Peran Istri dalam Meneguhkan Sakinah: Tinjauan Islami dan Hikmah Kehidupan

Peran Istri dalam Meneguhkan Sakinah: Tinjauan Islami dan Hikmah Kehidupan

"Rumah bukanlah sekadar dinding dan atap. Ia adalah tempat hati berteduh. Dan istri adalah penjaga kehangatan itu."
— Buya Hamka

Mukadimah

Dalam setiap susunan masyarakat yang kuat, terdapat keluarga sebagai batu bata pembangunnya. Dan dalam setiap keluarga yang kukuh, tampaklah peran seorang istri yang tak hanya menjadi pendamping hidup, tetapi penyejuk jiwa, penuntun rasa, dan penjaga suasana.

Istri bukan hanya penanggung jawab rumah tangga dari sudut pandang fisik, tetapi penjaga cinta dalam sunyi, pembisik doa dalam gulita, dan pelipur lara ketika badai kehidupan menerpa. Maka, dalam tulisan ini, marilah kita menyelami peran luhur seorang istri dalam meneguhkan nilai-nilai sakinah, sebagaimana yang diajarkan dalam Islam dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

Peran Istri dalam Meneguhkan Sakinah: Tinjauan Islami dan Hikmah Kehidupan


1. Sakinah dalam Pandangan Islam

Kata "sakinah" berasal dari akar kata “sakan” yang berarti tenang, damai, tenteram. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang…”
(QS. Ar-Rum: 21)

Sakinah bukanlah kondisi sesaat, tapi proses berkelanjutan yang dibangun oleh kedua insan — suami dan istri. Namun, peran istri kerap menjadi pondasi dalam menjaga keseimbangan batin, ketenangan pikiran, dan keteguhan hati di dalam rumah.


2. Keteladanan Istri Para Nabi: Cahaya dalam Rumah Tangga

Dalam sejarah Islam, kita dapati teladan-teladan agung dari para istri nabi yang menjadi tiang penopang dakwah dan kehidupan.

2.1. Khadijah binti Khuwailid: Pilar Pertama Islam

Ketika Nabi Muhammad SAW menggigil setelah menerima wahyu pertama, Khadijah tidak mempertanyakan kewarasannya. Ia peluk beliau, ia yakinkan, ia tenangkan. Ia adalah perempuan pertama yang memeluk Islam, bukan hanya dengan ucapan, tetapi dengan seluruh hartanya, seluruh jiwanya.

2.2. Asiyah: Istri Firaun yang Beriman

Di bawah atap kezaliman, Asiyah menjaga imannya. Ia adalah lambang bahwa keteguhan seorang istri bisa menjadi sumber cahaya dalam kegelapan yang paling pekat.


3. Istri Sebagai Penyejuk Pandangan dan Penuntun Langkah

"Sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah."
(HR. Muslim)

Dalam sebuah rumah tangga, peran istri bukan sekadar “mengikuti”, tetapi juga membimbing secara halus, menjadi penyemangat, dan kadang menjadi guru dalam sunyi. Ketika suami lelah dalam perjuangan, istri-lah tempat kembali. Ketika hati goyah oleh dunia, istri-lah peneguhnya.


4. Kecerdasan Emosional Istri: Kunci Harmoni Rumah Tangga

Sakinah tak lahir dari gemerlap atau gelak tawa semata. Ia tumbuh dari kemampuan untuk mengolah emosi, menyaring kata-kata, dan menenangkan badai sebelum meletup. Istri yang mampu menahan kata saat marah dan menyampaikan rasa saat tenang — dialah penyulam sakinah sejati.


5. Menjaga Komunikasi: Seni Luhur yang Membawa Kedamaian

Seperti yang sering ditulis oleh Buya Hamka dalam karya-karyanya, hubungan suami istri adalah dialog batin yang tak selalu harus berupa kata-kata. Namun, dalam kehidupan sehari-hari, keterbukaan, empati, dan ketulusan berbicara menjadi sarana untuk meneguhkan kedekatan jiwa.

6. Istri sebagai Madrasah Pertama Anak

Istri dalam rumah tangga tidak hanya berperan sebagai pasangan hidup, tetapi juga sebagai madrasah pertama bagi anak-anak. Di pangkuan seorang ibu, anak mengenal cinta, di dada seorang ibu, anak merasakan ketenangan. Seorang istri yang memiliki keteguhan iman dan keluhuran budi akan menurunkan generasi yang tidak hanya cerdas otaknya, tetapi juga bersih hatinya.

Buya Hamka pernah menulis:

“Yang pertama mendidik anak bukanlah sekolah, melainkan ibunya. Seorang ibu lebih berkuasa atas akhlak anak daripada seribu guru.”

Ia menggambarkan betapa pentingnya peran istri dalam membentuk kepribadian anak. Sakinah tidak hanya untuk suami istri, tetapi juga untuk seluruh anggota keluarga — dan benihnya ditanam oleh istri sebagai ibu.


7. Pengorbanan yang Tak Ternilai: Merawat, Menyabar, dan Menyulam Harapan

Pengorbanan istri sering kali tak tertulis, tak terdengar, dan tak tercatat. Namun, setiap tetes keringat, setiap waktu yang dikorbankan untuk anak, setiap kata yang ditahan demi menjaga suasana rumah, semuanya menjadi amal tak ternilai di hadapan Allah.

Sakinah bukanlah hasil instan. Ia adalah buah dari pengorbanan, kesabaran, dan kerja sama yang tulus. Dan di tengahnya, istri adalah sutradara kehidupan yang tak selalu tampak di panggung, tapi selalu bekerja di balik layar demi keutuhan rumah tangga.


8. Tantangan Zaman: Ketika Dunia Menggoda, Istri Menjadi Penjaga

Di zaman ini, ketika kehidupan modern menawarkan banyak gangguan, istri memiliki peran strategis sebagai penjaga nilai-nilai keluarga. Media sosial, budaya konsumerisme, dan gaya hidup instan sering kali menjadi ujian bagi keteguhan rumah tangga.

Istri yang sakinah adalah istri yang mampu membedakan antara kebutuhan dan keinginan, yang mampu menahan diri dari pamer kemewahan, dan yang mampu mengingatkan suaminya untuk tetap dalam kesederhanaan dan kesyukuran.

Sebagaimana Buya Hamka pernah berpesan:

“Kebahagiaan bukan pada benda, melainkan pada hati yang tenang.”

Ketika istri mampu menjaga ketenangan hati dalam gempuran dunia luar, maka rumah tangga akan tetap menjadi tempat kembali yang damai bagi semua anggotanya.


9. Hikmah dari Rumah Buya Hamka: Kenangan Bersama Ibu Siti Raham

Dalam kehidupan Buya Hamka sendiri, tercermin hubungan yang sangat sakinah dengan istri beliau, Siti Raham. Dalam banyak catatan, terlihat bahwa beliau sangat menghormati sang istri. Dalam sunyi, beliau menulis, dalam diam, istrinya menemani. Bukan dengan banyak bicara, tapi dengan ketulusan yang terpatri dalam perbuatan.

Siti Raham tidak hanya menjadi pendamping hidup, tetapi juga penyejuk dalam perjuangan Buya Hamka sebagai ulama, penulis, dan pemimpin umat. Ia menunjukkan bahwa sakinah tidak selalu berbentuk rumah megah atau kehidupan yang mewah, tetapi justru dalam kesederhanaan, kehormatan, dan cinta yang dirawat bersama.


10. Penutup: Menjadi Istri Sakinah di Zaman Milenial

Peran istri dalam meneguhkan sakinah tetaplah sama dari masa ke masa, meski bentuk dan tantangannya mungkin berubah. Di era digital ini, istri sakinah adalah mereka yang tetap menjaga komunikasi dengan suami, mendidik anak dengan nilai Islam, menjaga waktu untuk keluarga, dan terus menebar keteladanan.

Istri sakinah bukanlah istri yang sempurna. Ia adalah istri yang terus belajar, terus memperbaiki diri, dan terus menguatkan keluarganya dengan sabar, doa, dan cinta. Ia menjadi pelita dalam rumah tangga, menjadi penguat dalam suka dan duka, dan menjadi perhiasan dunia yang paling indah, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW.

"Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah."
(HR. Muslim)


Epilog

Dalam tulisan ini, kita telah menapaki jejak peran mulia seorang istri, bukan hanya dari kaca mata teori, tetapi melalui hikmah kehidupan, kisah nyata, dan nasihat dari tokoh besar seperti Buya Hamka.

Sakinah tidak lahir dari kata-kata semata, tapi dari tindakan nyata. Dan istri, dengan kelembutan dan ketegarannya, adalah penggerak utama lahirnya ketenangan itu.

Semoga tulisan ini menjadi pengingat bagi kita semua, bahwa di balik setiap rumah tangga yang kuat, ada perempuan yang sabar, yang tabah, yang tak henti mencintai dan menjaga — demi keluarga yang diridhai Allah SWT.


Glosarium Sakinah

  • Sakinah: Ketenteraman hati dalam rumah tangga, tenang jiwa, damai perasaan.

  • Madrasah pertama: Konsep bahwa ibu adalah guru pertama anak.

  • Asiyah: Istri Firaun yang beriman kepada Allah dan merupakan wanita ahli surga.

  • Khadijah: Istri pertama Rasulullah SAW, contoh utama wanita dalam Islam.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url
sr7themes.eu.org