Makna Sakinah dalam Perspektif Islam
Makna Sakinah dalam Perspektif Islam
Sakinah bukan sekadar istilah Arab yang diterjemahkan sebagai “ketenangan”. Ia adalah makna yang lebih dalam, lebih halus, dan lebih menyentuh sisi batin manusia. Sakinah adalah nur ilahi—cahaya ketenteraman yang Allah turunkan ke dalam hati insan beriman, terutama dalam mahligai rumah tangga.
Dalam Surah Ar-Rum ayat 21, Allah berfirman:
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan-pasangan dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang...”
Sakinah bukan hadir begitu saja. Ia bukan hasil dari pesta pernikahan yang megah, bukan pula dari rumah yang mewah. Sakinah lahir dari keberkahan. Dari hati yang ridha kepada takdir Allah. Dari niat yang lurus untuk membangun rumah tangga sebagai ladang ibadah, bukan sekadar pemuas hawa nafsu.
Buya Hamka dalam tafsir “Al-Azhar” menjelaskan bahwa sakinah adalah ketenangan batin yang tidak bergantung pada keadaan fisik. Ia adalah rasa tenteram yang Allah tanamkan di antara dua hati yang dipersatukan dalam pernikahan. Ia tidak terbit dari logika, tetapi dari rasa percaya, dari kasih yang tumbuh karena Allah, dan dari rahmat yang dirawat oleh doa serta akhlak.
Dalam konteks kehidupan rumah tangga, sakinah berarti:
-
Ketentraman yang didapat suami saat pulang ke rumah, walau tubuh lelah mencari nafkah.
-
Ketenangan yang dirasakan istri ketika melihat senyum suaminya meski hari penuh ujian.
-
Rasa cukup dan syukur yang membuat nasi dan garam terasa seperti jamuan kerajaan.
-
Kesabaran dalam menghadapi kekurangan, bukan keluhan terhadap kekeliruan.
Sakinah adalah ketika dua insan tidak saling menuntut kesempurnaan, melainkan saling melengkapi dalam kekurangan. Ia hadir ketika suami dan istri menjadikan Al-Qur’an sebagai panduan, Rasulullah sebagai teladan, dan Allah sebagai tujuan.
Seperti rumah Rasulullah SAW dan Sayyidah Khadijah RA. Sederhana, tapi penuh berkah. Tak dihiasi kemewahan dunia, tapi menjadi tempat bernaung bagi cahaya kenabian. Khadijah bukan hanya istri, tapi teman seperjuangan. Rasulullah bukan hanya suami, tapi pelindung dan pembimbing.
Sakinah adalah rumah yang tidak hanya dibangun dengan batu dan semen, tetapi dengan shalat berjamaah, dzikir di pagi hari, tilawah Al-Qur’an bersama anak-anak, dan senyuman yang tulus walau hidup bersahaja.
Karena itu, wahai saudaraku, jangan cari sakinah di luar kehendak Allah. Jangan kira sakinah hanya soal kecocokan duniawi. Sakinah itu karunia, yang hanya Allah berikan kepada mereka yang tulus niatnya, benar jalannya, dan sabar menghadapi lika-liku rumah tangga.
“Jika dunia di luar sana mengguncang, maka rumah yang sakinah adalah dermaga tenang tempat jiwa berlabuh. Di sanalah kita menyeka air mata, dan di sanalah kita menemukan kembali senyum.”— Buya Hamka