BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa, oleh karena itu
setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti jenjang pendidikan, baik jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan
dasar, pendidikan menengah maupun tinggi. Dalam bidang
pendidikan seorang anak dari lahir
memerlukan pelayanan yang tepat dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan disertai
dengan Pemahaman mengenai karakteristik anak sesuai pertumbuhan dan perkembangannya akan sangat membantu dalam menyesuaikan proses
belajar bagi anak dengan usia,
kebutuhan, dan kondisi masing-masing, baik secara intelektual, emosional dan
sosial.
Pendidikan
anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang
merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagianak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal,
nonformal, dan informal.
Tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan kurun waktu
yang sangat penting dan kritis dalam hal tumbuh kembang fisik, mental, dan
psikososial, yang berjalan sedemikian cepatnya sehingga keberhasilan
tahun-tahun pertama untuk sebagian besar menentukan hari depan anak. Kelainan
atau penyimpangan apapun apabila tidak diintervensi secara dini dengan baik
pada saatnya, dan tidak terdeteksi secara nyata mendapatkan perawatan yang bersiat
purna yaitu promoti, preventi, dan rehabilitati akan mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan anak selanjutnya (Sunarwati, 2007).
Penyelenggaraan pendidikan pada anak usia dini di negara
maju telah berlangsung lama sebagai bentuk pendidikan yang berbasis masyarakat
(community based education), akan tetapi gerakan untuk menggalakkan pendidikan
ini di Indonesia baru muncul beberapa tahun terakhir. Hal ini didasarkan akan
pentingnya pendidikan untuk anak usia dini dalam menyiapkan manusia Indonesia seutuhnya
(MANIS), serta membangun masa depan anak-anak dan masyarakat Indonesia
seluruhnya (MASIS). Namun sejauh ini jangkauan pendidikan anak usia dini masih
terbatas dari segi jumlah maupun aksesibilitasnya. Misalnya, penitipan anak dan
kelompok bermain masih terkonsentrasi di kota-kota. Padahal bila dilihat dari
tingkat kebutuhannya akan perlakuan sejak dini, anak-anak usia dini di pedesaan
dan dari keluarga miskin jauh lebih tinggi guna mengimbangi miskinnya
rangsangan intelektual, sosial, dan moral dari keluarga dan orang tua.
Pemerintah telah menunjukkan kemauan politiknya dalam
membangunan sumber daya manusia sejak dini. Seperti disampaikan Ibu Megawati
(wakil presiden pada saat itu) saat membuka Konferensi Pusat I Masa Bakti VII
Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak Indonesia. Beliau menegaskan pentingnya
pendidikan anak usia dini dalam konsep pembinaan dan pengembangan anak
dihubungkan pembentukan karakter manusia seutuhnya. Lebih jauh lagi beliau
menyatakan sudah tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pendidikan bagi anak di usia
dini merupakan basis penentu pembentukan karakter manusia Indonesia di dalam
kehidupan berbangsa.
Pernyataan ini menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini
sangat penting bagi kelangsungan bangsa, dan perlu menjadi perhatian serius
dari pemerintah. Pendidikan anak usia dini merupakan strategi pembangunan
sumber daya manusia harus dipandang sebagai titik sentral mengingat pembentukan
karakter bangsa dan kehandalan SDM ditentukan bagaimana penanaman sejak anak
usia dini. Pentingnya pendidikan pada masa ini sehingga sering disebut dengan
masa usia emas (the golden age).
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian pendidikan anak usia dini ?
2.
Mengapa pendididkan anak usia dini itu penting ?
1.3 Tujuan
1.
Menjelasakan pengertian pendidikan anak usia dini
2.
Menjelaskan penyebab pentingnya pendididkan anak usia
dini
1.4 Manfaat
Agar orang tua mengetahui bahwa anak memiliki
berbagai kemampuan yang tentunya sudah dapat dibentuk sejak dini. Tidak sedikit
juga orang tua yang menganggap pendidikan anak usia dini tidak begitu penting,
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
Pendidikan
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang
pendidikan sebelum jenjang pendidikan
dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan
yang ditujukan bagi anak
sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang
diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah
pertumbuhan dan perkembangan fisik
(koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan
(daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap
dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan
tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Saat ini bidang ilmu pendidikan, psikologi, kedokteran,
psikiatri, berkembang dengan sangat pesat. Keadaan itu telah membuka wawasan
baru terhadap pemahaman mengenai anak dan mengubah cara perawatan dan
pendidikan anak. Setiap anak mempunyai banyak bentuk kecerdasan (Multiple
Intelligences) yang menurut Howard Gardner terdapat delapan domain kecerdasan
atau intelegensi yang dimiliki semua orang, termasuk anak. Kedelapan domain itu
yaitu inteligensi music, kinestetik tubuh, logika matematik, linguistik
(verbal), spasial, naturalis, interpersonal dan intrapersonal.
Multiple Intelligences ini perlu digali dan ditumbuh
kembangkan dengan cara memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan
secara optimal potensi-potensi yang dimiliki atas upayanya sendiri (Tientje,
2000).
Pendidikan pada umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti ((karakter,
kekuatan bathin), pikiran (intellect) dan jasmani anak-anak selaras dengan alam
dan masyarakatnya”.
John Stuart Mill (filosof Inggris, 1806-1873 M) menjabarkan bahwa Pendidikan itu meliputi segala sesuatu yang
dikerjakan oleh seseorang untuk dirinya atau yang dikerjakan oleh orang lain
untuk dia, dengan tujuan mendekatkan dia kepada tingkat kesempurnaan.
Pendidikan, menurut H. Horne, adalah proses yang terus menerus (abadi) dari
penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara
fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada vtuhan, seperti termanifestasi
dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.
John Dewey,
mengemukakan bahwa pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman,
hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang
dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan
untuk untuk menghasilkan kesinambungan social. Proses ini melibatkan pengawasan
dan perkembangan dari orang yang belum dewasa dan kelompok dimana dia hidup.
Dari berbagai pengertian diatas dapat ditarik
kesimpulan yaitu, pendidikan adalah Bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada
perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup
cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain. Dan
apabila dikatakan sebagai dunia pendidikan maka berarti “segala hal yang
terkait dengan pendidikan”, seperti : pengajar, peserta didik, masyarakat,
pemerintah, dan sistem pendidikan itu sendiri.
2.2
Definisi Anak Usia Dini
Dalam sejarah perkembangan anak usia dini
terdapat beberapa filsuf yang pemikirannya mendasari pendidikan anak usia dini
hingga saat ini, secara ringkas filosofi para filsuf tersebut adalah sebagai
berikut:
1. John
Locke (1632-1704)
John
locke terkenal dengan teori “Tabula Rasa”. Teori ini berpendapat
bahwa anak lahir dalam keadaan seperti kertas putih sehingga lingkunganlah yang
berpengaruh terhadap pembentukan dirinya. Lingkunganlah yang mengisi kertas
kosong tersebut yang dinamakan pengalaman. Pengalaman-pengalaman anak akana
berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak.
2. Jean
Jacques Rousseau (1712-1778)
Jean
Jaques Rousseau adalah salah satu filsuf yang mendasari teori maturisional yang
beranggapan bahwa yang berpengaruh terhadap perkembangan anak adalah berasal
dari anak sendiri atau berkembang secara alami. Pendidikan harus membiarkan
anak tumbuh tanpa intervensi dengan cara tidak membandingkan anak antara satu
dengan yang lainnya.
Dalam
pemikirannya Rousseau beranggapan bahwa anak lahir dalam keadaan baik,
lingkunganlah yang membuat anak menjadi jahat.
3. Friedrich
Froebel (1782-1852)
Menurut
Froebel, sejak lahir dan menjalani masa kanak-kanak, seseorang harus menjalani
hidup sesuai perkembangannya. Secara kodrati, seorang anak membawa sifat baik,
sifat buruk anak muncul karena pendidikan yang salah.
Froebel
juga mengajurkan agar indera anak dilatih dengan pengamatan, eksplorasi atau
peragaan terhadap makhluk hidup, melalui hal tersebut anak akan belajar,
berpikira kemudian melakukan atau yang biasa disebut learning by
doing. Tahun 1831 Froebel mendirikan Kindergarten. Konsep kindergarten
Froebel sanagt terkenal dan menjadi rujukan diberbagai Negara, bahkan di
Indonesia konsep Froebel terkenal pada masa sebelum kemerdekaan.
4. Maria
Montessori (1870-1952)
Maria
Montessori adalah seorang dokter bidang penyakit anak yang meyakini bahwa
pendidikan dimulai sejak lahir. Bayi yang masih kecil perlu
dikenalkan dengan orang-orang dan suara-suara, diajak bermain dan
bercakap-cakap agar anak-anak dapat berkembang menjadi anak yang normal dan
bahagia.
Dasar
pendidikan Montessori yaitu penghargaan terhadap anak,absorbent
mind (pemikiran yang cepat menyerap), sensitive periods (masa
peka), penataan lingkungan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan anak,
pendidikan diri sendiri (pedosentris), masa peka, dan kebebasan”.
5. Ki
Hadjar Dewantara (1922-)
Ki
Hadjar Dewantara adalah tokoh pendidikan Indonesia, dan karaena kegigihannya ia
dinobatkan sebagai bapak pendidikan Indonesia. Dewantara mendirikan Taman
Indria untuk anak usia dini. Pandangan Dewantara tentang pendidikan
adalah ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangunkarso, tut wuri
handayani.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1 Pentingnya Pendidikan
Anak Usia Dini dalam Membangun Masa Depan Bangsa
Kondisi SDM Indonesia berdasarkan hasil
survey yang dilakukan oleh PERC (Political and Economic Risk Consultancy) pada
bulan Maret 2002 menunjukkan kualitas pendidikan Indonesia berada pada
peringkat ke-12, terbawah di kawasan ASEAN yaitu setingkat di bawah Vietnam.
Rendahnya kualtias hasil pendidikan ini berdampak terhadap rendahnya kualtias
sumber daya manusia Indonesia.
Dalam kondisi
seperti ini tentunya sulit bagi bangsa Indonesia untuk mampu bersaing dengan
bangsa-bangsa lain. Pembangunan sumber daya manusia yang dilaksanakan di
Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jerman, Jepang dan sebagainya,
dimulai dengan pengembangan anak usia dini yang mencakup perawatan, pengasuhan
dan pendidikan sebagai program utuh dan dilaksanakan secara terpadu. Pemahaman
pentingnya pengembangan anak usia dini sebagai langkah dasar bagi pengembangan
sumber daya manusia juga telah dilakukan oleh bangsa-bangsa ASEAN lainnya
seperti Thailand, Singapura, termasuk negara industry Korea Selatan. Bahkan
pelayanan pendidikan anak usia dini di Singapura tergolong paling maju apabila
dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Di Indonesia pelaksanaan
PAUD masih terkesan ekslusi dan baru menjangkau sebagian kecil masyarakat.
Meskipun berbagai program perawatan dan pendidikan bagi anak usia dini usia
(0-6 tahun) telah dilaksanakan di Indonesia sejak lama, namun hingga tahun 2000
menunjukkan anak usia 0-6 tahun yang memperoleh layanan perawatan
dan pendidikan masih rendah.
Data tahun 2001 menunjukkan bahwa dari sekitar 26,2 jut anak usia 0-6 tahun
yang telah memperoleh layanan pendidikan dini melalui berbagai program baru
sekitar 4,5 juta anak (17%). Kontribusi tertinggi melalui Bina Keluarga Balita
(9,5%), Taman Kanak-kanak (6,1%), Raudhatul Atfal (1,5%). Sedangkan melalui
penitipan anak dan kelompok bermain kontribusinya masing-masing sangat kecil
yaitu sekitar 1% dan 0,24%.
Masih rendahnya layanan
pendidikan dan perawatan bagi anak usia dini saat ini antara lain disebabkan
masih terbatasnya jumla lembaga yang memberikan layanan pendidikan dini jika
dibanding dengan jumlah anak usia 0-6 tahun yang seharusnya memperoleh layanan
tersebut. Berbagai program yang ada baik langsung (melalui Bina Keluarga Balita
dan Posyandu) yang telah ditempuh selama ini ternyata belum memberikan layanan
secara utuh, belum bersinergi dan belum terintegrasi pelayanannya antara aspek
pendidikan, kesehatan dan gizi. Padahal ketiga aspek tersebut sangat menentukan
tingkat intelektualitas, kecerdasan dan tumbuh kembang anak.
Pentingnya
pendidikan anak usia dini telah menjadi perhatian dunia internasional. Dalam
pertemuan Forum Pendidikan Dunia tahun 2000 di Dakar Senegal menghasilkan enam
kesepakatan sebagai kerangka aksi pendidikan untuk semua dan salah satu
butirnya adalah memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan
anak usia dini, terutama bagi anak-anak yang sangat rawan dan kurang beruntung,
Indonesia sebagai salah satu anggota forum tersebut terikat untuk melaksanakan
komitmen ini.
Perhatian dunia internasional
terhadap urgensi pendidikan anak usia dini diperkuat oleh berbagai penelitian
terbaru tentang otak. Pada saat bayi dilahirkan ia sudah dibekali Tuhan dengan
struktur otak yang lengkap, namun baru mencapai kematangannya setelah di luar
kandungan. Bayi yang baru lahir memiliki lebih dari 100 milyar neuron dan sekitar satu
trilyun sel glia yang
berfungsi sebagai perekat serta synap (cabang-cabang neuron) yang akan
membentuk bertrilyun-trilyun sambungan antar neuron yang jumlahnya melebihi
kebutuhan. Synap ini akan bekerja sampai usia 5-6 tahun. Banyaknya jumlah
sambungan tersebut mempengaruhi pembentukan kemampuan otak sepanjang hidupnya.
Pertumbuhan jumlah jaringan otak dipengaruhi oleh pengalaman yang didapat anak
pada awal-awal tahun kehidupannya, terutama pengalaman yang menyenangkan. Pada
fase perkembangan ini akan memiliki potensi yang luar biasa dalam mengembangkan
kemampuan berbahasa, matematika, keterampilan berpikir, dan pembentukan
stabilitas emosional.
Ada empat pertimbangan pokok
pentingnya pendidikan anak usia dini, yaitu:
a. Menyiapkan tenaga manusia yang
berkualitas,
b. Mendorong percepatan
perputaran ekonomi dan rendahnya biaya sosial karena tingginya produktivitas
kerja dan daya tahan,
c. Meningkatkan pemerataan dalam
kehidupan masyarakat,
d. Menolong para orang tua dan
anak-anak.
Pendidikan anak usia dini
tidak sekedar berfungsi untuk memberikan pengalaman belajar kepada anak, tetapi
yang lebih penting berfungsi untuk mengoptimalkan perkembangan otak. Pendidikan
anak usia dini sepatutnya juga mencakup seluruh proses stimulasi psikososial
dan tidak terbatas pada proses pembelajaran yang terjadi dalam lembaga
pendidikan. Artinya, pendidikan anak usia dini dapat berlangsung dimana saja
dan kapan saja seperti halnya interaksi manusia yang terjadi di dalam keluarga,
teman sebaya, dan dari hubungan kemasyarakatan yang sesuai dengan kondisi dan
perkembangan anak usia dini.
3.2 Perkembangan Anak Usia Dini
Sebagian besar masyarakat
berpendapat bahwa memberikan pendidikan anak usia dini cukup dilakukan oleh
orang dewasa yang tidak memerlukan pengetahuan tentang PAUD. Selain itu juga
mereka menganggap PAUD tidak memerlukan profesionalisme. Pandangn tersebut
adalah keliru.
Jika PAUD ingin dilakukan di
rumah oleh ibu-ibu sendiri, maka ibu-ibu itu perlu belajar dan menambah
pengetahuan tentang proses pembelajaran anak, misalnya dengan membaca buku,
mengikuti ceramah atau seminar tentang PAUD.
Kenyataannya semakin banyak
ibu-ibu bekerja di luar rumah, oleh karena itu haruslah orang yang menggantikan
peran ibu tersebut memahami proses tumbuh kembang anak.
Pembelajaran pada
anak usia dini adalah proses pembelajaran yang dilakukan melalui bermain. Ada
lima karakteristik bermain yang esensial dalam hubungan dengan PAUD (Hughes,
1999), yaitu: meningkatkan motivasi, pilihan bebas (sendiri tanpa paksaan), non
linier, menyenangkan dan pelaku terlibat secara akti.
Bila salah satu
kriteria bermain tidak terpenuhi misalnya guru mendominasi kelas dengan
membuatkan contoh dan diberikan kepada anak maka proses belajar mengajar bukan
lagi melalui bermain. Proses belajar mengajar seperti itu membuat guru tidak
sensiti terhadap tingkat kesulitan yang dialami masing-masing anak. Orangtua terhadap kesulitan
anak bisa juga terjadi, alasan utama yang dikemukakan biasanya karena kurangnya
waktu karena orangtua bekerja di luar rumah.
Memahami
perkembangan anak dapat dilakukan melalui interaksi dan interdependensi antara
orangtua dan guru yang terus dilakukan agar penggalian potensi kecerdasan anak
dapat optimal. Interaksi dilakukan dengan cara guru dan orangtua memahami
perkembangan anak dan kemampuan dasar minimal yang perlu dimiliki anak, yaitu
musikal, kinestetik tubuh, logika matematika, linguistik, spasial,
interpersonal dan intrapersonal, karena pada umumnya semua orang punya tujuh
intelegensi itu, tentu bervariasi tingkat skalanya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa, oleh karena itu
setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti jenjang pendidikan, baik jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan
dasar, pendidikan menengah maupun tinggi. Dalam bidang
pendidikan seorang anak dari lahir
memerlukan pelayanan yang tepat dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan disertai
dengan Pemahaman mengenai karakteristik anak sesuai pertumbuhan dan perkembangannya akan sangat membantu dalam menyesuaikan proses
belajar bagi anak dengan usia,
kebutuhan, dan kondisi masing-masing, baik secara intelektual, emosional dan
sosial.
Pendidikan
anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang
merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagianak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal,
nonformal, dan informal.
4.2 Saran
Dengan mengethaui pentingnya pendidikan untuk anak usia dini semoga kita
kelak dapat memberikan pendidikan yang baik untuk anak-anak kita kelak. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat
untuk kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
![Anak usia dini.gif](file:///C:\Users\unik\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.gif)
![kompetensi pedagogik guru.gif](file:///C:\Users\unik\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image004.jpg)
![pendidikan untuk anak usia dini.jpg](file:///C:\Users\unik\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image006.jpg)
![Pendidikan-Anak-Usia-Dini.jpg](file:///C:\Users\unik\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image008.jpg)
![Pentingnya-pendidikan-anak-usia-dini.jpg](file:///C:\Users\unik\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image010.jpg)