MEMBANGUN HUBUNGAN SOSIAL YANG POSITIF DI SEKOLAH
Pertanyaan Pemantik
Hubungan sosial yang baik dalam ekosistem sekolah harus mencerminkan sikap saling menghargai keberagaman. Setiap individu di sekolah memiliki latar belakang, budaya, dan pandangan yang berbeda. Menghargai keberagaman ini berarti mengakui dan menerima perbedaan tersebut sebagai bagian yang memperkaya komunitas sekolah. Ketika siswa melihat bahwa perbedaan mereka dihargai, mereka merasa lebih diterima dan termotivasi untuk berpartisipasi aktif dalam proses belajar.
Mengenali Keberagaman
Penting bagi setiap anggota sekolah untuk mengenali keberagaman yang ada. Ini melibatkan memahami berbagai latar belakang budaya, agama, dan sosial yang ada di sekolah. Guru dan siswa perlu diberikan kesempatan untuk belajar tentang satu sama lain melalui berbagai aktivitas dan diskusi. Dengan mengenali keberagaman, sekolah dapat mengembangkan program yang inklusif dan kegiatan yang mencerminkan pluralitas komunitasnya, sehingga setiap individu merasa dilihat dan dihargai.
Membangun Sikap Menghargai Kesetaraan Gender
Kesetaraan gender adalah bagian penting dari lingkungan belajar yang inklusif. Dalam interaksi sehari-hari di sekolah, penting untuk memastikan bahwa semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, diperlakukan dengan adil dan memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang. Guru dan staf sekolah perlu memberikan contoh sikap menghargai kesetaraan gender, dengan memastikan bahwa tidak ada diskriminasi atau bias gender dalam perlakuan terhadap siswa. Ini juga bisa dilakukan dengan mengadakan diskusi dan pendidikan tentang pentingnya kesetaraan gender, sehingga siswa belajar untuk menghargai satu sama lain tanpa memandang gender.
Integrasi dalam Kualitas Hubungan
Kualitas hubungan sosial di sekolah sangat dipengaruhi oleh bagaimana sikap menghargai keberagaman, mengenali keberagaman, dan menghargai kesetaraan gender diintegrasikan dalam interaksi sehari-hari. Ketika semua elemen dalam ekosistem sekolah bekerja sama dengan sikap saling menghormati dan menghargai, mereka menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar dan berkarya. Rasa aman dan nyaman yang tercipta akan mendorong siswa untuk lebih aktif berpartisipasi dan mencapai potensi penuh mereka.
Dengan demikian, sikap menghargai keberagaman, mengenali keberagaman, dan membangun sikap menghargai kesetaraan gender bukan hanya elemen tambahan, tetapi fondasi penting dalam menciptakan hubungan sosial yang kuat dan berkualitas di sekolah.
Membangun hubungan sosial yang positif di sekolah merupakan salah satu faktor penting dalam menciptakan iklim sekolah yang kondusif dan mendukung perkembangan optimal murid. Hubungan sosial yang positif dapat terjalin melalui berbagai interaksi, termasuk:
Interaksi Guru-Murid: Kualitas hubungan antara guru dan siswa, termasuk rasa saling menghormati dan komunikasi yang efektif.
Interaksi Murid-Murid: Hubungan antar siswa, termasuk kerja sama, dukungan sosial, dan rasa saling menghargai.
Partisipasi Orang Tua: Tingkat keterlibatan orang tua dalam kegiatan sekolah dan komunikasi dengan guru serta staf sekolah.
Berikut beberapa teori psikolog yang memberikan landasan untuk membangun hubungan sosial yang positif di sekolah:
Teori Sistem Ekologis (Urie Bronfenbrenner)
Teori Bronfenbrenner menjelaskan bahwa perkembangan individu dipengaruhi oleh berbagai sistem lingkungan yang saling berinteraksi, termasuk keluarga, sekolah, dan komunitas. Sekolah, termasuk dalam mesosystem, di mana interaksi antara siswa, guru, dan staf sekolah memainkan peran penting dalam perkembangan sosial dan akademis siswa.
Teori Kebutuhan Dasar Manusia (Maslow)
Menurut Maslow, manusia memiliki kebutuhan dasar yang harus dipenuhi secara hierarkis. Kebutuhan fisiologis seperti makanan, air, dan tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar yang paling penting. Setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi, manusia kemudian akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan rasa aman dan nyaman, kebutuhan cinta dan kasih sayang, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri.
Teori ini memiliki implikasi penting dalam membangun hubungan sosial di sekolah. Guru dan staf sekolah perlu memastikan bahwa kebutuhan dasar siswa terpenuhi terlebih dahulu, seperti menyediakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman, akses terhadap makanan dan minuman, serta dukungan emosional. Setelah kebutuhan dasar terpenuhi, siswa akan lebih siap untuk terlibat dalam membangun hubungan sosial yang positif dengan orang lain.
Teori Keterikatan (Bowlby & Ainsworth)
Teori keterikatan menjelaskan bagaimana hubungan awal antara anak dan pengasuhnya mempengaruhi perkembangan sosial dan emosional mereka di kemudian hari. Anak-anak yang memiliki hubungan keterikatan yang aman dengan pengasuhnya cenderung memiliki rasa percaya diri dan harga diri yang tinggi, serta kemampuan untuk membangun hubungan sosial yang positif dengan orang lain.
Teori ini memberikan panduan bagi guru dan orang tua dalam membangun hubungan yang positif dengan siswa. Guru dan orang tua perlu menunjukkan rasa kasih sayang, perhatian, dan dukungan kepada siswa. Mereka juga perlu menciptakan lingkungan yang konsisten dan aman, di mana siswa merasa diterima dan dihargai.
Teori Moral (Kohlberg)
Kohlberg mengemukakan enam tahap perkembangan moral yang dilalui manusia. Pada setiap tahap, individu memiliki pemahaman yang berbeda tentang moralitas dan bagaimana mereka harus berperilaku. Perkembangan moral individu dipengaruhi oleh interaksi sosial mereka dengan orang lain.
Teori Kohlberg memberikan panduan bagi guru dalam membantu siswa untuk mengembangkan moralitas mereka. Guru perlu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif untuk diskusi dan refleksi moral. Guru juga perlu memberikan contoh yang baik tentang bagaimana berperilaku secara moral.
Teori Pembelajaran Sosial (Bandura)
Teori pembelajaran sosial menjelaskan bahwa manusia belajar melalui observasi dan peniruan. Orang-orang belajar dengan mengamati perilaku orang lain dan meniru perilaku yang mereka anggap bermanfaat atau menguntungkan.
Teori ini memiliki implikasi penting dalam membangun hubungan sosial di sekolah. Guru dan orang tua perlu menjadi contoh yang baik bagi siswa dalam membangun hubungan sosial yang positif. Guru dan orang tua juga perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan orang lain yang memiliki hubungan sosial yang positif.
Pengingat!
Sebagai asesor akreditasi, memahami bagaimana sekolah membangun hubungan sosial yang positif sangatlah penting dalam menilai komponen iklim lingkungan belajar. Melalui pemahaman ini, asesor dapat lebih objektif dan komprehensif dalam menilai, memberikan masukan, dan merekomendasikan strategi untuk meningkatkan kualitas interaksi antar guru dan murid, hubungan antar murid, serta partisipasi orang tua.