Visiuniversal--Belajar mengapresiasi dan membaca puisi Karya Chairil Anwar yang berjudul Karawang Bekasi. Para siswa peserta didik dan warga belajar sekalian, dalam belajar baca puisi hal yang penting kita pahami adalah kandungan atau maksud dari sebuah puisi tersebut. sebelum kita membaca puisi, kita terlebih dahulu harus memahami makna dan interpretasi sebuah puisi. Pemahaman ini agar kita mampu mengapresiasi dengan baik terhadap puisi yang akan kita baca tersebut. Saat kita telah memahami makna dan kandungannya maka kita akan dapat dengan mudah menghayati dan menjiwai puisi tersebut dengan baik.
Contohnya memahami salah satu puisi, dari puisi Karya Chairil Anwar yang berjudul Karawang Bekasi ini, kita pahami terlibih dahulu isi dan kandungan makna di dalamnya seperti berikut ini:
KARAWANG-BEKASI - CHAIRIL ANWAR
* * *
Interpretasi dan pemahaman Puisi Karawang Bekasi karya Chairil Anwar
Walaupun mereka mati muda, tetapi semangat mereka tetap membara. dan terus membahana di langit malam yang sepi. Mereka selalu berharap agar pada malam- malam sepi dan hening, keberadaan mereka tetap dikenang sebagai sosok-sosok yang tiada henti berjuang untuk kemerdekaan bangsa dan negara ini. Mereka menyadari bahwa mereka hanya tulang-tulang belulang yang berserakan, dan kita yang menentukan nilai dari tulang-tulang tersebut.
Semangat perjuangan mereka begitu bergelora, walau kemudian mereka terpaksa harus mati muda. Tetapi, semangat kepahlawanan mereka tidak pernah padam. Setiap saat, rasanya mereka bangkit dan ikut maju ke medan perang. Bagi mereka, pekerjaan belumlah selesai. Mereka sudah berusaha sekuat tenaga, tetapi kematian telah menyergap mereka sehingga tidak dapat lagi membuat perhitungan atas gugurnya 4 sampai 5 ribu sahabat mereka.
Kenang, kenanglah kami, adalah sebagian ungkapan yang dituliskan oleh Chairil Anwar sebagai bentuk harapan tulus. Mereka hanya ingin keberadaan mereka tidak dilupakan begitu saja sebab bagi mereka negeri ini adalah jiwanya.
Pengharapan para pahlawan tidak pernah berbatas. Mereka tetap berharap untuk dapat menjaga Bung Karno, menjaga Bung Hatta, menjaga Bung Sjahrir. Mereka tidak rela para pimpinan negeri mengalami hal-hal yang tidak diinginkan. Oleh karena itulah, mereka menitipkan dan berharap agar para pimpinan tetap dijaga.
Dan, meskipun mereka telah terbaring dalam pemakaman sepanjang jarak antara Karawang-Bekasi, tetapi mereka tetap memberikan semangat perjuangan yang tidak ada habisnya. Inilah pengharapan tak berbatas yang sepertinya ingin mereka katakan. Walaupun sebenarnya, mereka telah menjadi tulang belulang yang berserakan antara Karawang-Bekasi.