PKBM Celah Cahaya Gelar Tradisi Lieweut untuk Menyambut Bulan Puasa 2025

Celah Cahaya, 22 Februari 2025Cahaya yang datang dari PKBM Celah Cahaya tak hanya terpancar melalui pelajaran di ruang kelas, tetapi juga melalui setiap tradisi yang mereka jaga dan hidupkan. Kali ini, menyambut bulan suci Ramadan, mereka kembali menghidupkan tradisi liweut yang penuh makna, sebagai ritual simbolis untuk mempererat hubungan antara tutor, warga belajar, dan nilai-nilai sosial yang saling mendalam.

PKBM Celah Cahaya Gelar Tradisi Lieweut untuk Menyambut Bulan Puasa 2025
Makan bersama nasi leweut

Lieweut adalah tradisi khas masyarakat Sunda, yang sudah dikenal sebagai cara untuk mempererat silaturahmi dan mengajarkan pentingnya berbagi. Bagi PKBM Celah Cahaya, liweut bukan sekadar ritual, tetapi bagian dari upaya membangun sebuah komunitas yang solid dengan dasar kebersamaan dan gotong royong. Tidak hanya itu, di sini, liwet melangkah lebih jauh, mengajak setiap individu untuk menyambut Ramadan dengan persiapan hati, tubuh, dan pikiran.

PKBM Celah Cahaya Gelar Tradisi Lieweut untuk Menyambut Bulan Puasa 2025
Nasi Liweut

Pembuatan Liweut: Simbol Kebersamaan dalam Setiap Nasi yang Dimasak

Di setiap sudut ruang PKBM Celah Cahaya, dari pagi hingga siang, terlihat kesibukan yang penuh semangat. Beberapa tutor dan warga belajar berkumpul di dapur bersama, sibuk mengaduk nasi, menyiapkan lauk, dan meracik bumbu dengan penuh perhatian. Pembuatan liweut kali ini bukan sekadar untuk mengisi perut, tetapi menjadi ajang gotong royong yang mengajarkan mereka arti berbagi dalam setiap butir nasi yang dimasak.

“Tradisi ini bukan hanya tentang membuat makanan, tetapi juga tentang bagaimana kita bersama-sama mewujudkan sebuah kebersamaan yang bermakna. Semua orang terlibat, saling membantu dan saling memberi. Ini menjadi cara kami berbagi kebahagiaan, terutama menjelang Ramadan,” ujar Rida, salah satu tutor PKBM Celah Cahaya, dengan penuh semangat.

Makan Bersama: Ketika Makanan Menjadi Jembatan Kehangatan

Selesai dengan proses panjang pembuatan liweut, seluruh warga belajar dan tutor berkumpul dalam keheningan penuh rasa syukur. Ada senyum tulus yang mengembang di wajah mereka. Inilah puncak dari semua yang telah mereka lakukan bersama: makan bersama. Setiap suapan membawa cerita, setiap tawa melengkapi makna dalam kebersamaan ini.

Menurut Ine Yuniar, Kepala PKBM Celah Cahaya, “Makan bersama ini adalah momen untuk lebih mendalamkan rasa empati, mempererat persaudaraan. Kami ingin kegiatan ini tidak hanya mempererat hubungan di antara kami, tetapi juga memperkuat rasa solidaritas sosial di tengah masyarakat.”

Lebih Dari Sekadar Tradisi: Membangun Karakter dan Kualitas Spiritual

PKBM Celah Cahaya Gelar Tradisi Lieweut untuk Menyambut Bulan Puasa 2025
Pak Koim Sedang Bakar Ayam

Di balik kebersamaan yang terjalin, ada makna yang lebih dalam. Lieweut bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga media untuk membangun karakter warga belajar PKBM Celah Cahaya. Melalui kegiatan ini, mereka diajarkan untuk lebih peduli, berbagi, dan memupuk rasa kepedulian terhadap sesama. Semangat gotong royong menjadi pondasi yang tak bisa tergantikan dalam setiap langkah mereka.

Tradisi ini juga menjadi sarana bagi warga belajar dan tutor untuk mempersiapkan diri secara mental dan spiritual menyambut bulan puasa. Waktu bersama untuk merenung dan meresapi setiap hikmah Ramadan, memberi ruang bagi mereka untuk memperbaiki diri dan menumbuhkan keikhlasan dalam menjalani ibadah puasa.

Kesimpulan: Membangun Pendidikan yang Berakar Pada Budaya Lokal

Tradisi lieweut di PKBM Celah Cahaya bukan hanya sebuah ritual yang dilakukan setahun sekali. Ini adalah bagian dari pendidikan karakter yang diterapkan setiap hari dalam bentuk kebersamaan, gotong royong, dan berbagi. PKBM Celah Cahaya meyakini bahwa pendidikan tidak hanya dilakukan di kelas, tetapi juga melalui nilai-nilai sosial yang dapat membentuk kepribadian yang lebih baik.

Dengan menjaga dan melestarikan tradisi ini, PKBM Celah Cahaya tidak hanya menyiapkan warga belajarnya untuk siap menghadapi ujian akademis, tetapi juga membekali mereka dengan nilai-nilai kehidupan yang akan menjadi bekal dalam menjalani kehidupan yang lebih bermakna. Dalam setiap nasi yang dimasak, dalam setiap suapan yang disantap, ada rasa kebersamaan yang mengikat mereka lebih kuat dari sekadar ikatan guru dan murid—mereka adalah keluarga.


Oleh Ruli Lesm

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url
sr7themes.eu.org
Materi PKBM Gratis

Dapatkan materi pembelajaran PKBM secara gratis. Klik tautan di bawah untuk akses penuh.