
9
|
90%
|
|||
Rp 6000-10000
|
-
|
-
|
|||
Rp 10000 atau lebih
|
-
|
-
|
|||
5
|
Apakah anda selalu dapat
memenuhi kebutuhan sekolah anak anda,sepeRti membeli alat tulis,iuran,dan
kebutuhan lain ?
|
Selalu terpenuhi
|
10
|
100%
|
|
Kadang-kadang
|
-
|
-
|
|||
Hampir tidak terpenuhi
|
-
|
-
|
6
|
Peringkat berapa hasil
terakhir belajar anak anda ?
|
1-3 peringkat kelas
|
2
|
20%
|
|
4-6 peringkat kelas
|
6
|
60%
|
|||
7-10 peringkat kelas
|
1
|
10%
|
|||
11-15 peringkat kelas
|
1
|
10%
|
|||
7
|
Apa yang anda janjikan
jika anak anda mendapat perigkat lebih baik ?
|
Memberikan sesuatu hal
yang di inginkan
|
4
|
40%
|
|
Tidak menjanjikan
apa-apa
|
6
|
60%
|
|||
8
|
Apa yang membuat anak
anda semangat belajar ?
|
Uang saku
|
1
|
10%
|
|
Cita-cita
|
8
|
80%
|
|||
hadiah
|
1
|
10%
|
|||
9
|
Apa pendidikan terakhir
anda ?
|
sd
|
6
|
60%
|
|
smp
|
4
|
40%
|
|||
Sma
|
-
|
-
|
|||
S1
|
-
|
-
|
|||
S2
|
-
|
-
|
|||
S3
|
-
|
-
|
|||
10
|
Apakah menurut anda anak
anda mendapat peringkat ebih baik jika anda memenuhi kebutuhannya ?
|
Ya
|
6
|
60%
|
|
Tidak
|
1
|
10%
|
|||
Mungkin saja
|
3
|
30%
|
|||
|
|
|
4.2 Pembahasan
Responden adalah wali murid dari pelajar
sekolah dasar yang berada di desa Margo Mulyo, yang keseluruhan berusia pada
masa prokduktif kerja. Ada 2 pandangan dalam melihat batasan usia
penduduk usia produktif. Pandangan peRtama adalah 15-59 tahun dan pandangan
kedua adalah 15-64 tahun. Kesepakatan secara internasional sekarang ini adalah
untuk Negara berkembang dipakai 15-59 tahun dan untuk Negara maju dipakai 15-64
tahun. Untuk Indonesia seringkali memakai keduanya ada yang memakai ukuran
15-59 tahun dan ada yang memakai 15-64 tahun. Konsep dasar angkatan kerja
adalah langkah dalam menentukan pekerja dalam melakukan pekerjaan. Di Indonesia
sering memakai keduanya, yaitu usia 15-64 dan 15-59. Indonesia adalah negara
berkembang.
Penghasilah responden saat ini adalah 80 %
dibawah 1 juta dan 20% antara 1 sanpai 2 juta rupiah setiap bulannya. Mata
pencaharian pencahrian penduduk Margo Mulyo adalah pekebun karet, sehingga
turunnya harga jual karet mempengaruhi penghasilan mereka. Tentu nilai ini jauh dibawah pendapatan
perkapita Indonesia yang berada pada $ 3000 atau sekitar 46 juta rupiah atau
boleh dikatakan berpendapatan 3 juta rupiah perbulan. Jika demikian tentu
responden tergolong cukup sulit untuk mengaturperekonomian dalam keluarga
sihingga mungkin saja pemenuhan kebutuhan anak dalam belajar terbengkalai.
Saat ini uang saku merupakan budaya yang
berkembang pada anak sekolah, bahkan terkadang ada anak yang tidak mau
berangkat sekolah karena tidak membawa uang saku. Tetapi uang saku juga
mengajarkan tanggungg jawab kepada anak, apakah akan dihabiskan atau akan
disimpan sebagian. Dalam pemberian uang saku 10% memberi uang saku kepada nak
senilai Rp 2000,- dan 90% dari resonden memberikan Rp 3000 sampai dengan Rp.
5000,-. Jika dibandingkan anak-anak yang berada dikota uang saku nak-nak
responden jauh dari cukup, tetapi jika dilihat dari pendapatan orang tua mereka
ini adalah cukup pantas. Pertimbangan kebuthan lain juga hal penting dalam
memberi uang saku pada anak.
Dari sisi anak sendiri ternyata uang saku
yang menjadi alasan utama untuk semangat belajar dan bersekolah, memang hal
yang wajar pada anak usia sekolah dasar, tetapi secara perlahan orang tua mulai
menananmkan tetang pentingnya pendidikan bukan sekedar mendapat uang saku
tetapi juga sebagai investasi masa depan. Sehingga harapan akan masa depanlah
yang memotivasi belajar mereka bukan lagi uang saku.
Keseluruhan responden merasa mampu memenuhi
kebutuhan belajar anaknya. Hal ini cukup wajar karena kebutuhan anak SD tidak
sebesar kebutuhan pada jenjang sekolah selanjutnya. Tetapi pandangan orang tua
ini kadang tidak selaras dengan pangan anak, kebutuhan alat tulis, peralatan
belajar sering terabaikan. Orang tua lebih fokus pada seragam tas, sepatu dan
alat tulis pada hari peRtama sekolah saja. Malah kadang bersungut-sungut ketika
anak meminta uang untuk mengerjakan tugas. Meski demikian responden sendiri
menyadari bahwa pemenuhan kebutuhan sekolah anak akan sangat membantu anak
untuk mendapat peringakat lebih baik ditunjukan 60% responden yang menjawab ya,
30% mungkin dan hanya 10% tidak. Bagi responden yang menjawab tidak dan mungkin
mereka memiliki kerangka pikir yang mengarah kepada prestasi anak adalah hasil
dari minat belajar anak bukan hanya kebutuhan sekolah saja. Tetapi bisa jadi
ketika kebutuhannya tidak terpenuhi minat belajar anak akan menurun.
Hasil belajar anak-anak responden tergolong
masih baik yaitu 20% berada di peringkat 1-3 kelas, 60% pada peringkat 4-6, 10
% anak pada peringkat 7-10 dan hanya 10% yang memiliki peringkat dibawah 10. Ini adalah hal yang baik meski
dalam ekonomi yang tidak baik tetapi mereka masih memilikisemangat belajar yang
luar biasa. Sanyangnya hal ini kurang disambut baik oleh orang tua yang terlihat
dalam hal memberi apresiasi terhadap anak yang berhasil berada pada peringkat
yang baik. Hal ini di indikasikan oleh 60% orang tua tidak menjanjikan untuk
memberikan apapun ketika anak mampu mendapat prestasi lebih baik. Dan hanya 40%
orang tua yang dapat memeberi penghargaan kepada anak yang mendapat prestasi
lebih baik.
Jika ditinjau dari pendidikan orang tua yang
masih tergolong rendah yaitu 60% responden adalah orangtua yang berpendidikan
sekolah dasar, dan 40% adalah yang berpendidikan sekolah menengah peRtama.
Dengan demikian cukup wajar jika pola pikir dan cara memotivasi anak untuk
belajar terhadap anak masih sederhana. Tetapi dari kesederhanan ini justru
tumbuh ketulusan untuk mendorong anak dapat menyelesaikan pendidikan pada
tingkat yang lebih tinggi dari orangtua mereka. Didalam kelemahan ekonomi
mereka juga memacu untuk menyekolahkan anak kerah yang lebih baik.
Tetapi
perlu saya ingatkan bahwa anak-anak usia sekolah atau bahkan pra-sekolah yang
masih tergolong anak usia dini bekerja demi beRtahan hidup. Bahkan tidak
sedikit diantara mereka yang putus sekolah. Faktor utama yang menyebabkan
fenomena pada pekerja anak usia dini ini adalah ekonomi. “Berdasarkan Konvensi
PBB mengenai Hak-Hak Anak tahun 1989, ada sejumlah hak anak yang seharusnya
bisa dijamin dan dipenuhi oleh Negara, yakni setiap anak memiliki hak untuk
dilahirkan, untuk memiliki nama dan kewarganegaraan, untuk memiliki keluarga
yang menyayangi dan mengasihi, untuk hidup dalam komunitas yang aman, damai dan
lingkungan yang sehat untuk mendapatkan makanan yang cukup dan tubuh yang sehat
dan aktif, untuk mendapatkan pendidikan yang baik dan mengembangkan potensinya
untuk diberikan kesempatan bermain waktu santai, untuk dilindungi dari
penyiksaan, eksploitasi, kekerasan dan dari bahaya. Mereka juga berhak untuk
dipeRtahankan dan diberikan bantuan oleh pemerintah dan hak untuk bisa mengekpresikan
pendapat sendiri”.
Tingkat
putus sekolah yang tinggi merupakan fenomena yang terjadi dewasa ini. Mahalnya
biaya pendidikan membuat masyarakat miskin tidak dapat lagi menjangkau dunia
sekolah atau pendidikan. Jelas, mereka tak dapat menjangkau dunia pendidikan
yang sangat mahal itu. Sebab, mereka begitu miskin. Untuk makan satu kali
sehari saja mereka sudah kesulitan. Bagaimana seorang penarik becak misalnya,
yang memiliki anak cerdas bisa mengangkat dirinya dari kemiskinan, ketika biaya
untuk sekolah sudah sangat mencekik leher.
Jadi
secara fundamental keadaan ekonomi orangtua akan sangat mempengaruhi anak dalam
menempuh pendidikan lebih tinggi. Kemiskinan bukanlah hal yang bisa dianggap mudah,
kemiskinan bisa saja mengancurkan harapan anak.
Dari
penelitian yang dilakukan telah memberikan informasi bahwa
prestasi belajar anak sekolah dasar di desa Margomulyo Makmur Rt 01 tergolong
baik yang ditunjukan 90% anak dari responden masuk dalam 10 besar peringkat
kelas. Pengaruh status
sosial ekonomi orang tua dengan prestasi belajar anak usia sekolah dasar di
desa Margomulyo makmur Rt 01 sudah terindikasi bahwa kemempuan ekonomi orang
tua dalam mefasilitasi keperluan anak dalam belajar ternyata mengarahkan anak
untuk mendapat prestasi lebih baik yang ditunjukan pada anak yang memiliki
peringkat 1-3 keseluruhannya adalah anak yang orngatuanya memiliki penghasilan
1-2 juta. Hal ini menebenarkan hipotesa yang telah diambil bahwa ada pengaruh status
sosial ekonomi orang tua dengan prestasi belajar anak usia sekolah dasar di
desa Margomulyo makmur Rt 01.
BAB
V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari pembahasan masalah yang telah disampaikan penulis mendapatkan
kesimpulan sebagai berikut:
1.
Prestasi belajar anak sekolah dasar di desa Margomulyo
Makmur Rt 01 tergolong baik yang ditunpjukan 90% anak dari responden masuk
dalam 10 besar peringkat kelas.
2.
Ada
indikasi bahwa kemempuan ekonomi orang tua dalam mefasilitasi keperluan anak
dalam belajar ternyata mengarahkan anak untuk mendapat prestasi lebih baik yang
ditunjukan pada anak yang memiliki peringkat 1-3 keseluruhannya adalah anak
yang orngatuanya memiliki penghasilan 1-2 juta.
5.2
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diambil maka penulis
menyarankan agar:
1. Orang
tua dapat mendukung dan mendorong anak untuk dapat mempertahankan dan
meningkatkan prestasi yang telah dicapai.
2. Kesadaran
orang tua bahwa pendidikan adalah sebuah investasi masa depan anak harus lebih
ditingkatkan, sehingga pemenuhan kebutuhan belajar anak dapat terpenuhi dengan
baik.
3. Diadakan
penelitian lebih lanjut karena penelitian ini masih bersifat rintisan.
DAFTAR PUSTAKA
Sahabuddin, 2007. Mengajar
dan Belajar Dua Aspek Dari Proses Yang Disebut Pendidikan.
Makassar; Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar.
Sardiman, AM, 1988. Interaksi
dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raya Grafindo Persada.
Simanjuntak & Adarias, 1995. Pendapatan
Perkapita Nasional. Jakarata; Fakultas Ekonomi UI.
Simanjuntak, 1981. Pengantar
Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta; Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Slameto, 1991. Belajar
dan Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta : Jakarta.
Sudjana. Nana. 1996. Metode Statistik. Tarsito, Bandung.
Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian. Jakarta
: PT.Rineka Cipta.
Sugiyono, 2004. Statistika
untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Sumitro, Djojohadikusumo, 1960. Ekonomi
Dalam Bidang Pendapatan. Jakarta; Centre.
Winardi, 1969. Proses
Ekonomi. Bandung; Tarsito
Tirtaharja, Umar, 1997. Pengantar
Pendidikan. Makassar; FKIP Universitas Negeri Makassar.
Soekanto, Soerjono. 1992.
Sosiologi keluarga (tentang ikhwal keluarga, remaja, dan anak. Rineka Cipta,
Jakarta. Soekanto, Soerjono. 2000. Sosiologi suatu pengantar. Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Sugiyono. 2008. Metode
penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.