BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah penghasil
karet dunia terbesar kedua yang memiliki luas area 3,5 juta hektare dengan 85
persen merupakan perkebunan karet rakyat.
Krisis ekonomi dunia yang melanda eropa tampaknya telah membuat banyak Negara
maju di eropa harus mengencangkan ikat pinggang dalam penggunaan anggaran
financial agar tidak ikut terjatuh seperti yunani. Masyarakat eropa pun mulai
berhemat dalam mengatur kebutuhan hidup. Hal ini tentu membawa dampak pada
negara-negara di asia yang menjalin
kerja sama ekonomi dengan Negara eropa begitu juga Indonesia. Salah satu
komoditi andalan Indonesia yang menjadi produk unggulan masyarakat adalah getah
karet alam. Perkebunan karet tersebar dari sumatera Kalimantan sebagian jawa
dan Sulawesi. Pada periode tahun 2004 – 2012 harga karet alam tergolong sangat
baik dan sangat menjanjikan, hingga banyak jenis perkebunan lain diongkar untuk
alih pakai menjadi perkebunan karet. Namun seketika harga karet alam turun
sampai ke harga terburuk pada tahun 2015 yang berbanding terbalik dengan harga
kebutuhan pokok dan kebutuhan hidup yang lain.
Desa
Nusa Bakti berada diwilayah admistrasi kecamatan Belitang III Kabupaten OKU
timur Provinsi Sumatera Selatan. Desa yang memiliki populasi dua ribu lebih
warga dewasa dan ditafsir populasi remaja dan anak-anak mencapai lima ribu
individu. Merupakan desa dengan homo produk berupa getah karet alam dari
perkebunan karet masyarakat. Sekitar 90% penduduk desa Nusa Bakti bergantung
pada hasil jual getah karet alam. Karena itu harga jual getah karet alam sangat
mempengaruhi pemnuhan hidup mereka. Menurunya harga jual tentu mempengaruhi
daya beli akan kebutuhan pokok masyarakat berupa: bahan bakar miyak dan gas,
komoditi pangan seperti beras, bumbu dapur, minyak goring dan sayur. Tentu
keadaan turunnya harga getah karet alam ini akan sangat mempengaruhi kemampuan
atau daya beli akan kebutuhan pokok bagi masyarakat desa nusa bakti tetapi
sejauh apakan pengaruh tersebut adalah hal yang akan diteliti lebih lanjut.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1.
Bagaimana
Pengaruh Turunnya Harga Jual Getah Karet Terhadap Daya Beli Kebutuhan Pokok
Masyarakat Desa Nusa Bakti?
2.
Bagaimana
Solusi Yang dilakukan Masyarakat Desa Nusa Bakti Dalam Pemenuhan Kebutuhan
Pokok ?
1.3 Tujuan
Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1. Menjelaskan Pengaruh Turunnya
Harga Jual Getah Karet Terhadap Daya Beli Kebutuhan Pokok Masyarakat Desa Nusa
Bakti.
2. Menjelaskan Solusi Yang dilakukan
Masyrakat Desa Nusa Bakti Dalam Pemenuhan Kebutuhan Pokok.
1.4
Hipotesis
Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan
masalah yang ditentukan maka hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh
turunnya harga karet terhadap daya beli kebutuhan pokok pada masyarakat Desa
Nusa Bakti.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat agar :
1.
pembaca
dapat memahami Pengaruh Turunnya Harga
Jual Getah Karet Terhadap Daya Beli Kebutuhan Pokok Masyarakat Kp 02. Desa Nusa Bakti.
2.
Pembaca dapat memahami Solusi Yang mungkin bisa dilakukan Masyarakat Kp
02 Desa Nusa Bakti Dalam Pemenuhan Kebutuhan Pokok.
1.6 Metode
Penelitian
Metode yang digunakan oleh peneliti
adalah metode angket, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan tertulis
untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden. Angket merupakan
sebuah pertanyaan-pertanyaan yang tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden tentang diri pribadi atau hal-hal yang ia ketahui.
a. Alat dan Bahan
1. Angket
2. Alat tulis
b. Prosedur Penelitian
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Membagikan angket pada responden
3. Pengumpulan data
4. Analisis hasil
5. Pelaporan hasil penelitian
1.7 Waktu
Penelitian dan tempat penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 15-29
November 2015. Penelitian akan dilakukan di Desa Nusa Bakti Kp 02, Kecamatan
Belitang III, Kabupaten OKU Timur. Penelitian ini akan dijadwalkan sebagai
berikut.
No
|
Kegiatan
|
Tanggal
|
1
|
Pembelian alat dan bahan
|
14 November 2015
|
2
|
Pelaksanaan penelitian
|
14 - 2 Desember 2015
|
3
|
Penulisan laporan penelitian
|
3 Desember 2015
|
4
|
Pengesahan hasil penelitian
|
5
Desember 2015
|
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1
Definisi Harga dan Faktor yang Mempengaruhinya
Harga adalah sejumlah uang untuk mendapatkan
sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya. Berarti harga merupakan
alat ukur untuk mendapatkan suatu barang ditambah beberapa komponen barang.
Orang sering beranggapan bahwa harga yang tinggi biasanya kualitas barangnya
baik. Sebenarnya pendapat ini mungkin bagi barang-barang yang heterogin tetapi
tidak bagi barang-barang yang homogen. Namun pada kenyatannya harga yang
dikehendaki dan diinginkan konsumen adalah harga yang sesuai dengan daya
belinya dan sesuai dengan kualitasnya.
Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam
penetapan harga Menetapkan harga tidak semudah seperti kita bayangkan, setiap
faktor harus dipertimbangkan agar harga betul-betul sesuai baik dari segi
pelaku bisnis (produsen), maupun pengguna produk (konsumen).Bagi pelaku bisnis,
jelas harga diupayakan setinngi mungkin dengan harapan dapat memperoleh
keuntungan yang besar. Konsumen berpendapat lain, ia selalu berharap harga
serendah mungkin dengan harapan uang yang dimiliknya dapat dibelanjakan dalam
jumlah yang lebih banyak. Pelaku harus dapat mempertemukan dua kepentingan,
agar memenangkan persaingan, karena persaingan pasti melakukan hal serupa.
Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menetapkan harga ada dua, yaitu :
a. Faktor
pertimbangan subyektif;
Faktor pertimbangan
subyektif adalah factor pertimbangan penetapan harga didasarkan pertimbangan
diri penjual dan hanya berlaku untuk produk, waktu, dan kuantitas
tertentu.factor subyektif tidak dapat dijadikan dalam penetapan harga secara umum
karena hanya berlaku dalamkondisi tertentu.
Factor ini banyak digunakan
dalam penetapan harga barang seni dan sejarah. Gitar yang pernah digunakan oleh
Elvis Presley pada masa jayanya, dapat berharga puluhan, ratusan, ribuan,
bahkan jutaan kali dari harga gitar dengan bentuk, merk, dan kualitas sejenis.
Terjadinya harga itu dikarenakan pertimbangan subyektif penjual yang menyatakan
barang-barang tersebut memiliki nilai sejarah tinggi.
b. Faktor
pertimbangan obyektif
Faktor pertimbangan obyektif
adalah factor pertimbangan harga yang dilakukan dengan memperhitungkan semua
pertimbangkan secara umum dan berlaku untuk segala jenis produk
2.2. Definisi
Daya Beli
Definisi daya beli menurut kamus besar bahasa Indonesia
adalah kemampuan membayar barang atau jasa yang dengan definisi lebih luas
menjadi menjadi Kemampuan seseorang,
keluarga atau masyarakat untuk memperoleh suatu barang/jasa guna memenuhi
kebutuhan hidup (glosarium).
Daya
beli dipengaruhi banyak hal yang komplek, kebutuhan pokok adalah menjadi
prioritas hidup jika suatu masyarakat dalam pemenuhan akan kebutuhan pokok
mereka mengalami kesulitan maka bias dikatakan daya beli masyarakat lemah dan
begitu juga sebaliknya. Dalam hal pemasaran daya beli masyarakat bisa di
jadikan acuan dalam penentuan jenis produk, tingkat harga, dan target pasar.
2.3. Definisi
Kebutuhan Pokok
Kebutuhan
primer adalah kebutuhan
pokok (primer) yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan manusia yang terus
meningkat menyebabkan ilmu pengetahuan dan teknologi juga semakin meningkat. Kebutuhan
pokok manusia adalah sandang, pangan dan papan.
Pangan adalah kebutuhan yang paling utama
bagi manusia. Pangan dibutuhkan manusia secara
kuantitatif maupun secara kualitatif.
Usaha mencukupi kebutuhan pangan di negara-negara berkembang dilakukan secara tradisional atau
dengan cara memperluas lahan pertanian yang disebut ekstentifikasi, sedangkan di negara maju, sistem pertanian telah dilakukan dengan cara intensifikasi yaitu cara mengolah pertanian dengan
lebih baik dan moderen. Hal itu menyebabkan produksi pertanian negara maju
lebih banyak dibanding negara berkembang. Di berbagai masyarakat, bahan makanan
pokok memegang peranan utama dalam memenuhi kebutuhan penduduk. Contohnya orang
di Sumatera dan Jawa
sebagian besar mengonsumsi nasi sedangkan masyarakat Maluku dan Papua
mengonsumsi sagu.
Sandang adalah pakaian yang diperlukan oleh manusia sebagai mahluk berbudaya. Pada
awalnya manusia memanfaatkan pakaian dari kulit kayu dan hewan
yang tersedia di alam. Kemudian manusia mengembangkan
teknologi pemintal kapas
menjadi benang untuk ditenun menjadi bahan pakaian. Pakaian berfungsi sebagai pelindung dari panas dan dingin. Lama kelamaan
fungsi pakaian berubah, yakni untuk memberi kenyamanan sesuai dengan
jenis-jenis kebutuhan seperti pakaian kerja, pakaian rumah, untuk tidur dan
sebagainya.
Papan adalah kebutuhan manusia
untuk membuat tempat tinggal.
Pada awalnya fungsi rumah hanya untuk bertahan diri. Namun lama kelamaan
berubah menjadi tempat tinggal keluarga.
Karena itu kebutuhan akan memperindah rumah semakin ditingkatkan. Hal lain yang
boleh dikatakan kebutuhan pokok adalah pendidikan, yaitu suatu proses
pembelajaran individu untuk menjadi lebih baik.
2.4
Macam-Macam Kebutuhan Pokok
Beragamnya
kebutuhan manusia dapat di klasifikasikan menurut tolak ukur tertentu. Oleh
karnanya kebutuhan terbagi atas beberapa kelompok antara lain sebagai berikut.
A.
Macam-Macam Kebutuhan Berdasarkan Intensitas Kegunaan
·
Kebutuhan Primer : Kebutuhan primer adalah kebutuhan
utama untuk dipenuhi yakni makanan, pakaian dan perumahan. Contohnya : Baju , Makanan,
tempat tinggal atau rumah.
·
Kebutuhan Sekunder : Kebutuhan sekunder adalah
kebutuhan setelah kebutuhan primer terpenuhi. Kebutuhan sekunder merupakan
kebutuhan agar kehidupan manusia dapat berjalan baik. Contohnya :peralatan rumah tangga
seperti tempat tidur, meja, kursi, radio, buku alat tulis dan komputer serta
masih banyak lagi
·
Kebutuhan Tersier: Kebutuhan tersier adalah kebutuhan
yang bertuju kepada kebutuhan mewah. Kebutuhan dapat terjadi jika kebutuhan
primer dan kebutuhan sekunder terpenuhi. Contohnya : Mobil ferrari, berwisata ke luar negeri, kapal
pesiar, apartemen, pesawat pribadi, pulau pribadi, helikopter pribadi.
B.
Macam-Macam Kebutuhan Berdasarkan Sifatnya
·
Kebutuhan Jasmani : Kebutuhan jasmani adalah kebutuhan
yang diperlukan manusia dalam memelihara raga/fisik. Contohnya :Istirahat, olahraga,
makanan, minuman, dan pakaian.
·
Kebutuhan Rohani : Kebutuhan rohani adalah kebutuhan
yang diperlukan dalam pemenuhan jiwa atau batin. Contohnya : beribadah, hiburan, kesenian, rekreasi, dan
membaca buku, serta berkumpul dengan orang tua.
C.
Macam-Macam Kebutuhan Berdasarkan Waktunya
·
Kebutuhan Sekarang : Kebutuhan sekarang adalah kebutuhan
yang pemenuhannya harus sekarang atau tidak dapat ditunda-tunda. Contohnya : obat, operasi.
·
Kebutuhan Yang Akan Datang/Masa Depan :Kebutuhan masa depan adalah
kebutuhan yang pemenuhannya dapat di tunda, tetapi harus dipersiapkan dari
sekarang. Contohnya : tabungan,
Perlengkapan bayi bagi wanita hamil, Orang tua mempersiapkan pemenuhan anaknya
yang akan masuk kedunia pendidikan, Asuransi.
·
Kebutuhan Tidak Terduga : Kebutuhan tidak terduga adalah
pemenuhan kebutuhan yang datang secara tiba-tiba. Contohnya : konsultasi kesehatan.
D.
Macam-Macam Kebutuhan Berdasarkan Subyek yang
ditubuhkan
·
Kebutuhan Individual : Kebutuhan individual adalah kebutuhan yang
diperuntukkan bagi perorangan(individu). Contohnya : kebutuhan cleaning service dengan kebutuhan
tentara, kebutuhan presiden dengan kebutuhan pelayan.
·
Kebutuhan Kolektif/Kelompok : Kebutuhan kelompok adalah kebutuhan
yang diperuntukkan untuk kepentingan masyarakat secara bersama-sama. Contohnya : Pasar, jalan, rumah
sakit, jembatan, angkutan umum, dan sekolah.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Pengaruh Turunnya Harga
Jual Getah Karet Terhadap Daya Beli Kebutuhan
Pokok Masyarakat
Desa Nusa Bakti.
Tingkat konsumsi
seseorang dipengaruhi oleh banyak hal yang berkaitan. Seseorang membelanjakan
uang yang dimiliki sebelumnya dipengaruhi oleh banyak pertimbangan akibat
adanya kalangkaan. Salah satu faktor yang mempengaruhi daya beli adalah
pendapatan, Pendapatan sangat dipengaruhi nilai jual produk yang dihasilkan
masyarakat, baik barang maupun jasa. Pada penelitian saat ini kami secara
khusus membahas pengaruh turunnya harga karet terhadap daya beli kebutuhan
pokok masyarakat Desa Nusa Bakti.
Sebagian besar
masyarakat Nusa Bakti hidup dengan mengandalkan hasil penjualan getah karet
alam. Dengan adanya kebijakan pengurangan penggunaan karet pada masyarakat
Eropa dan menurunnya kebutuhan karet di Tiongkok maka secara perlahan harga
karet terus menurun. Pernurunan harga secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi penghasilan masyarakat Desa Nusa Bakti. Dari hasil penyebaran
angket yang telah dilakukan, didapat hasil yang akan kami sampaikan dalam tabel
berikut:
No
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
Jum
|
Persen
(%)
|
Total
|
1
|
Berapa
usia anda saat ini?
|
18-25 tahun
|
4
|
20%
|
100%
|
26-35 tahun
|
4
|
20%
|
|||
36-45 tahun
|
4
|
20%
|
|||
45 tahun atau lebih
|
8
|
40%
|
|||
2
|
Apa Pendidikan terakhir anda?
|
SD
|
16
|
80%
|
100%
|
SMP
|
2
|
10%
|
|||
SMA
|
2
|
10%
|
|||
Diploma atau Lebih Tinggi
|
-
|
-
|
|||
3
|
Apa pekerjaan anda?
|
Petani pemilik
|
9
|
45%
|
100%
|
Petani buruh
|
11
|
55%
|
|||
Lainnya
|
-
|
-
|
|||
4
|
Berapa
penghasilan anda perbulan?
|
Kurang dari 1 juta
|
18
|
90
|
100%
|
1-2 juta
|
2
|
10
|
|||
3 juta atau lebih
|
-
|
-
|
|||
5
|
Apakah Kebutuhan pokok keluarga anda
masih tercukupi ?
|
Tidak
|
20
|
100%
|
100%
|
Tercukupi
|
-
|
-
|
|||
Tercukupi dengan baik
|
-
|
-
|
|||
6
|
Bagaimana
harga ideal karet dibanding beras?
|
Harga karet = harga beras
|
7
|
35%
|
100%
|
Harga karet > harga beras
|
13
|
65%
|
|||
Harga karet < harga beras
|
-
|
-
|
|||
7
|
Kebutuhan apa yang
sekarang tidak terpenuhi ?
|
Hiburan
|
2
|
10%
|
100%
|
Kendaraan
|
3
|
15%
|
|||
Makanan
|
5
|
25%
|
|||
Tempat tinggal
|
11
|
55%
|
|||
lainnya
|
-
|
_
|
|||
8
|
Bagamana
pola pembelian kebutuhan pokok keluarga anda?
|
Tunai
|
-
|
-
|
100%
|
Hutang berjangka
|
20
|
100%
|
|||
Hutang tanpa tahu kejelasan
|
-
|
-
|
|||
9
|
Tindakan apa yang bisa dilakukan untuk
tetap dapat memenuhi
|
Menghemat kebutuhan lain
|
20
|
100%
|
100%
|
Mengeluarkan tabungan
|
-
|
-
|
|||
Kebijakan hutang
|
-
|
-
|
|||
Menjual aset keluarga
|
-
|
-
|
|||
Jawaban lain
|
-
|
-
|
|||
10
|
Jika dalam 3 tahun kedepan harga karet
tidak membaik kebijakan apa yang anda ambil?
|
Bertahan sebisa mungkin
|
10
|
50%
|
100%
|
Alih pekerjaan
|
7
|
35
|
|||
Pindah ketempat yang lebih
baik
|
1
|
5%
|
|||
Membangun usaha lain
|
2
|
10%
|
Tabel hasil angket
Berikut iniadalah
penjelasan atas tabel hasil angket yang telah disajikan. Dari keseluruhan
responden yang berjumlah 20 orang yang kami pilih secara acak. Berdasarkan
kelompok umur responden terbagi atas: responden berusia 1-15 tahun ada 4 orang,
usia 26-35 ada4 orang, usia 36-45 ada 4 orang dan usia 45 tahun keatas ada 8
orang. Dengan kelompok pendidikan tingkat sekolah dasar ada 16 responden, 2
responden berpendidikan sekolah menengah
pertama dan 2 responden berpendidikan sekolah menengah atas.
Jika dilihat dari
latar belakang pekerjaan, keseluruhan responden adalah petani yang dibedakan
atas petani yang bekerja pada lahan miliknya sendiri dan petani buruh yang
bekerja pada lahan atau lading karet orang lain sebagai pekerja.tidak ditemukan
responden dengan jenis pekerjaan lain. Hal ini mungkin terjadi karena pengaruh
latar belakang pendidikan yang jika dibandingkan standar pendidikan saat ini
boleh dikatakan tergolong masih rendah.
Penghasilan responden
yang saat ini berpenghasilan dibawah 1 juta mencapai 90% atau 18 orang dari
keseluruhan responden. Sementara 2 orang atau 10% dari responden yang masih
memiliki penghasilan 1 sampai 2 juta perbulan. Dan tidak ada responden yang
menjawab berpenghasilan lebih dari itu. Dengan pengahasilan ini keseluruhan
responden mengaku tidak dapat mencukupi kebutuhan pokok dalam keluarga mereka.
Ketika ditanya soal harga karet yang ideal dengan perbandingan harga beras,
sebagian besar dari mereka sangat menginginkan harga karet lebih tinggi atau
setidaknya sama dengan harga beras demikian kriteria ideal untuk harga karet dalam persepsi responden. Yang
lebih memprihatinkan 55% dari responden mengaku tidak dapat memnuhi sepenuhanya
biaya pendidikan anak. Hal ini tergolong memprihatinkan karena pendidikan
adalah modal pembangunan bangsa, bagaimana jika pendidikan bangsa tersendat
karena pembiayaan. Dan yanglebih
menyedihkan lagi 25% mengaku pada level kebutuhan pangan mereka juga
sudah tidak tercukupi. Sisanya sekitar
30 persen masih mengeluhkan soal kendaraan dan tempat tinggal. Cukup wajar saat
ini kendaraan dikatakan pokok dalam kehidupan masyarakat nusa bakti karena
kendaraan adalah modal kerja sebagai buruh tani yang lokasikerja mereka cukup
jauh dari desa.
Dari keseluruhan
responden dalam kebijakan pengeluaran dalam pemenuhan kebutuhan pokok sepakat
menggunakan sistem hutang berjangka, sistem ini adalah sebuah mekanisme
berbelanja dengan berhutang terlebih dahulu kemudian akan membayarnya kemudian
sambil kembali berhutang. Mekanisme ini lazim terjadi karena keseluruhan
responden adalah petani pekebun karet. Jadi mereka mengandalkan hasil penjualan
getah karet untuk pembayarannya. Tetapi dengan jawaban kompak responden
tersebut atau tidak satupun dari responden mampu membeli secara tunia kebutuhan
mereka menunjukan adanya krisis ekonomi yang cukup serius dalam masyarakat desa
Nusa Bakti. Dari keseluruhan uraian ini dapat disimpulakan bahwa turunnya harga
jual karet sangat mempengaruhi daya beli kebutuhan pokok masyarakat Desa Nusa
Bakti.
3.2 Solusi Yang dilakukan Masyrakat Desa
Nusa Bakti Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Pokok
Kondisi harga karet yang kian menurun
telah terbukti mempengaruhi daya beli akan kebutuhan pokok masyarakat,
khususnya masyarakat Kampung 2, Desa Nusa Bakti. Namun demikian masyrakat belum
banyak melakukan perubahan untuk mengantisipasi keadaan yang lebih buruk dalam
perekonomian mereka hal ini terbukti dari peryataan 50% responden yang
menyatakan hanya ingin bertahan sebisa mungkin, 5% lebih memilih untuk pindah
domisili ketempat yang lebih menjanjikan dan hanya 10% dari responden yang
mencoba memperbaiki keadaan dengan membangun usaha baru. Hal ini dapat muncul
karena tingkat pengetahuan yang masih terbelakang sehingga hanya menghadapi
hidup seadanya sesuai tradisi dan tren yang berkembang, tidak mampu melakukan
terobosan ekonomi ataupun sosial untuk memperbaiki hidup, dan kehidupannya.
Untuk mengatasi keadaan ini perlu
lebih banyak aspek yang harus ditinjau. Aspek pengetahuan dan keahlian adalah
yang pertama harus dikemukan dan dipahami masyarakat. Menambah pengetahuan dan
keahlian akan membuka peluang untuk menciptakan lapangan kerja. Pada masyarakat
nusabakti yang dominan adalah petani kembali belajar jenis pertanian lain
seperti sayur dan tumpang sari akan membuat masyarakat memiliki ketahan pangan
dan penghasilan lain. Disisi lain dari segi modal berkebun sayur dan tanaman
tumpang sari relative hanya membutuhkan dana yang kecil sehingga dengan
permodalan yang saat ini sangat menipis tentu ini lebih cocok.
Setelah mampu membagun unit usaha baru
baik sayur jasa ataupun penjualan, hal yang perlu dilakukan masyrakat adalam
membentuk kebersamaan dalam bentuk persatuan seperti kelompok tani, kelompok
pengusaha kecil dan yang lainnya agar tidak terjadi persaingan yang merugikan
diantara petani itu sendiri. Melalui organisasi tentu akan lebih mudah
berkordinasi dengan pemerintah dalam mengembangkan produk dan menyalurkan
produk pada target pasar.
Peran pemerintah dalam kembali
menanamkan kebanggaan sebagai bangsa agraris juga dibutuhkan. Melalui banyak
program pemerintah sudah memberikan banyak fasilitas dan permodalan dalam usaha
meningkatkan kemakmuran masyarakat. Tetapi secara khusus pada masyarakat desa
Nusa Bakti agaknya hal ini masih belum dipahami dan diketahui. ini karena
memang komunikasi publik yang dibangun
pemerintah didareah khususnya pemerintah desa masih jauh dari optimal, atau boleh
dikatakan sangat minim. Jika fungsi untuk menyebarkan informasi pembangunan
ekonomi ini berjalan baik tentu akan sangat merangsang pertumbuhan ekonomi pada
masyarakat.
Membangun jaringan atau kolega juga
harus mulai diperkenalkan pada masyarakat sehingga stiap produk bisa dihargai
secara pantas. Banyak masyarakat enggan untuk menjalin kerjasama dengan pihak
yang berkepentingan karena kurangnya pengetahuan. Missal petani jahe yang tidak
mau menjual jahenya pada pabrik jamu tetapi malah kepada tengkulak. Sehingga
pada akhirnya hanya menguntungk orang tertentu saja. Padahal beberapa pabrik
jamu membutuhkan penyuplai bahan baku dengan kualitas yang baik dan mampu
membayar secara pantas.
Pada dasarnya yang melandasi usaha
dalam memperbaiki perekonomian masyarakat adalah kemauan untuk belajar,
bersedia bekerjasama, membangun jaringan pemasaran dan kebijakan pemerintah
yang membatu perekonomian kerakyatan yang direalisasikan secara transparan.
Demikian hasil penelitian kami tentang pengaruh turunnya harga karet terhadap
daya beli kebutuhan pokok masyarakat desa Nusa Bakti.
BABV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari
hasil pembahasan yang telah dijabarkan, mengenai pengaruh turunnya harga jual
karet terhadap daya beli kebutuhan pokok masyarakat desa Nusa Bakti, maka
didapat kesimpulan bahwa:
1. Turunnya
harga karet secara signifikan menurunkan daya beli kebutuhan pokok masyarakat
desa Nusa Bakti.
2. Masyarakat
desa Nusa Bakti pada umumnya belum memiliki solusi yang tepat dalam memenuhi
kebutuhan pokok mereka. Tetapi sebagian kecil sudah dapat merencanakan untuk
membangun usaha baru.
5.2 Saran
Dari
kesimpulan yang telah diambil maka peneliti menyarakan agar:
1. Masyarakat segera mencari solusi yang
produktif untuk kembali meningkatkan kemampuan daya beli masyarakat.
2. Pemerintah,
secara khusus pemerintah desa segera ikut berperan aktif untuk kembali
mengembangkan perekonomian masyarakat desa Nusa Bakti.
DAFTAR PUSTAKA
Ehrenberg,
R.G., and Smith R.S., 1988. Modern Labor Economics : Theory and Public
Policy. Third Edition, Scott, Foresman and Company, Boston, USA.
Gordon,
R.J., 1993. Macroeconomics. Sixth Edition, Harper-Collins
Publishers, New York, USA.
Jhingan,
M.L., 2000. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan.. PT
RajaGrafindo Persada, Jakarta, Indonesia
Kindleberger,
C.P., and Herrick B., 1977. Economic Development. International
Student Edition, McGraw-Hill Kogakusha, Ltd., Tokyo, Japan.
Meier
G.M., and Stiglitz, J.E., 2001. Frontiers of Development Economics :
The Future in Perspectif.Oxford University Press, The World Bank,
Washington D.C., USA.
Payaman
J.Simanjuntak, 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia.
Reynolds,
L.G., Masters S.H., and Moser, C.H., 1986. Labor Economics and Labor
Relations. Ninth Edition, Prentice-Hall, Englewood Cliffs, New Jersey,
USA.
Rose,
C., and Nicholl, M.J., 2002. Accelerated Learning for The 21st Century. (Cara
Belajar Cepat Abad XXI. Nuansa, Yayasan Nuansa Cendikia, Bandung,
Indonesia.
Sadono
Sukirno, 1985. Ekonomi Pembangunan. Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia.
Sudarman
Danim, 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia. CV Pustaka Setia,
Bandung, Indonesia.
Tags:
bakti
beli
daya
desa
getah
harga
Jual
karet
kebutuhan
masyarakat
nusa
pengaruh
pokok
terhadap
turunnya